Pengikut

Sabtu, 30 Oktober 2021

Rapat Panitia HUT PGRI & HGN 2021


Alhamdulillah, akhirnya rapat pembentukan panitia HUT PGRI ke-76 dan HGN tahun ini (2021) berjalan lancar dan sukses. Rapat dilaksanakan di SDN Salugan, kecamatan Lampasio. Desa Salugan terletak di jalan poros yang menghubungkan jalur poros Palu Tolitoli dengan ibu Kota Kecamatan Lampasio. Kira-kira 3 atau 4 kilometer lagi, barulah kita sampai ke Ibu Kota Kecamatan.

Saya sendiri tidak terlalu paham mengapa SDN Salugan yang dipilih sebagai tempat pelaksanaan rapat. Namun sepanjang pengamatan saya, lokasi sekolah memang cukup strategis, karena terletak tepat dipinggir jalan, dan berhadapan langsung dengan lapangan sepak bola. Dari penyampaian pak korwil Lampasio, saya ketahui kalau ketua PGRI cabang Lampasio masih keluarga dekat (paman dan kemenakan). Mungkin ini juga salah satu alasan, rapat dilaksanakan di Desa ini.

Saya bersama tim pengurus kabupaten berangkat ke lokasi rapat sekitar pukul 08.20 WITA. Ada dua mobil yang kami gunakan. Star dimulai dari sekretariat PGRI di jalan Sona Kelurahan Nalu. Ada kesepakatan bahwa pengurus yang akan ikut dengan rombongan agar berkumpul di sekretariat. Tetapi setelah menunggu beberapa saat, ternyata beberapa personil yang berencana ikut, ternyata batal berangkat. Ada pula yang memilih menggunakan kenderaan roda dua (motor). Ada rasa sedikit rasa kesal dihati pak Ketua karena personil yang batal atau menggunakan kenderaan sendiri tidak menyampaikan lebih awal sehingga waktu menunggu menjadi sia-sia.

Setelah dipastikan tidak ada lagi yang ikut dalam rombongan, pak ketua langsung memberi aba-aba berangkat. Mobil rush putih dan avanza putih milik pak Amin meluncur mulus menyusuri jalan aspal. Sampai di pompa bensin, kami singga sejenak mengisi bahan bakar. Kebetulan bahan bakar mobil saya sudah sekarat. Untunglah pom pengisian bahan bakar tidak terlalu jauh. Kebetulan antrian tidak ada sehingga saya bisa langsung mengisi bahan bakar. 

Ketika turun dari mobil, salah satu petugas pom bensin dengan badan cukup kekar (lebih tepat mungkin disebut besar) langsung menyalami saya sambil mencium tangan. Dengan sopan sang petugas bertanya "Isi bensin pak?", "Iya" saya menjawab singkat. Sambil berbasa basi saya bertanya "Tidak ada premium?". "Tidak ada pak, sedangkan pertalite mungkin akan habis juga pak" sang petugas menjelaskan. 

Sang petugas pom bensin yang sopan itu adalah mantan siswa saya. Saya sendiri sudah tidak terlalu kenal. Tetapi dia masih mengingat saya sebagai mantan kepseknya. Alhamdulillah, itulah hebatnya guru, meskipun bukan pejabat tinggi, jika bertemu dengan mantan siswa pasti akan mendapat perlakuan istimewah. Tetapi ada juga mantan siswa yang nakal atau pura-pura lupa ...he...he...

Setelah mengisi BBM, kami melanjutkan perjalanan. Perjalanan ke Desa Salugan dapat ditempuh dalam waktu lebih dari 30 menit. Jalan yang ditempuh menanjak tajam karena harus melewati gunung Pangi yang cukup tinggi. Harus hati-hati melewati puncak gunung Pangi ini, apalagi kalau musim hujan. Tidak sedikit kenderaan yang mengalami kecelakaan, terutama kenderaan berat.

Kami sampai di lokasi rapat pada pukul sembilan lewat. Disana sudah banyak anggota PGRI dari beberapa kecamatan. Tidak menunggu lama, rapat segera dimulai. Salah satu anggota tim menyiapkan proyektor untuk menayangkan bahan rapat. Tujuannya agar peserta rapat dapat menyimak dengan baik. Saya memang menyiapkan laptop untuk presentasi. Sambil menunggu kehadiran korwil Lampasio, saya mencoba menyiapkan susunan acara dan kepanitiaan yang akan dibentuk.


Selang beberapa waktu, pak korwil sudah hadir. Pak ketua meminta saya memulai acara. Acara diawali dengan sambutan dari ketua PGRI Kabupaten Bapak Abd. Gafar. Beliau mengajak kepada seluruh pengurus kecamatan agar memperhatikan perkembangan jumlah anggota PGRI di Kecamatan masing-masing. Hal ini bertujuan agar para pengurus tidak terbebani oleh setoran iuran ke Kabupaten. Bagaimanapun, besar kecilnya iuran akan bergantung pada jumlah anggota. Selain itu, pak ketua juga menyampaikan jika potongan iuran PGRI untuk guru-guru SMA/SMK sudah langsung dilakukan oleh bendahara gaji di provinsi.


Sambutan selanjutnya disampaikan oleh korwil Lampasio Bapak Dahril. Sebagai korwil, beliau menekankan pada kesiapan tuan rumah sebagai pelaksana HUT PGRI ke-76 dan HGN tahun 2021. Tahun ini memang ada keinginan bapak Bupati Tolitoli untuk menghadirkan 4000 guru pada perayaan HUT PGRI ke-76 dan HGN 2021. Sehingga hal ini membutuhkan persiapan yang matang, terutama berkaitan dengan akomodasi dan konsumsi. Sementara menurut pak korwil, persiapan finasial yang dimiliki oleh pengurus PGRI Lampasio selaku tuan rumah baru sekitar 50%. Oleh sebab itu, pak korwil sangat menganjurkan agar panitia perlu melakukan komunikasi yang intensif dengan unsur-unsur pemerintah, terutama kepala Desa Salugan. Di sela-sela sambutannya, pak korwil tidak lupa mengingatkan agar anggota PGRI itu kalau rapat PGRI harus pakai baju PGRI.


Pada sambutan yang ke tiga saya meminta ketua PGRI Lampasio menyampaikan sepakata-kata sebagai tuan rumah. Dalam sambutannya, ketua PGRI kecamatan Lampasio menyatakan kesiapannya untuk mengambil tanggungjawab pelaksanaan seluruh kegiatan memperingati HUT PGRI ke-76 dan HGN 2021. Saya melihat ada semangat yang luar biasa dari sang ketua mudah ini. Ketua PGRI Lampasio ini memang masih tergolong mudah. Namun diusianya yang cukup belia, dia sudah dipercaya menjadi ketua PGRI Kecamatan. Ini tentu bukan tanggungjawab yang sederhana. Tapi itulah pemuda, sukarno pernah berkata "Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya atau beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia". Semoga dengan kekuatan jiwa mudanya, sang ketua PGRI Lampasio ini dapat mengguncang dunia PGRI ... he...he....apa tidak heboh itu.

Acara berikutnya pemilihan panitia inti. Saya memimpin langsung acara pemilihan. Setelah menerima masukan dari beberapa peserta rapat, akhirnya diputuskan susunan panitia sebagai berikut:


Sementara susunan kepanitian secara lengkap, akan disusun oleh tim atau panitia inti yang telah terpilih.

Perdebatan cukup seru terjadi pada saat pembahasan cabang lomba olahraga yang akan dilombakan. Perdebatan terutama terkait dengan konsekwensi biaya yang harus ditanggung oleh masing-masing kontingen. Tarik ulur pelaksanaan lomba belum menemukan titik temu. Melihat situasi ini, pak Ketua PGRI Tolitoli menyarankan agar daftar kegiatan lomba dibuat saja dulu, kemudian ditawarkan kepada seluruh kecamatan. Dalam hal ini, jenis lomba akan diputuskan berdasarkan jumlah pendaftar. Jika jumlah pendaftar dari kecamatan lebih atau sama dengan lima, maka cabang lomba akan dilaksanakan. Tentu ini usul yang sangat bijak karena dapat mengakomodir seluruh kepentingan peserta lomba dari berbagai kecamatan. Maklum, situasi Corona ternyata banyak mempengaruhi sumber-sumber pendapatan, terutama di Kecamatan.

Berdasarkan masukan itu, semuanya menjadi lebih mudah, dan akhirnya diperoleh kesimpulan mata lomba yang akan ditawarkan sebagai berikut:


Saya hanya bisa berharap semoga semua kegiatan lomba dapat dilaksanakan. Terutama lomba menulis. Oh iya, pada kesempatan itu juga, saya mencoba menularkan virus menulis kepada Bapak Ibu guru. Saya bahkan sengaja membawah beberapa buah buku yang telah saya tulis. harapannya dengan memperlihatkan bukti buku hasil karya sendiri, bapak ibu yang hadir dapat termotivasi untuk menulis.

Saya juga mencoba mengenalkan aplikasi greenfoot. Menjalani kemajuan digital saat ini, menurut saya sudah saatnya siswa atau guru sekalipun diperkenalkan dengan sumber inti kemajuan digital. Salah satunya coding. Pak Presiden sendiri mengatakan bahwa anak muda sekarang itu lebih baik belajar coding dari pada belajar bahasa inggris. Tentu maksudnya, agar anak mudah memiliki kemampuan mengadaptasikan diri dengan kemajuan teknologi digital saat ini. Meskipun belajar coding juga akhirnya perlu sedikit kemampuan bahasa inggris.  

Coding adalah seperangkat perintah yang dituliskan oleh seorang programer untuk menjalankan sebuah aplikasi. Ada pula yang mengartikan coding merupakan proses atau kegiatan pengolahan kode yang dituliskan menggunakan bahasa pemrograman tertentu. Belajar coding memang sedikit rumit karena diperlukan kemampuan logika yang baik dengan memanfaatkan code-code yang telah tersedia untuk suatu bahasa pemrograman. Namun mengenalkan coding kepada siswa melalui pembuatan game sederhana, tentu celup menarik. Oleh karena itu, melalui aplikasi greenfoot yang gratis dan open source, guru dapat membimbing siswa mengenal dunia coding sejak dini dengan cara yang menyenangkan.

Rapat berakhir sebelum shalat zhuhur. Panitia lokal ternyata sudah menyiapkan konsumsi untuk seluruh peserta rapat. Luar biasa, sangat terasa kebersamaan dan soliditas sebagai anggota PGRI. Pak ketua sempat mengajak saya untuk singgah di rumah makan jika kami pulang. Rupanya beliau tidak tau, kalau panitia menyiapkan konsumsi khusus rapat hari itu. Memang sebelum makan siang pak ketua sudah langsung ke mesjid. Sepulang dari mesjid, beliau langsung disuguhi makan siang. Karena semuanya sudah makan siang, ya sudah, tinggal berangkat saja.

Tolitoli, 30 Oktober 2021
 








5 komentar: