Pengikut

1000 Guru Motivator Literasi

Segera Daftarkan Diri Anda.

Lintas Pagi Spirit RRI Tolitoli

Diskursus Penguatan Nilai-Nilai Pancasila di dalam Kehidupan Sehari-hari.

Dialog Lintas Pagi RRI Tolitoli

Guru Kontrak atau PPPK Menjadi Harapan Terakhir bagi para Honorer, ketika batasan usia dan kuota tidak lagi dipenuhi.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Kamis, 26 Mei 2022

Menjaga Komitmen CGP

Kesepakatan peran CGP dan KS seiring perjalanan program PGP akan terus diperbaiki. Kesepakatan ini penting karena menjadi salah strategi yang efektif untuk membantu CGP melakukan tranformasi perubahan di sekolah. Mengapa efektif? karena kesepakatan adalah jalan bersama atau jalan kompromi yang telah terpilih dari sejumlah jalan berliku dan terjal yang umumnya dihadapi oleh CGP. 


Semakin nyata dan operasional kesepakatan yang dibuat bersama dengan KS, maka semakin mudah CGP mewujudkan rencana perubahan yang akan dilakukan. Oleh sebab itu, kesepakatan akan terus kita perbaiki dan sempurnakan.

Kita juga telah menyepakati bahwa salah satu strategi penting dalam mewujudkan harapan dan mengurangi kekhawatiran adalah komitmen maka teguhkan hati, luruskan niat, dan yakinkan bahwa menjaga komitmen adalah amanah yang tidak saja berdimensi horisontal (antar manusia) tetapi lebih dari itu komitmen adalah janji kita kepada Allah SWT Tuhan yang maha kuasa (berdimensi vertikal). 


Tidak ada perjalanan yang mudah, semua pasti penuh dengan tantangan dan jalan terjal. Tapi saya juga yakin CGP bukan guru kaleng-kaleng. CGP adalah guru pilihan yang sudah terseleksi secara ketat. Tidak ada sedikitpun keraguan pada diri saya dan bahkan masyarakat umumnya bahwa CGP terpilih karena kualitas dan bukan karena undian. Sehingga tantangan apapun yang hadir sepanjang perjalanan PPGP ini, CGP pasti mampu mengatasinya. 

CGP tidak perlu meremehnya diri dengan pandangan-pandangan skeptis yang melemahkan program PPGP. Memang tidak ada yang sempurna karena kita manusia bukan sang Khalik yang Maha paripurna. Namun kita manusia normal yang memiliki kesadaran bahwa dibalik ketidaksempurnaan itu justru terdapat hikmah bahwa setiap diri perlu dan wajib memperjuangkan kesempurnaan itu. Itulah visi dan untuk itulah tujuan hidup manusia ada. 


Coba tanya diri kita masing-masing, layakkah kita bekerja, layakkah kita berjuang, layakkah kita berprestasi, layakkah kita mengajak orang lain mencapai kebaikan jika semua yang ada di muka bumi ini telah dibuat sempurna oleh Tuhan. Tidak ..... kita tidak layak berjuang, kita tidak layak lagi bekerja, kita tidak layak lagi mencari kebaikan, kita tidak layak lagi melakukan apapun jika semuanya sudah sempurna. 

Jadi, ketidaksempurnaan adalah jalan yang sediakan oleh Tuhan untuk kita. Ketidaksempurnaan adalah triger untuk memacu setiap orang untuk berjuang menemukan yang terbaik dalam hidupnya, dan ukuran kebaikan itu adalah kebermanfaatan. Rasulullah bersabda “Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia” (HR. Ahmad). 

Program pendidikan guru penggerak adalah salah satu jalan untuk menjadi bermanfaat bagi manusia lainnya, maka bersungguh-sunggulah menjalaninya. Maka jadilah CGP yang visioner yang selalu berikhtiar dengan nalar kritis dan kreatifitas.


Buang pikiran negatif, tumbuhkan pikiran positif, luruskan niat untuk memberikan kebaikan pada murid kita tercinta. Mereka adalah masa depan kita, mereka adalah investasi kita dunia dan akhirat. Keselamatan kita dan bangsa ini di masa depan akan sangat bergantung pada doa-doa terbaik mereka. Oleh sebab itu beri mereka bekal yang relevan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. mereka harus kuat, mereka harus menjadi generasi emas bangsa ini di bawah lindungan Allah swt. 

Allah SWT di dalam Alquran, Surat An-Nisa ayat 9 berfirman, “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.

Guru Besar Agama Islam IPB Bogor, Prof Dr KH Didin Hafidhuddin MS, ketika menjelaskan makna ayat di atas mengatakan bahwa, lemah yang dimaksudkan dapat menyangkut  beberapa hal. “Yang utama adalah jangan sampai kita meninggalkan generasi penerus yang lemah akidah, ibadah,  ilmu, dan ekonominya, Generasi penerus atau anak di sini, tidak hanya anak biologis, melainkan juga anak didik (murid)” (Sumber: Republika.co.id).

Berpijak pada komitmen bersama di bawah kesadaran atas perintah sang Kuasa, mari bangun semangat dan motivasi intrisik. Amanah telah dipikulkan dipundak sebagai CGP, maka jadilah CGP yang layak sebagai calon pemimpin pendidikan. CGP calon kepala sekolah, CGP calon pengawas, CGP bahkan calon instruktur dan calon pemimpin birokrasi pendidikan. Jangan sia-siakan kesempatan ini. Tidak ada kesempatan yang sama datang dua kali, maka kesempatan yang ada wajib dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. 

Kerjakan tugas dengan visi untuk memberikan perubahan, dan bukan sekedar menyelesaikan tanggungjawab program. Berpikir dan bertindaklah ideal, karena berpikir dan bertindak ideal pun belum tentu sempurna hasilnya. Apalagi lagi berpikir dan bertindak apa adanya atau ada apanya. Materi itu penting, tetapi bukan segala-galanya. Motivasi karena materi pun cenderung dangkal dan relatif singkat bertahan. Tumbuhkan niat tulus dan ikhlas untuk kebaikan bersama, itulah visi sejati seorang CGP.

Lakukan refleksi (muhasabah), karena refleksi adalah jalan terbaik untuk memperbaiki diri. Kelemahan dan kekuatan yang teridentifikasi melaui proses refleksi menjadi jalan dan arah meningkatkan performa. Siklus perencanaan, pelaksanaan, dan refleksi sejatinya adalah putaran roda kehidupan agar kita menjadi lebih baik. 

Allah swt sendiri berfirman dalam surah Al-Mulk ayat 2 "Allah yang menjadikan mati dan hidup, supaya dia menguji kamu, siapa di atara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Mahas Perkasa lagi Maha Pengampun". Jadi jelas Tuhan menghendaki kepada umatnya untuk selalu memperbaiki amalnya, dan bukan hanya banyak amalnya. 

Hasil kerja yang baik adalah buah dari usaha yang sungguh-sungguh yang berpijak pada komitmen yang kuat dan visi yang jauh ke depan. Langkah awal baru saja dijejakkan, waktu 6 bulan bukan waktu singkat. Dibutuhkan niat ikhlas, motivasi, komitmen, kerja keras dan usaha cerdas dengan nalar kritis dan kreatifitas untuk mewujudkan perubahan yang fundamental di sekolah dan dunia pendidikan pada umumnya.

Jangan lupa negosiasi, komunikasi, dan kolaborasi menjadi pelumas dalam memuluskan setiap usaha transformasi perubahan di sekolah agar sekat-sekat dan gesekan kepentingan dapat di atasi secara mulus dan lancar. Berusaha, berikhtiar dan berdoa patut dilakukan agar panen hasil belajar menjadi maksimal.

#tergerakbergerakbergerak

#semangatkelasB5.49

Jumat, 20 Mei 2022

Koordinasi Fasilitator, PP, dan CGP angkatan 5

Sejak dibuka secara resmi oleh mendikbud pada tanggal 18 Mei 2022, kegiatan calon guru penggerak angkatan 5 tahun 2022 secara resmi telah berjalan. Salah satu daerah yang mendapat kesempatan pada PGP angkatan 5 tahun ini adalah Kabupaten Tolitoli. Angkatan 5 adalah angkatan pertama di daerah kami. Berbeda dengan daerah tetangga, mereka telah mendapat PGP pada angkatan ke-4. Tapi kami bersyukur, akhirnya bisa berpartisipasi pada program guru penggerak.

Dari grup WA yang sengaja dibuat oleh pak Sutrisno. Saya tahu bahwa hari ini akan ada pertemuan koordinasi Fasilitator, PP, dan CGP angkatan 5. Pertemuan di gagas oleh Fasilitator pak Sutrisno. Pertemuan dilaksanakan secara virtual dengan aplikasi gmeet. Melalui koordinasi virtual diharapkan sinergitas dan peran masing-masing aktor pendukung PGP dapat berjalan lancar. 

Dalam program guru penggerak ada beberapa aktor yang terlibat. masing-masing aktor memiliki peran sendiri-sendiri. Saya bersama 4 teman lainnya, pak Gafar, pak Amri, pak Hasbullah, dan Ibu Anna Mulyana kebetulan mendapat kepercayaan sebagai pendamping CGP. Masing-masing PP akan mendampingi 5 orang CGP. Saya sendiri mendapat mitra CGP yang terdiri dari Wici Trawilya, Ismi Daulika Qalbi, Murniaty, Asri, dan Julvian Fredy.

Tugas PP menjadi mitra belajar bagi CGP sekaligus memberikan pendampingan individu ketika melaksanakan aksi nyata di sekolah masing-masing. Rencananya metode pendampingan dilakukan dengan teknik coaching. Melalui teknik coaching, CGP diharapkan dapat menggali potensi diri secara optimal dalam menyelesaikan tantangan tranformasi perubahan di sekolah masing-masing. Sebulan sekali CGP akan melaksanakan lokakarya untuk melakukan presentasi hasil aksi nyata mereka. Kegiatan lokakarya didampingi oleh PP dan di koordinasikan oleh dinas terkait.

Pak Sutrisno membuka petemuaan koordinasi dengan memperkenalkan diri. Dari proses perkenalan saya ketahui kalau pak Sutrisno berasal dari pemalang Jawa Tengah. Pak Sutrisno berbeda pulau dengan kami. Namun berkat kemajuan teknologi, jarak, waktu, dan tempat bukan masalah. Pak Sutrisno yang nun jauh di Pemalang dapat memimpin jalannya rapat koordinasi baik dengan peserta yang semuanya ada Tolitoli Sulawesi Tengah. Satu di pulau Jawa dan satunya di pulau Sulawesi. Ya, bencana covid-19 dinilai turut berperan dalam percepatan transformasi teknologi di dunia pendidikan, setidaknya begitulah yang saya ketahui dari media.


Pak Sutrisno mempersilahkan semua peserta, PP dan CGP memperkenalkan diri. Sebenarnya sebagian besar kami sudah saling mengenal satu dengan lainnya. Selain karena satu daerah yang tidak begitu luas, banyak juga di antara CGP dan PP yang berasal dari sekolah yang sama. Saya sendiri, ibu Anna Mulyana, pak Asri, dan pak Badwi berasal dari SMK Negeri 1 Tolitoli. Sementara pak Amri, dua orang lainnya berasal dari SMA Negeri 1 Tolitoli. Hanya beberapa peserta saja yang mungkin masih belum saling mengenal.

Meski demikian kami semua tetap memperkenalkan diri dengan sedikit profil tempat tugas, terutama para CGP yang akan kami dampingi. Ternyata dari perkenalan tersebut diketahui ada beberapa CGP yang telah mengalami mutasi dari tempat tugas awal saat mendaftar dan dinyatakan lulus CGP ke tempat tugas baru. Memang belum lama ini beberapa kepala sekolah dan guru di daerah kami telah mengalami mutasi. Hal ini sudah biasa terjadi, mungkin juga di daerah anda, terutama pasca pilkada. 

Ini sudah menjadi ritual pilkada, sepertinya tidak sah atau kurang apdol kalau tidak melakukan mutasi pasca pilkada. Alasannya bisa macam-macam, bisa untuk penyegaran, promosi, tapi juga bisa motif lain. Sebenarnya itu tidak masalah karena salah satu kewenangan pemerintah daerah adalah mengatur tata kelola guru. Mutasi merupakan bagian dari proses tata kelola guru. 

Namun yang menjadi masalah adalah ada sejumlah kepala sekolah yang telah melakukan pendaftaran seleksi PSP (Program Sekolah Penggerak), telah lulus tahap 1 dan sedang menunggu kelulusan tahap 2 atau tahap terakhir juga terkena mutasi. Jika misalkan kepala sekolah yang telah dimutasi tersebut dinyatakan lulus sekolah penggerak, bagaimana nasib kelulusannya? apakah mereka sekolah mereka yang lama tetap menjadi sekolah penggerak? lalu bagaimana dengan kepala sekolah yang telah mengikuti tahapan seleksi? hanya pihak kementerian yang mengetahui.

Kita berharap semoga semua program yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan baik dari pusat maupun di daerah bisa berjalan seiring, bersinergi, dan saling menguatkan. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah dengan kewenangan kuat yang melekat pada masing-masing pihak jika tidak berjalan seiring sepenanggungan, maka akan memberikan kerugian yang besar kepada semua pihak, terutama masyarakat sebagai penikmat layanan pendidikan.   


Dalam koordinasi itu, sebetulnya tidak ada materi khusus yang dibahas. Kami hanya mendiskusikan hal-hal yang sekiranya perlu diketahui dan dilakukan lebih awal sebelum memasuki kegiatan belajar mandiri atau kegiatan berikutnya. Pak Sutrisno selaku fasilitator membuka forum diskusi dan memberi kesempatan kepada peserta pertemuan untuk menyampaikan pertanyaan maupun pernyataan.  

Ibu Anna mendapat kesempatan pertama untuk bertanya. Bu Anna menanyakan soal fitur penilaian di LMS. Pada waktu pembekalan kami memang sempat mendapatkan informasi soal tugas PP dalam kaitan dengan penilaian terhadap CGP. Tetapi setelah kami menelusuri menu-menu di LMS, kami belum menemukan menu khusus melaporkan atau menuliskan hasil penilaian. 

Saya tidak terlalu yakin, namun saya merasa ada sedikit perbedaan antara tampilan LMS waktu pembekalan dengan tampilan LMS setelah menjadi PP. Pak Sutrisno hanya mengajurkan kami agar banyak-banyak mengeksplorasi secara mandiri LMS nya biar semakin familier dan memahami fungsi dan tujuan setiap menu yang ada di LMS. Pak Fadli salah CGP dari SMK Negeri 1 Galang malah bertanya soal kemungkinan jika CGP tidak lulus. 

Dengan tersenyum pak Sutrisno yang bersahaja memberikan jawaban bahwa setiap CGP harus dapat menyelesaikan seluruh program kegiatan dengan baik. Menurut pak Sutrisno CGP dinyatakan lulus jika minimal mendapat nilai 70 atau predikat cukup. Pak Sutrisno juga sempat menayangkan bahan presentasi yang berisi antara informasi tentang proporsi penilaian antara PP dan Fasilitor. Pak Asri termasuk salah satu CGP yang paling aktif bertanya. Beliau termasuk guru yang berpengalaman. Di sekolah kami beliau menjabat sebagai wakasek kurikulum. Disamping itu beliau juga perna mengikuti materi kurikulum merdeka sebagai salah satu materi wajib SMK PK.

Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 15.00 WITA, saatnya shalat ashar. Karena dirasa semuanya sudah cukup, maka pak Sutrisno menawarkan rapatnya di tutup. Hal-hal lain yang sekiranya perlu di ketahui, dapat disampaikan melalui grup WA yang telah ada. Alhamdulillah akhirnya rapat koordinasi hari itu ditutup oleh pak Sutrisno. 

Kami berdoa semoga seluruh rangkaian kegiatan PGP mulai dari lokakarya orientasi, LK 1 sampai dengan LK 7 dan Pendampingan Individu dapat berjalan lancar. CGP yang berjumlah 25 orang dan merupakan wakil guru terbaik juga diharapkan benar-benar dapat melakukan transformasi perubahan menuju pendidikan yang lebih baik berdasar nilai-nilai filososfi Ki hajar Dewantara dalam mewujudkan profil pelajar pancasila yang berakhlak mulia, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang maha Esa, mandiri, bernalar kritis, kreatif, berkebinekaan global, dan bergotong royong 


Berpikir Ideal Bertindak Rasional

Dalam beberapa kali pertemuan atau rapat dewan guru dan staf sering terungkap kata idealisme. Diksi ini diungkapkan biasanya ketika ada peserta rapat yang mencoba mengkritik atau memberikan saran atas suatu sikap, pandangan atau tindakan yang menjadikan aturan atau norma ideal sebagai rujukan. Sementara sikap dan pandangan tersebut dianggap tidak sesuai dengan kebutuhan lapangan atau kebutuhan praktis pragmatis. 

Kira-kira alasan yang di sering disampaikan adalah "anda terlalu idealis, hal yang Anda ungkapkan itu benar, tapi itu idealnya. Kenyataan dan fakta di lapangan hal itu tidak mungkin di terapkan. Kalau diterapkan dampaknya akan sangat besar, siapa yang mau tanggung jawab? 

Coba lihat saja dilema ini kata teman saya. Anda ingin menetapkan kkm sesuai kondisi siswa atau daya dukung sekolah yang dihitung secara ideal, kemudian misalnya di peroleh kkm 61 apa akibatnya ? hampir dapat dipastikan nilai yang diperoleh siswa akan dominan berada disekitar 61. Lalu apa masalahnya?

Jika rata-rata pencapaian siswa hanya 61, maka hal yang akan terjadi :

1. nama baik sekolah akan turun, 

2. siswa akan mengalami kendala saat mendaftar pada posisi tertentu yang mensyaratkan nilai inimal 70, 

3. siswa kesulitan masuk perguruan tinggi pavorit, 

4. kepala sekolah akan dianggap tidak berhasil, serta dampak lainnya 

Jadi, kesimpulannya tidak mungkin idealisme dilakukan di sekolah karena hal tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan praktis. Idealnya siswa harus mencapai kompetensi minimal, tetapi kebutuhan praktisnya harus jauh di atas kompetensi minimal. 

Idealnya mengisi evaluasi diri sekolah harus sesuai dengan kondisi di lapangan, tetapi kebutuhan praktisnya sekolah harus bernilai baik agar pimpinan dan guru dianggap benar-benar sudah bekerja, jadi isi saja yang baik-baik. 

Idealnya siswa yang tidak memenuhi syarat kenaikan kelas, tidak naik kelas. Tetapi kebutuhan praktisnya sekolah ingin dianggap berhasil dan tidak ingin mendapat tantangan dari ortu atau kehilangan siswa (calon siswa tidak berminat masuk), jadi naikkan saja semua. 

Idealnya setiap jurusan di SMK on off sesuai kebutuhan dunia kerja. Tetapi kebutuhan praktisnya  guru kejuruan membutuhkan jam pelajaran, jika tidak, guru kejuruan dan bahkan mungkin guru umum akan kehilangan pekerjaan. 

Pada konteks ini idealisme seolah-olah digambarkan sebagai sesuatu yang mustahil diwujudkan. Idealisme hanya sebuah angan-angan dan mimpi. Bahkan idealisme sering direpresentasikan sebagai pemanis kata atau retorika para pembicara termasuk para pejabat. Sementara di garda terdepan hampir tidak mungkin di wujudkan. 

Pandangan ini melahirkan dua sisi yang cenderung berseberangan. Tidak jarang diantara keduanya terjadi debat panjang yang menguras emosi dan perasaan. Orang yang selalu berusaha mengikuti nilai dan norma secara ketat senantiasa dinisbatkan sebagai orang yang terlalu idealis. Mereka seakan-akan tidak hidup di bumi. 

Sementara kenyataan atau realisme adalah kondisi kekinian yang harus segera di penuhi. Oleh sebab itu, nilai dan norma ideal bisa saja dilanggar jika dianggap menghalangi kebutuhan saat ini. Orang idealis kadang-kadang dianggap tidak berperasaan. Sedangkan motif dan pertimbangan utama kebutuhan praktis adalah emosi dan perasaan. Bukankah mengabaikan sikap ideal motif utamanya adalah rasa kasihan? 

Tapi benarkah idealisme sesuatu yang mustahil di sekolah. Benarkah idealisme mutlak berseberangan dengan kepentingan praktis pragmatis? 

Idealisme adalah pemikiran yang berfokus pada cinta terhadap nilai-nilai tertentu, termasuk kepercayaan, dan mengubah semua hal abstrak sebagai cita-cita tujuan, visi, dan misi yang diperjuangkan. Dalam KBBI setidaknya ada tiga pengertian idealisme. Namun saya mengutip yang lebih relevan dengan konteks pembahasan ini, yaitu idealisme adalah hidup atau berusaha hidup menurut cita-cita menurut patokan yang dianggap sempurna. 

Berdasarkan pengertian di atas maka idealisme merupakan perwujudan dari sikap dan padangan seseorang yang senantiasa di dasarkan pada nilai dan norma yang disepakati. Nilai dan norma yang disepakati dalam hal ini dapat berbentuk undang-undang, peraturan, juknis, maupun norma umum yang berlaku di sekolah maupun masyarakat. 

Kalau demikian adanya maka guru idealis itu pada hakekatnya adalah guru yang baik karena selalu berusaha mengikuti aturan. Guru idealis mengikuti aturan bukan tanpa alasan dan atau taklid buta. Tetapi aturan dan norma diikuti atas kesadaran moral yang berpandu pada pemikiran rasional sehingga melahirkan keyakinan akan kebenaran tujuan dari aturan atau norma yang disepakati. 

Sebut saja misalnya soal kkm 60 dan 65, kita yakin penetapan kkm itu rasional karena yang penting sebetulnya bukan soal kkm nya, tetapi kompetensi yang direpresentasikan oleh nilai kkm. Apalah gunanya nilai tinggi misalnya 90, tetapi fakta kompetensi sebenarnya adalah 50. 

Angka hanya indikasi. Angka bukan tujuan. Namun bagi pandangan realis angka menjadi penting karena menjadi syarat tertentu. Sementara kompetensi yang mengisi angka menjadi tidak penting lagi. Maka jadilah angka-angka itu dipermak sesuai kebutuhan praktis saat itu. Ini juga berlaku pada aspek lainnya. Jadi kecenderungan penyelesaian dengan cara instan telah menjadi kebiasaan yang terus berulang dan akhirnya dianggap suatu kebenaran. 

Pertanyaan nya, mana yang lebih penting kebutuhan praktis atau kebutuhan ideal dalam jangka panjang. 








Kamis, 19 Mei 2022

Idealisme Kok Jadi Masalah

Suatu ketika saya mengikuti rapat dewan guru yang dilaksanakan oleh sekolah kami. Pada rapat itu dibahas banyak hal termasuk soal KKM (kriteria ketuntasan minimal). KKM kita semua sudah paham merupakan batas kompetensi minimal yang harus dicapai oleh siswa atau peserta didik pada suatu mata pelajaran atau kompetensi dasar tertentu. Batas minimal ini di wujudkan dalam bentuk angka atau nilai hasil belajar misalnya 70, 75, atau lainnya.

Diskusi menjadi seru ketika saya mulai memberikan pandangan yang berbeda dengan arus pandangan umum peserta rapat. Setidaknya ada dua hal pokok yang disampaikan yang menurut saya pada konteks itu tidak tepat adanya. 

Yang pertama adalah soal waktu penetapan KKM. KKM baru mau ditetapkan menjelang rapat kenaikan kelas. Padahal KKM idealnya ditetapkan di awal tahun ajaran dan disampaikan kepada siswa sebagai "kontrak belajar". Tujuannya tidak lain agar siswa dapat mempersiapkan diri dengan lebih baik karena menyadari ada target belajar yang harus dipenuhi. 

Yang kedua adalah soal nilai KKM. Nilai KKM sebelum terbitnya panduan penilaian hasil belajar dan pengembangan karakter pada SMK ditentukan dengan prosedur tertentu dan mempertimbangkan 3 indikator, yaitu intake siswa, daya dukung, dan kompleksitas materi. Dengan menggunakan skala tertentu, nilai KKM kompetensi dasar dan KKM mata pelajaran ditentukan. 

Namun setelah terbitnya panduan penilaian tersebut yang diikuti oleh terbitnya edaran direktur pembinaan SMK tanggal 17 Januari 2019, maka semua SMK di Indonesia baik negeri maupun swasta wajib menggunakan panduan penilaian hasil belajar dan pengembangan karakter pada SMK tersebut. Perintah tersebut tegas sebagaimana tertulis pada point 5 surat edaran direktur pembinaan SMK nomor 0820/D5.3/TU/2019.

Salah satu perubahan mendasar pada panduan tersebut adalah soal penetapan nilai KKM. Dalam hal ini KKM tidak lagi dihitung berdasarkan kriteria atau indikator tertentu sebagaimana sebelumnya. Tetapi sudah ditetapkan dengan batasan sebagai berikut: untuk mata pelajaran adaptif dan normatif nilai KKM adalah 60. Sedangkan untuk mata pelajaran kejuruan adalah 65 (Panduan penilaian SMK hal.56)

Nah, disinilah debat seru yang memunculkan diksi idealisme itu muncul. Saya mengingatkan peserta rapat agar tidak perlu menetapkan KKM baru, karena KKM sudah ditetapkan oleh pemerintah. Apalagi sudah ada ketegasan dari bapak direktur soal kewajiban mengikuti panduan. Namun anehnya saran tersebut mendapat perlawanan cukup keras. 

Lalu ketika ditanya mengapa mereka begitu khawatir dengan KKM 60 dan 65 yang ditetapkan dalam panduan?. Alasannya cukup menyentuh sisi emosional, yaitu:

  1. Jika mengikuti KKM 60 dan 65 dikhawatirkan nilai siswa akan rendah. 
  2. Jika nilai siswa rendah, maka siswa akan mengalami masalah ketika masuk perguruan tinggi. 
  3. Masa depan siswa akan terganggu karena tidak dapat mendaftar pada jabatan tertentu yang mensyaratkan nilai minimal 70, 75, atau 80.
  4. Nama baik sekolah akan jatuh, dan seterusnya
Dari diskusi panas ini akhirnya saya paham bahwa KKM tidak semata-mata menjadi batas minimal pencapaian kompetensi. Tetapi lebih dari itu telah KKM dimanfaatkan sebagai instrumen "pendongkrak" nilai siswa. Kompetensi tidak lagi penting, yang penting adalah nilainya tinggi. Maka jadilah jorjoran penetapan nilai KKM yang setinggi-tingginya. Nilai KKM yang tinggi bahkan menjadi semacam representasi mutu sekolah. Sekolah yang tinggi KKM nya berarti sekolah yang bermutu. Sementara sekolah yang KKM nya rendah di anggap kurang bermutu.

Saya berusaha mempertahan pandangan saya tentang pentingnya mengikuti panduan penilaian yang baru, justru dianggap terlalu ideal. Idealnya memang mengikuti aturan, tapi kenyataannya itu tidak dapat diterapkan. Kalau diterapkan maka nilai siswa akan rendah, dan seterusnya akan berdampak pada penilaian mutu sekolah. Demikian kira-kira alasan mereka yang mempertahankan KKM di atas 65 seperti selama ini dilakukan. 

 

 


Rabu, 11 Mei 2022

Serba-Serba Pasca Liburan

Alhamdulillah, akhirnya hari ini saya bisa sekolah juga. Ini hari pertama sekolah di kota kami. Beda dengan di Jakarta atau kota-kota lain dari berita saya ketahui liburnya di tambah. Alasannya untuk memberikan dispensasi kepada pemudik yang terjebak macet. Kota kami memang belum mengenal macet. Kalau pun macet, itu hanya terjadi di pasar-pasar tertentu dan dihari-hari tertentu saja. Macetnya pun tidak berjam-jam seperti di Jakarta. Paling banter 10 sampai 15 menit. Bukan karena jalannya yang luas, tetapi memang karena volume kenderaannya yang relatif sedikit. Namanya juga kota kecil.

Kota Tolitoli (Taman Kota di Malam Hari)

Sebenarnya awalnya saya tidak yakin bisa ke sekolah, maklum empat hari kemarin kaki saya benar-benar sakit. Mungkin asam urat saya lagi naik. Waktu lebaran sulit sekali menghindar dari makanan pantangan. Rendang daging, opor ayam ditambah dengan burasa atau soko tumbu sudah menjadi hidangan wajib yang tidak perna ketinggalan di hari lebaran. 

Burasa dan soko tumbu adalah makanan khas hari lebaran di sulawesi. Jika bukan hari lebaran, biasanya kita juga jarang menemukannya. Kedua makanan ini umumnya mengandung santan yang menjadi salah satu pemicu penderita asam urat seperti saya. Apalagi jika ditambah lauk dari rendang atau sate. Jadi deh asam uratnya ...he...he

Pagi-pagi saya sudah siap dengan seragam dinas keki. Sarapan nasi goreng buatan istri juga tidak bisa menunggu lama. Saya ingin cepat-cepat ke sekolah. Selain ingin hadir lebih cepat di hari pertama juga maunya bisa segera bersalam-salaman dengan semua rekan guru dan staf di SMK negeri 1 Tolitoli.

Selama masa libur lebaran kami memang belum dapat saling berkunjung. Ada yang mudik, ada pula yang sibuk dengan kerabat dan keluarga dekatnya masing-masing. Kami sendiri, sejak hari pertama sampai hari ketiga lebaran lebih memprioritaskan bersilaturahmi ke keluarga di Kampung. Kebetulan di sana terdapat makam orang tua, jadi bisa sekaligus ziarah ke makam bapak yang ada di kampung.

Di hari ketiga lebaran sebenarnya kami sekeluarga sudah sampai di rumah. Jarak antara kampung dengan kota tempat kami tinggal memang relatif dekat. Dari desa Lakuan ke kota Tolitoli hanya butuh waktu perjalanan kurang dari 3 jam. Oleh sebab itu, ketika sampai di rumah saya sudah merencanalan untuk langsung bersilaturahmi ke tetangga dan ke rekan-rekan kerja. Tapi sayang seribu sayang, tiba-tiba kaki saya sakit. Ditunggu sampai hari berikutnya malah semakin sakit. Alhasil acara silaturahmi yang sudah direncanakan batal.

Syukur dihari pertama sekolah, kaki sudah sedikit bisa berkompromi. Pagi-pagi saya sudah mengatur rencana bersama istri. Kami berbagi kenderaan. Maklum istri juga harus masuk sekolah dan bersilaturahmi dengan teman-temannya.

Istri menggunakan motor beat dan saya kebagian motor lain yang kebetulan dititipkan oleh keluarga yang mudik ke Ambon. Motornya kempes sejak semalam. Belum lagi bensinnya sudah sekarat. Tapi itu bukan masalah, kebetulan bengkel motor juga hanya beberapa meter dari rumah.

Saya berangkat duluan dari istri menuju bengkel. Di bengkel saya harus menunggu karena pemilik bengkel sedang keluar. Selang beberapa saat pemilik bengkel datang juga. Alhamdulillah ban motor langsung ditambal.

Tambal Ban di Bengkel

Tidak menunggu lama setekah ban motor siap saya langsung meluncur. Tetapi tidak langsung ke sekolah. Saya berbelok dulu ke pompa bensin karena bensin motor juga hampir habis. Pagi itu pompa bensin masih cukup sepi. Hanya beberapa motor dan dua mobil yang sedang antri.

Sekilas saya mengamati situasi. Saya berharap menemukan jenis pertalile. Tapi sepertinya pertalite habis, yang ada hanya pertamax. Apa boleh buat daripada tidak ada, biarlah pertamax saja.

Siapapun sudah maklum pertamax jauh lebih mahal dari pertalite. Pertamax adalah jenis BBM non subsidi memang disediakan untuk golongan menengah ke atas. Saya jadi berpikir apakah saya termasuk golongan menengah atas? Ah dari pada berpikir yang tidak- tidak saya ambil antrian saja. Kebetulan antriannya hanya sedikit, jadi mengisih BBM bisa lebih cepat.

Suasana Spot Pengisian BBM Khusus Motor

Saya bergegas ke sekolah. Suasana sekolah masih belum terlalu ramai. Kami masih menerapkan PTM terbatas. Siswa yang hadir hanya 50% dari jumlah yang ada. Menurut Pak Asri sebagai wakasek kurikulum untuk PTM normal menunggu kebijakan baru dari dinas pendidikan. Guru dan pegawai sekolah baru sebagian yang hadir. Mungkin yang lain masih diperjalanan. Suasana pagi itu cukup cerah. Beberapa siswa terlihat sedang membersihkan ruang kelas mereka.

Di kaki lima ruang TU saya lihat bapak kepsek duduk di kursi panjang. Belaiu duduk santai sambil memainkan HP ditangan. Tidak ada guru atau staf yang menemani. Setelan kemeja biru lengan panjang nampak kontras dengan dinding  putih disebelahnya. Saya mendekati beliau, berjabat tangan dan mengobrol sejenak. Selanjutnya saya izin ke ruang TU menyalami teman-teman guru dan staf yang ada diruang itu. Kebetulan ada juga daftar hadir yang harus ditanda tangani sebagai bukti kehadiran di hari pertama sekolah.

Senang rasanya bisa kembali bertemu sahabat dan sesama rekan kerja setelah libur hampir dua minggu lamanya. Saya amati sekeliling sekolah siapa tau ada rekan lain yang belum sempat saya salami. Ada kumpulan motor terparkir di depan ruang guru. Saya pikir mereka mungkin ada ruang guru. Benar saja, mereka ternyata sedang asyik mengobrol di ruangan itu.

Sepertinya ada topik menarik yang sedang mereka diskusikan. Pak Asri dan pak Badwi sebagai wakasek juga ada di ruang guru di temani oleh beberapa orang guru lain. Saya menyalami mereka satu persatu. Belum ada proses pembelajaran hari ini kata pak Asri. Beliau adalah waka kurikulum. Menurutnya hari ini digunakan untuk membenahi kelas agar besok sudah siap digunakan. Jadi cukup banyak waktu untuk berbagi cerita pasca liburan.

Suasana Ruang Guru SMKN 1 Tolitoli

Pagi itu topik pembicaraan di dominasi oleh peristiwa mengejutkan yang menimpa seorang dokter. Kebetulan dokter itu kakak rekan guru di sekolah kami, yaitu ibu Faradila. Bukan hanya sekedar kakak dari rekan guru, tetapi pak dokter yang nahas ini pernah menjadi mitra sekolah saat pembukaan jurusan kesehatan di SMK Negeri 1 Tolitoli. Beliau adalah dr Faisal. Dokter Faisal masih memiliki kedekatan emosional yang kuat dengan sekolah kami. Dokter Faisal diketahui menghilang setelah sebelumnya diduga mengalami kecelakaan di antara desa Lingadan dan Kapas Kecamatan Dakopemean Kabupaten Tolitoli.

Peristiwa ini menjadi misteri karena dokter Faisal yang diduga mengalami kecelakaan justru tidak ditemukan di lokasi kejadian. Padahal motor warna silver yang beliau gunakan dan beberapa barang serta dokumen pribadi ditemukan berserakan di TKP. Lokasi kejadian juga bukan lokasi yang sulit karena letaknya di pinggir jalan poros Tolitoli Buol. Tim pencari sudah melakukan pencarian. Tim TNI-Polri, BNPB dan SAR dibantu oleh para relawan dan masyarakat sekitar terus memperluas area pencarian, tetapi jejak dan tanda-tanda keberadaan sang dokter belum menemui titik terang.

Lokasi Kecelakaan dr.Faisal di Desa Lingadan

Peristiwa yang cukup heboh ini tidak hanya menarik perhatian masyarakat umum, tetapi paranormal dan orang pintar juga menjadi penasaran dan turut menawarkan jasa pencarian dengan cara yang tidak biasa. Berbagai ritual sudah dilakukan baik yang mistis maupun yang bernuansa relegius. Hilangnya sang dokter dengan cara yang cukup misterius memunculkan spekulasi keterlibatan makhluk astral yang mendiami lokasi kejadian. Batu besar yang letaknya tidak jauh dari lokasi kejadian menjadi sasaran ritual dan pencarian berbau mistik. Mereka menduga makhluk tak kasat mata yang mendiami batu besar turut berperan atas hilangnya sang dokter. Namun ini pun belum menemukan hasil.
Batu Besar di sekitar Lokasi Kejadian
Apa pun usaha yang dilakukan oleh berbagai pihak kita berharap keberadaan dokter Faisal segera ditemukan dalam keadaan sehat-walafiat. Tentu pihak keluarga, terutama istri dan anak-anak beliau sangat berharap keberadaan sang dokter segera di ketahui. Kita do'akan mereka agar senantiasa diberi kekuatan dan kesabaran menghadapi cobaan berat ini.

Pembicaraan kami seputar peristiwa hilangnya dr Faisal tidak lepas dari keanehan dari peristiwa kecelakaan itu. Mulai dari tempat kejadian yang tidak terlalu ekstrim. Posisi kenderaan yang bertentangan dengan arah dugaan perjalanan pak dokter, sampai pada perjalanan pak dokter yang dikabarkan membawa puluhan juta uang yang akan disumbangkan kepada korban banjir.

Berbagai spekulasi bermunculan, diantaranya soal kemungkinan terjadinya perampokan yang diikuti penculikan dan lain-lain. Namun semua itu belum dapat dipastikan. Spekulasi lain yang mengusik nalar sehat adalah dugaan jika sang dokter spesialis radiologi ini disembunyikan oleh makhluk astral yang mendiami batu besar tidak jauh dari TKP. Spekulasi yang mengundang banyak paranormal ini banyak bermunculan di seputar peristiwa dan bahkan turut mewarnai upaya pencarian.

Peristiwa ini mendominasi pembicaraan warga Tolitoli saat ini. Selain karena kejadiannya yang dianggap cukup anehjuga karena sosok sang dokter memang sangat di kenal luas oleh masyarakat. Beliau bukan dokter biasa, belai adalah dokter ahli radioligi satu-satunya di Kabupaten Tolitoli. Lebih dari itu, beliau dikenal sebagai dokter yang alim dan sangat dermawan.

 Tidak sedikit kegiatan keagamaan yang mendapat santunan dari beliau. Termasuk pada malam kejadian itu beliau berangkat seorang diri dengan tujuan untuk menyerahkan sumbangan pribadi beliau kepada korban banjir di desa Lingada dan desa Kkapas. Namun sepulang dari desa Lingadan peristiwa nahas itu terjadi.

Kami pun larut dalam pembicaraan itu. Entah bagaimana tiba-tiba pembicaraan kami beralih ke soal obat. Waktu itu pak Haya menyinggung soal obat ginjal dan penyakit lainnya. Dari pengalaman beliau, jenis obat tanaman yang belum di ketahui namanya itu cukup mujarab. Karena penasaran, kami akhirnya bersepakat untuk mencari obat tersebut ke tempat dimana pak Haya perna menemukannya.

Kami berempat menumpang mobil pak Asri, saya sendiri pak Asri, pak Haya, dan pak Badwi berangkat ke lokasi tanaman. Mobil avanza warna merah maron meluncur mulus di jalan aspal menuju desa kalangkangan. Hanya kurang dari 15 menit kami sudah sampai ditujuan. Kebetulan tanaman tersebut tepat berada  disisi jalan sebelah kanan kami. Dilihat posisinya, sepertinya tanamannya sengaja dipelihara karena berada di pekarangan orang. Tadinya kami berpikir itu adalah tanaman liar.

Saya turun lebih dahulu untuk memastikan. Pak Haya yang mengamati dari balik kaca mobil memastikan bahwa itulah tanaman yang dimaksud. Akhirnya kami berempat turun dari mobil. Tepat disamping bangunan toko sembako bahkan kami menemukan serumpun tanaman yang sama yang masih sangat mudah. Tanaman tersebut tumbuh subur disamping pondasi bangunan.

Tanaman Obat (Bunga Telur)

Kami mengamatinya lebih dekat. Ternyata keberadaan kami mengundang perhatian pemilik toko. Tetapi bukannya mencegah kami, malahan beliau menawarkan bantuan untuk menggali tanaman tersebut.

Pak Haya menjelaskan bahwa tanaman itu berkhasiat menghilangkan rasa sakit. Caranya pun terbilang sederhana karena cukup dibakar dan isinya dikeruk lalu ditempelkan ke pinggang. Insya Allah SWT jika dilakukan beberapa kali sakitnya akan hilang.

Berkat bantuan pemilik tanaman kami berhasil membawa pulang beberapa pohon untuk ditanam kembali dan digunakan. Semoga tanaman ini benar-benar memberikan manfaat bagi siapa saja yang membutuhkan. Demikianlah pengalaman masuk sekolah di hari pertama. Semoga besok, di hari kedua kami sudah bisa melaksanakan tugas mengajar sebagai mana biasanya.