Pengikut

1000 Guru Motivator Literasi

Segera Daftarkan Diri Anda.

Lintas Pagi Spirit RRI Tolitoli

Diskursus Penguatan Nilai-Nilai Pancasila di dalam Kehidupan Sehari-hari.

Dialog Lintas Pagi RRI Tolitoli

Guru Kontrak atau PPPK Menjadi Harapan Terakhir bagi para Honorer, ketika batasan usia dan kuota tidak lagi dipenuhi.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Sabtu, 31 Juli 2021

Jangan Pernah Berhenti Menulis Jagala Passionmu

Tantangan karya antologi angkatan 19


Apa itu menulis?

Menulis adalah suatu kegiatan untuk menciptakan suatu catatan atau informasi pada suatu media dengan menggunakan aksara (wikipedia). 

Dalam KBBI menulis antara lain diartikan sebagai cara melahirkan pikiran atau perasaan dengan tulisan, seperti mengarang, mengarang cerita, atau membuat surat. 

Menurut The Liang Gie menulis merupakan kegiatan menulis yang memasukan beberapa unsur penting dalam menulis. Jadi tidak sekedar menuangkan gagasan saja, tetapi juga harus mengikuti unsur lain seperti meninjau dari segi tuturan, wahana dan tatanan. 

Merujuk pada pengertian di atas, maka menulis berarti kegiatan menyampaikan pesan oleh penulis kepada pembaca melalui tulisan. Pesan tersebut bisa berupa infromasi, ide, gagasan, atau ungkapan perasaan. Menulis bisa sangat sederhana, seperti menulis status atau informasi pendek di media sosial. Tetapi juga bisa sangat kompleks, seperti menulis artikel, karya ilmiah, novel, atau sejenisnya. Semakin kompleks suatu tulisan, maka akan semakin banyak syarat yang harus dipenuhi. Syarat yang dimaksud bisa berupa panjang pendek tulisan, alur cerita, sistematika, dan lain-lain.  

Siapa saja bisa menjadi penulis?

Menulis merupakan aktivitas yang unik. Karena sangat mudah dilakukan, tetapi kadang-kadang sulit dijalani secara konsisten. Menulis aktivitas yang relatif mudah, karena cukup dengan modal polpen dan selembar kertas, menulis sudah dapat dilakukan. Dengan memanfaatkan PC (laptop) menulis sudah semakin enteng. di zaman milenial ini, bahkan penulis semakin dimanjakan dengan kehadiran berbagai fitur menulis yang tersedia di gadget atau HP.  

Demikian mudahnya menulis, sehingga pada prinsipnya semua orang bisa menulis (Thamrin Dahlan). Karena ketika kita bisa berbicara, itu artinya kita bisa menulis. Jadi siapa yang bisa berbicara berarti sebenarnya bisa menulis. Siapa yang bisa membaca, berarti bisa menulis. Jika membaca menangkap makna, maka menulis mengikat makna.

Imam Syafi'i perna mengatakan "kalau kamu bukan anak raja dan bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis". Ini juga menunjukkan bahwa siapa saja bisa menulis. Bahkan menulis bisa menjadi pilihan bagi orang kebanyakan yang ingin menjadi mulia dan dikenal oleh banyak orang. Sebuah quote yang sangat relevan dengan ungkapan di atas “Jika seseorang ingin melihat dunia, maka membacalah. Tapi jika ingin dikenal maka menulislah".

Jadi menulis bisa dilakukan oleh siapa saja dan siapa saja bisa menulis. Menulis tidak bergantung pada status sosial atau profesi seseorang, meskipun kadang-kadang profesi tertentu mungkin memiliki kemampuan yang lebih baik dalam menulis. Pramoedya Ananta Toer mengatakan "Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian". 

Kita boleh pintar, boleh ahli pada satu bidang, jika tidak menulis tetap saja mudah dilupakan. Imam-imam dan ulama besar terdahulu, dikenal dan terkenal karena tulisannya, dan bukan semata-mata karena kecerdasannya. Imam Al-Ghazali misalnya sangat terkenal di dunia karena kitab ihyal Ulum al-Din yang ditulisnya, demikian pula imam-imam besar lainnya.

Jika semua orang bisa menulis, semestinya guru lebih bisa menulis. Guru sebagai profesi mulia, dengan modal pendidikan yang cukup tinggi, sangat mungkin dan potensial untuk menjadi penulis. Dengan tugas mengajar dan mendidik yang dilakukannya setiap hari, guru sudah pasti terbiasa menulis. Menulis rencana pembelajaran, menulis materi ajar, alat evaluasi, dan lain-lain adalah pekerjaan lazim bagi guru. Dan semua itu, secara sengaja atau tidak sudah membiasakan guru menulis. Tinggal sedikit diasah, maka keterampilan menulis guru akan meningkat pesat.

Apa saja tantangan dalam menulis?

Menulis itu adalah aktivitas yang unik dan penuh tantangan, karena banyak orang yang mau menulis tetapi sedikit sekali yang kemudian konsisten menulis dan menjadi penulis, apalagi penulis handal. Biasanya penulis, bersemangat diawal tetapi seiring waktu semangat itu meredup dan akhirnya berhenti. Menulis juga tidak memerlukan modal besar dan dapat dilakukan oleh siapa saja, tetapi kadang-kadang aktivitas dengan modal besar lebih mudah dijalani dari pada menulis, padahal cukup dengan modal sedikit.

Menurut Bu Kanjeng menulis memang aktivitas yang penuh tantangan. Tantangan dalam menulis dapat berasal dari luar diri penulis (eksternal) dan dapat juga berasal dari dalam diri penulisnya (internal). Namun tantangan yang berasal dari luar menurut Bu Kanjeng relatif lebih kecil dan biasanya mudah diatasi. Justru tantangan terbesar seorang penulis berasal dari diri penulis sendiri. 

Namun tantangan tentu berbeda dengan hambatan. Tantangan umumnya membuat adrenalin orang yang menghadapinya terpacu untuk melakukannya. Tetapi hambatan dapat membuat orang yang menghadapinya justru menyerah dan mengalah. 

Tantangan dalam menulis baik internal maupun eksternal dapat menjadi hambatan jika penulis tidak pandai mengelolanya. Namun jika penulis mampu menanganinya dengan tepat, maka hambatan menulis justru akan menjadi tantangan yang dapat memicu dan memacu aktivitas menulis semakin giat. Jadi tantangan atau hambatan sebenarnya hanya soal perspektif.

Sering kali seorang penulis, khususnya penulis pemula berhenti menulis karena merasa tidak berbakat menulis. Pada hal menulis bukan semata-mata bakat. Tidak berbakat menulis sekalipun jika dilakukan secara terus menerus, maka seseorang bisa menjadi penulis yang terampil. Hal ini bisa terjadi karena menulis lebih kepada keterampilan dari pada pengetahuan. Semakin sering di asah, maka akan semakin terampil menulis. Penulis berbakat pun jika tidak banyak berlatih, tidak akan lebih baik dari pada penulis yang tidak berbakat tetapi rajin berlatih.

Tidak ada ide dan tidak ada waktu menulis, juga selalu menjadi hambatan dalam menulis. Jika seseorang tidak memiliki kemampuan mengatasi hambatan ini, maka kemampuan menulisnya pun akan mandek. Penulis dengan mudah meninggalkan tulisan yang sudah setengah jadi, hanya karena merasa tidak punya ide lagi. Demikian pula soal waktu, hanya karena alasan sibuk seorang penulis bisa dengan mudah meninggalkan tulisan yang telah dirintis, dan akhirnya terhenti sama sekali. Padahal ide dan waktu akan bergantung pada penulis bagaimana mengelolanya. 

Selain karena hambatan ide dan waktu, tidak mau dikritik juga membuat penulis tidak akan berkembang dengan baik dan akhirnya berhenti menulis. Bagaimanapun menulis berarti melibatkan orang lain, terutama pembaca. Tentu saja pembaca berhak memberikan penilaian atas tulisan yang kita sampaikan. Meskipun kita mungkin saja memiliki perspektif berbeda dengan pembaca tentang suatu hal yang kita tulis, namun kritik dan saran dari pembaca layak diterima. Disinilah kematangan berpikir seorang penulis dibutuhkan, agar tidak mudah goyah dengan banyaknya kritik dari orang lain.

Hambatan lainnya bagi seorang penulis adalah tidak suka menulis. Tidak suka menulis sering dijadikan alasan untuk berhenti menulis. Padahal menulis adalah aktivitas yang sangat umum dilakukan. Apalagi dizaman yang serba digital saat ini, dimana informasi dan komunikasi sudah lebih banyak dilakukan dengan media tulis. Siapa yang tidak suka menulis pasti tidak akan banyak terhubung dengan dengan orang lain. 

lalu apakah tidak suka menulis dapat diatasi sebagai tantangan dalam menulis?  tentu saja bisa. Tidak ada masalah menulis yang tidak dapat di atasi, termasuk hambatan menulis karena merasa tidak suka menulis. Suka atau tidak suka adalah masalah mood menulis. Mood menulis pada prinsipnya dapat di atasi dengan cara tertentu. Hal ini sangat bergantung pada cara kita memotivasi diri.   

Bagaimana mana mengatasi hambatan menulis?

Menulis dengan membawa semua beban menulis, tentu akan terasa berat dan melelahkan. Oleh sebab itu, seorang penulis harus berusaha mengatasi semua hambatan menulis agar kegiatan menulis menjadi aktivitas yang ringan dan juga menyenangkan. Agar menulis menjadi aktivitas ringan dan menyenangkan, maka sala satu resep jitu yang dapat diterapkan adalah jadikan menulis sebagai passion kita.

Passion adalah bentuk ketertarikan atau rasa suka kepada pekerjaan atau kegiatan sehingga kita rela dan mau melakukan pekerjaan itu dengan senang hati. Jika kita suka dan senang dengan kegiatan menulis, maka dapat kita katakan bahwa menulis adalah passion kita. Melakukan kegiatan menulis dengan passion akan memberikan dampak yang berbeda jika dibandingkan dengan melakukannya tanpa passion. Bahkan seringkali, kita merasa tidak ada beban jika pekerjaan yang dikerjakan sesuai dengan passion kita, karena seakan kita sedang mengerjakan apa yang menjadi hobi kita. Jadi jika melakukan sesuatu hal dengan senang hati dan tanpa beban, karena hal itu amat kita sukai, maka itulah passion kita.

Menjadikan menulis sebagai passion, akan membuat kita menikmati aktivitas menulis dengan senang hati. Jika ini yang terjadi, maka dengan sendirinya tantangan menulis akan sangat mudah diatasi. Merasa tidak berbakat, kurang ide, atau tidak punya waktu tidak lagi menjadi hambatan, tetapi lebih sebagai tantangan sehingga membuat penulis semakin bergairah menjalaninya. Dengan passion, hambatan-hambatan internal maupun ekstrernal dalam menulis akan berada dibawah kendali penulis. Ibaratnya orang yang hobi offroad, semakin besar tantangan yang dihadapi semakin mengasikkan untuk dijalani. 

Oleh sebab itu, sangat penting bagi seorang penulis untuk menjaga passionnya. Menulis adalah perjalanan panjang menuju karya besar berupa buku. Sering kali aktivitas menulis yang awalnya ringan berangsur-angsur menjadi berat dan akhirnya mengganggu konsistensi menulis. Menulis yang awalnya rutin dan disiplin dilakukan lambat laun berkurang frekuensinya dan akhirnya terhenti. 

Disinilah perlunya passion menulis selalu dijaga. Menjaga passion menulis sama saja dengan membuat menulis menjadi pekerjaan yang menyehatkan, karena kita menjalaninya dengan senang hati dan bergairah. Pekerjaan yang dilakukan dengan senang hati dengan sendirinya membuat pikiran menjadi fress. Jika pikiran fress, maka jiwa menjadi sehat dan berdampak baik pada kesehatan fisik. Oleh karena itu, jagalah passion kita dalam menulis.

Bagaimana menjaga passion kita?

Menjaga passion dalam menulis sama dengan menjaga motivasi menulis. Motivasi menulis akan menjaga konsistensi menulis selalu berada pada jalurnya. Artinya dengan motivasi menulis yang baik, maka penulis akan rutin dan disiplin menulis dalam jangka waktu yang panjang. Richard Bach mengatakan "seorang penulis profesional adalah seorang amatir yang tidak berhenti menulis". Jadi menulis secara konsisten akan membuat penulis pemula menjadi penulis yang profesional.

Passion pada prinsipnya dorongan jiwa. Rasa suka dan tidak suka pada sesuatu adalah sesuatu yang bersifat mental. Oleh karena itu menjaga passion menulis, harus dilakukan dengan hal-hal yang bersifat mental yaitu motivasi menulis. Sering kali seseorang dalam menulis karena adanya dorongan tertentu. Seseorang akan tertarik menulis karena dua hal, yaitu tujuan atau motiv menulis dan manfaat dari menulis. 

Dengan menyadari manfaat dan tujuannya menulis, maka penulis akan termotivasi menulis.  Tujuan menulis setiap orang bisa beragam, demikian juga manfaatnya. Dan ini sangat bergantung latar belakang dan perspektif penulis. Ada tujuan yang bersifat ideologis, tujuan akademis, tujuan ekonomi, tujuan pedagogis, ada juga karena tujuan medis. Apapun tujuan dari orang menulis, sah-sah saja. Dan tujuan inilah yang menguatkan orang mencintai pekerjaan menulis (Passion). 

Demikian pula dengan memahami manfaat menulis, seseorang bisa secara sadar dan suka relah mau menulis. Manfaat dalam menulis dapat bercorak nilai (value) seperti membuat orang banyak membaca dan banyak belajar, melatih berpikir logis dan sistematis, menulis mengikat makna, menulis sebagai proses katarsis (Katarsis adalah pelepasan emosi atau keluh kesah yang tersimpan di dalam batin), menulis sebagai sarana dakwa, manfaat untuk pembelajaran, memberikan kepuasan mental, spritual, intelektual.

Menulis juga dapat memberikan manfaat yang bercorak praktis pramatis,  seperti untuk menyelesaikan studi, atau untuk memenuhi syarat tertentu, naik pangkat misalnya. Selain itu, menulis juga bisa memberikan manfaat secara ekonomi.

Memahami dan menyadari tujuan dan manfaat menulis, seseorang akan menulis dengan rasa bahagia, karena ada harapan dari tujuan dan manfaat menulis yang akan dicapainya. Semakin sering menulis maka semakin dekat pada tujuan dan manfaat menulis. Sebuah pesan bijak dari Om Jay menulislah setiap hari dan buktikan apa yang terjadi. Dengan menulis setiap hari, maka banyak manfaat akan kita rasakan. Bisa popularitas, bisa kepuasan mental, spritual dan intelektual, bisa secara ekonomi, dan bisa berupa kesehatan. Maka menulislah, jangan berhenti menulis jagalah passionmu. 



 

Jumat, 30 Juli 2021

Mengatasi Writer's Block

Resume ke-9, Jum'at, 30 Juli 2021


Tema                 : Mengatasi Writer's Block
Narasumber      :  Ditta Widya Utami, S.Pd, Gr
Gelombang       : 19
Moderator         : Maesaroh

"Mengatasi Writer's Block" adalah tema malam ini. Materi ini disampaikan oleh narasumber yang masih relatif muda. Namun telah menorehkan prestasi yang cukup spektakuler, terutama di dunia tulis menulis. Ditta Widya Utama, S.Pd.Gr. Guru muda berbakat, kelahiran Subang jawa Barat, 23 Mei 1990 telah menerbit 6 buku solo, dan 12 buku antologi.

Berkat kepiawaiannya dalam menulis, guru IPA di SMPN 1 Cipeundeuy Subang Jawa Barat ini telah banyak menerima penghargaan. Berikut sejumlah penghargaan yang telah diterima oleh Ditta Widya Utami :
  • Peraih Parasamya Susastra Nugraha (100 Guru Penulis Jawa Barat) - 2020
  • Peraih Parasamya Suratma Nugraha (Penggerak literasi) - 2020
  • Penghargaan dari Dinas Kearsipan dan Perpustakaan (Disarpus) Kab. Subang sebagai donatur buku - 2020
  • Penghargaan Bupati Subang (2020) diusulkan Disdikbud Kab. Subang, diberikan saat HUT PGRI dan Korpri
  • Penghargaan Bupati Subang (2021) diusulkan Disarpus Kab. Subang, disampaikan saat HUT Subang ke-73
  • Penghargaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Subang (2021) untuk guru berprestasi disampaikan saat Hardiknas 
(Sumber: https://dittawidyautami.blogspot.com)

 

Aktif diberbagai komunitas menulis dan MGMP IPA serta menjadi narasumber di kelas menulis sudah menjadi aktivitas yang lazim bagi Bu Ditta. Sangat beruntung malam ini, peserta kelas menulis PGRI angkatan 19 & 20 berkesempatan mengikuti bimbingan menulis dari sang penulis muda berbakat. Kebersamaan dengan Ibu Ditta menjadi energi baru bagi peserta kelas menulis untuk melanjutkan perjalanan meraih punjak menerbitkan buku solo.

Malam ini, Ibu Maesaro yang juga seorang penulis ulung mendampingi Ibu Ditta mengantar acara malam ini hingga berjalan dengan sangat baik. Seingat saya sudah dua kali Ibu Maesaro menjadi moderator. Sungguh suatu kesempatan yang tidak semua orang bisa menjalaninya. Hanya mereka orang-orang terpilih dengan prestasi sederet yang berkesempatan memimpin setiap acara pada kelas menulis PGRI bimbingan om Jay ini.

Gaya seorang inspirator dari seorang Ditta terlihat jelas, saat dia mulai berbagi dengan tema writer's block. Satu istilah yang dipopulerkan oleh psikoanalisis Edmund Bergle untuk menamakan 'kebuntuan menulis'. Ibu Ditta menantang peserta menulis dengan satu tema berupa foto wayang kulit. Tulisan minimal 3 paragraf dalam waktu 15 menit.  Langsung saja para peserta berlomba menulis dengan adrenalin tinggi ..he..he.

Ya, begitulah cara Bu Ditta menunjukkan bagaimana seseorang penulis tiba-tiba bisa terkena serangan writer's block. Apa itu writer's block? yaitu suatu keadaan dimana penulis merasa tidak memiliki ide dan gagasan untuk menulis, alias buntu.  

Sulit fokus, tidak ada inspirasi menulis, menulis lebih lambat dari biasanya, atau merasa stres dan frustasi untuk menulis merupakan sebagian dari tanda-tanda kita terserang WB. Keadaan ini bisa menimpa penulis pemula maupun profesional. Karena writer's block umumnya tidak disebabkan oleh masalah komitmen/kompetensi menulis.


Lalu, berapa lama WB bisa terjadi? Jawabannya tergantung seberapa cepat seorang penulis mampu mengatasi kondisi WB tersebut. Dengan kata lain, WB bisa terjadi dalam hitungan menit, jam, hari, bulan, bahkan bertahun-tahun. 

Pertanyaannya, mau sampai kapan kita biarkan WB ini berlangsung? Agar bisa mengatasi writer's block, langkah penting yang harus kita lakukan adalah mengetahui penyebabnya. Dengan mengetahui penyebab, kita bisa lebih fokus mencari solusinya.

Lalu, apa saja penyebab writer's block? 

Mencoba metode/topik baru dalam menulis bisa jadi salah satu penyebab WB. Misal seperti tantangan kita di awal. Bagi penikmat seni wayang atau sejarah, mungkin tidak menemui kesulitan berarti saat harus menulis tentang wayang.

Tapi, bagaimana dengan orang-orang yang tak pernah melihat pertunjukan wayang? Tidak tahu tentang tokoh-tokoh dalam wayang? Saya misalnya, pasti akan merasa "kekurangan inspirasi" dalam menulis dengan tema wayang. WB telah menyerang saya. Tapi, jika kemudian kita teguhkan komitmen, lalu mencari bahan bacaan tambahan, maka WB yang terbentuk bisa segera kita hancurkan. 

It's great really. Karena ... Itu membuktikan Anda sudah mampu menghancurkan tembok penghalang yang menghalangi Anda untuk menulis. Tak hanya topik baru, metode baru dalam menulis pun bisa membuat kita terserang WB. Misal jika kita terbiasa menulis karya tulis ilmiah. Kemudian diminta membuat puisi. Keduanya tentu memiliki metode penulisan yang berbeda. 

Bagi yang belum terbiasa, tentu akan mengalami kesulitan saat harus menulisnya. Pada kasus ini, mempelajari teknik dan banyak berlatih menulis merupakan solusi terbaik untuk meminimalkan dampak WB. 

Stress, Lelah Fisik/Mental juga bisa menjadi penyebab kita terserang WB. Terlalu memaksakan diri dalam banyak pekerjaan hingga membuat tubuh lelah bisa membuat kita burn out. Hanya sedikit yang masih mampu menulis dalam keadaan sakit/lelah fisik. Pada kondisi ini, istirahat sejenak tentu menjadi pilihan terbaik.

Otak dan tubuh kita bukan mesin, toh? Maka ketika penat, beristirahatlah sejenak. Cari ruang dan udara segar. Lakukan hal-hal yang membahagiakan. Refresh kembali hati dan pikiran kita sehingga kita bisa mendapat inspirasi baru.

Terlalu perfeksionis pun bisa menjadi penyebab kita sering terkena WB. Loh kok bisa? Ada pepatah yang mengatakan perfectionism kills creativity. Perfeksionis itu bisa mematikan kreativitas. Saat menulis, orang yang perfeksionis mungkin akan berpikir apakah kalimatnya sudah tepat? Apakah ada kaitan dari paragraf satu ke paragraf lainnya? dsb.

Atau, ketika seseorang pernah sangat populer dengan tulisannya. Misal postingan di blog yang baca hingga ratusan bahkan ribuan. Menerbitkan buku hingga best seller. Nah, yang seperti ini pun bisa jadi terjebak dalam lingkup perfeksionis.

Tulisan sebelumnya booming, yang sekarang tentu harus booming juga. Harus laku juga. Harus banyak yang baca juga. Kekhawatiran seperti itu justru bisa membuat WB nempel lebih lama pada kita.

Jika ini terjadi, maka ingatlah kembali alasan awal kita menulis. Tujuan kita menulis. Masa-masa saat kita merintis menjadi seorang penulis. 

Ernest Hemingway mengatakan "Sebagai seorang penulis, kamu tidak harus menilai, kamu harus mengerti." . Menulis sambil menilai tulisan kita, hanya akan membuat kita terhambat dalam menulis. Maka menulislah, biarkan orang lain yang menilainya agar penyakit WB tidak menghinggapi kita.

Tulisan yang baik itu adalah yang selesai. Sebagus apa pun diksi yang digunakan. Sekeren apa pun alur yang dibuat. Jika tak selesai? Ya menggantung. Jadi, tulisan yang selesai tentu lebih utama. Adapun tidak sesuai alur dsb itu urusan tahap berikutnya : editing.

Ketika lelah atau stress, kita bisa santai sejenak, jalan-jalan misalnya. Tidak perlu jauh dan mahal. Keliling naik motor lihat sawah yang terhampar bak permadani bersama suami dan anak saja sudah bisa merefreshkan pikiran dan hati. Atau bisa juga dengan membaca buku yang ringan-ringan.

Yang perlu diketahui bahwa malas itu tidak bisa dikategorikan sebagai WB. WB umumnya tidak disebabkan oleh masalah komitmen/kompetensi menulis. Justru orang yang rajin menulislah yang memiliki peluang besar terserang WB.

Namun demikian, untuk mengatasi rasa malas menulis, bisa dicoba dengan membuat target atau tantangan. Atau yang lebih menyenangkan, beri reward untuk diri sendiri saat telah selesai menulis. untuk menghindari WB, hindari penyebabnya. 

WB juga bisa terjadi saat akan menulis. Tiba-tiba saja penulis seperti kehilangan ide. Pada hal sebelumnya kita merasa sudah memiliki sejumlah ide cemerlang untuk di tulis. Oleh sebab itu, para penulis hebat selalu memiliki catatan pribadi. Saat ide-ide bermunculan, mereka akan mencatat di note. Zaman sudah canggih. Kita bisa langsung rekam ide-ide kita di gawai. Minimal buat outline tulisan terlebih dahulu. Karena outline akan menangkap ide kita sehingga tidak terbang ke negeri antah berantah

Mengatasi WB agar tidak terlalu lama dengan banyaknya aktivitas berpikir, salah satu yang bisa dicoba adalah gunakan golden Time saat menulis. Tiap orang punya golden Time masing-masing. Ada yang fokus menulis sebelum tidur. Ada yang bisa fokus menulis saat menjelang matahari terbit.

Ada yang selalu mendapat inspirasi jika menulis sambil mendengarkan lagu, ada juga yang harus sepi hingga suara jangkrik pun terdengar. Maka, ketahui golden Time kita, dan menulislah di saat itu untuk menghindari WB.

Jadi, cara paling efektif untuk menghindari WB adalah dengan mengenali diri sendiri. Menemukan titik-titik sumber kebahagiaan sehingga WB akan jauh dari kita.  J.K Rowling dan Dee Lestari adalah contoh penulis hebat yang pernah mengalami WB.

Sang Moderator menutup pertemuan malam ini dengan Kesimpulan :
Writer's block adalah kendala umum bagi para penulis, namun ketika komitmen dalam menulis sangat matang, maka kita akan dapat menulis dengan mengalir . Selain itu, me refresh pikiran dengan melakukan aktivitas yang kita sukai, bisa membangkitkan selera menulis dan menepis gejala WB

Menggunakan golden times adalah langkah mudah dalam menulis, karena dengan begitu ide menulis akan muncul berserak.

Terimaksih narasumber, Ditta Widya Utami, terimakasih moderator, Bu Maesaroh


Wassalam
 

Rabu, 28 Juli 2021

Buku Mahkota Penulis dan Muara Tulisan

 Resume ke-8, Rabu 28 Juli 2021


Tema            : Buku mahkota Penulis, dan Muara Tulisan
Narasumber   : Thamrin Dahlan, SKM, M.Si
Gelombang    : 19
Moderator     : Mr. Bams


Jujur harus saya akui bahwa menulis adalah pekerjaan yang penuh tantangan. Oleh sebab itu, kalau ada yang mengatakan bahwa menulis adalah pekerjaan yang berat, saya harus katakan iya. Terutama bagi mereka yang tidak mampu menata emosi dan motivasi mereka.

Saya mengibaratkan, menulis itu seperti orang yang ingin mendaki gunung. Semakin ke puncak, semakin berat perjuangannya. Apalagi bagi mereka yang tidak biasa mendaki. Semakin mendekati puncak, energi semakin terkuras. Semakin ke punjak, napas semakin menderu. Bahkan kadang-kadang terasa sesak. Kita tau, banyak orang yang ingin mendaki. Dan ingin menikmati sensasi ketinggian sambil menikmati panorama alam yang sangat indah disana. Tetapi berapa banyak yang berhasil? 

Menulispun demikian, semakin ke puncak, Semakin jauh perjalanan menulis dilakukan, semakin besar tantangan yang harus dihadapi. Jika mendaki gunung, energi fisik yang akan terkuras. Maka saat mendaki puncak menulis, energi batin yang akan terus terkuras. Tanda-tandanya akan terlihat dari menurunnya motivasi, kadang-kadang buyarnya konsentrasi, dan mood menulis yang mulai tergradasi. Dampaknya, menulis menjadi kaku, bisikan untuk berhenti menulis semakin kuat, dan tulisan kadang mulai kehilangan fokus. 

Dan itulah yang saya rasakan malam ini, entah karena kelelahan fisik atau karena rasa malas yang mulai menghinggapi. Saya harus mengatakan pada pertemuan ke-8 ini, saya memulainya dengan rasa yang menggoda. Sepertinya antara ekspektasi tinggi untuk meraih puncak keberhasilan menulis "Membuat buku solo" dengan godaan untuk berdamai dengan rasa malas lalu berhenti menulis, sudah semakin sama kuat. 

Namun saya bersyukur, otak rasionalku dan semangat masih sedikit kuat dari pada godaan untuk berhenti. Sehingga, walaupun mata dan tangan mulai terasa sangat lelah dan pegal, menulis terus saja saya jalani. Entah nanti tulisannya jelek, saya pikir biarkan saja. Nanti toh juga bisa direvisi. 

Dari sini saya menjadi sangat paham dan paham betul, mengapa pada kegiatan belajar menulis itu, setiap narasumber selalu menguatkan motivasi. Justru disanalah kuncinya. Para penulis berpengalaman ini tau betul, bahwa yang akan banyak menjadi tantangan para penulis pemula ini, bukan teknik menulisnya, dan bukan pula bagaimana menerbitkan bukunya. Tetapi jusru bagaimana menjaga motivasi menulisnya.

Sehingga kalau kita perhatikan tema-tema pada kegiatan belajar menulis ini, maka saya dapat mengelompokkan tema-tema tersebut ke dalam tiga hal ini:

  1. Memberikan motivasi menulis kepada para peserta
  2. Menjelaskan soal teknik menulis
  3. Memberikan jalan dan cara menerbitkan buku

Alhamdulillah, meskipun dengan semangat yang sedikit tersengal-sengal, setelah membaca tema malam ini "Buku mahkota penulis dan muara tulisan" mood menulis yang mulai redup, perlahan kembali terang. Tambah lagi ketika membaca kalimat-kalimat motivasi dari narasumber yang luar biasa, semangat menulis seakan kembali terpicu. Lihat saja kalimat luar biasa ini "sesungguhnya dimuka bumi, hanya terdapat dua pekerjaan peradaban, yaitu penulis atau jurnalis, dan pengajar atau guru". 

Guru adalah arsitek peradaban. Guru yang seperti ini adalah guru yang mendidik dan mengajar dengan hati. Guru adalah model oleh karena itu guru harus menjadi teladan yang baik bagi siswanya. Menurut narasumber menunjukkan keteladan dengan sikap dan contoh merupakan strategi pembelajaran yang ampuh dari sekedar mengajar di depan kelas. Semakin ke dalam, motivasinya semakin kuat.

Narasumber kali ini memang luar biasa, membuat hati tertawan, dengan paparan menawan dari seorang purnawirawan. Bapak H. Thamrin Dahlan, SKM, M.Si adalah seorang pensiunan polri dengan pangkat Komisaris besar polisi. Polisi pegiat lirasi, sudah 40 buku ber-ISBN telah diterbitkan.

Pak Thamrin bukan sembarang polisi, tetapi polisi sekaligus pengajar dan pendidik. Beliau seorang dosen di akademi keperawatan polri. Karena kecintaannya pada dunia tulis menulis, beliau mendirikan Yayasan Pustaka Thamrin Dahlan untuk memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para penulis pemula dalam menerbitkan buku. 

Sejumlah karya dan prestasi Pak Thamrin Dahlan yang sudah ditorehkan baik ketika masih aktif maupun setelah pensiun sebagai anggota polri. Beliau sendiri di kenal sebagai pembuat naska pidato pimpinannya. Dan dari aktivitas tersebut, kegiatan menulisnya mulai berkembang.

Siapa yang tak kenal dengan Mr. Bams, sang penulis dan pegiat literasi ulung. Mendampingi narasumber sekaligus memandu acara dari pembukaan hingga akhir. Style Mr. Bams terlihat jelas, selain santun dan bersahaja juga selalu ingin membuat setiap orang tersenyum senang mendengarnya.

Senang dan bahagia malam ini bisa kembali belajar bersama, untuk menyimak materi yang luar biasa. Silahkan siapkan semuanya, ada cemilan dan minuman yang bisa mengusir rasa kantuk. Nah, sebaiknya yang belum tersenyum boleh berikan senyuman yang terbaik untuk orang yang ada di rumah, demikian ungkapan pembukaan singkat dari Mr. Bams.

Pak Thamrin membuka paparan malam ini dengan topik kemudahan menulis di zaman now. Menurut Beliau di era kemajuan teknologi banyak sekali kemudahan dalam menerbitkan buku. Olehnya itu, sungguh sangat sayang jika sudah punya "modal' tulisan yang sekian banyak, tetapi tidak dikumpulkan kemudian dijadikan buku. Buku adalah Muara Tulisan. Tulisan yang terserak sebaiknya jangan dibiarkan begitu saja. Segera kumpulkan dan kirim ke Penerbit. 

Salah satu penerbitan yang dapat digunakan oleh para penulis adalah YPTD. YPTD atau Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan berdiri sejak 19 Agustus 2020. Penerbit ini telah menerbitkan buku ber ISBN (International Standard Book Number) sebanyak 232 Judul. Sebagian besar adalah buku teman-teman Guru Indonesia. YPTD juga menerbitkan buku Antologi. Pihak YPTD menyediakan koordinator atau kurator yang mengorganisir kumpulan tulisan kita. YPTD menerima naskah lengkap dan mengusulkan ISBN. Selanjutnya kurator yang akan mengatur distribusi buku. 

Ada pantun menarik Pak Thamarin yang hebat ini

Harimau mati meninggalkan belang, 

Gajah mati meninggalkan gading, 

Manusia wafat meninggalkan nama

Masalahnya, nama manusia itu tercantum dimana? lucu juga ya. Apakah hanya tertulis di Buku Nikah, Buku Tabungan, Buku Yasin, atau hanya di Batu Nisan. Hanya kita yang dapat menjawabnya.

Namun sejatinya setiap penulis, selalu berharap dan berusaha agar namanya selalu tercatat dengan indah pada setiap cover depan sebuah buku atau beberapa buku yang ditulisnya. Sesungguhnya buku ber ISBN adalah tanda keabadian bukti seorang manusia pernah hadir di muka bumi ini. Buku kita akan menjadi warisan sejarah yang tak ternilai, tersimpan aman dan rapi di Perpustakaan Nasional. 

Meskipun saat ini buku digital menjadi pesaing pada penerbitan buku konvensional. Bukan berarti buku cetak telah kehilangan daya magisnya. Buku Digital memang adalah tuntutan zaman. Perpustakaan Nasional memfasilitasi penerbitan buku digital (E Book) dengan ISBN Khusus. Namun buku cetak tetap akan abadi digunakan para pembaca.  Kelemahan buku digital tergantung pada energi berupa listrik dan sinyal. Tampaknya lebih nikmat membaca buku memegang kitab yang bisa dilakukan dimana dan kapan saja. 

Satu kalimat bijak dan penuh motivasi “Jika seseorang ingin melihat dunia, maka membacalah. Tapi jika ingin dikenal maka menulislah.” Jadikan menulis sebagai passion, maka kegiatan menulis akan menjadi aktivitas yang menyenangkan. Tulisan yang kita tulis, ibarat air mengalir. Tetes demi tetes bergabung menjadi satu, mengalir jauh mencari tempat terendah, dan akhirnya bermuara di lautan, itulah buku. 

Sejatinya buku adalah kumpulan tulisan yang terserak. Selaiknya karya gemilang, hasil olah pikir perlu diselamatkan dalam bentuk kitab. Sehingga disanalah makna buku menjadi muara sebuah tulisan. Menurut, Pak Dahlan pada prinsipnya semua orang bisa menulis. Karena ketika anda bisa berbicara, itu artinya anda bisa menulis. Menulis sebenarnya adalah aktivitas memindahkan bahasa lisan menjadi bahasa tulisan. 

Disinilah kekuatan materi Pak Thamrin malam ini, mampu memberi inspirasi dan motivasi. Membuat semangat yang redup bagkit kembali. Bagaikan minum kopi dimalam hari, saat diminum semangatnya tumbuh lagi.


Berkaitan dengan teknis menulis, Pak Thamrin menjelaskan banyak hal, seperti soal literasi. Literasi adalah kemampuan seseorang dalam mengolah dan memahami informasi saat melakukan proses membaca dan menulis. Oleh sebab itu, seorang penulis sudah pasti adalah orang yang literat. 

Beberapa kategori tulisan yang dapat dibuat oleh para penulis, yaitu:
  • Artikel deskriptif
    • Artikel deskriptif adalah artikel mirip, hanya melaporkan atau menggambarkan apa yang terjadi (to describe) dengan azas 5 W 1 H. Artikel deskriptif ini tidak memberikan solusi. Contohnya: reportase, laporan, liputan
  • Artikel eksplanatif
    • Artikel yang bertujuan untuk menjelaskan, menerangkan dan mengupas permasalahan secara mendalam/ilmiah. Objektif dan bertanggungjawab. Contohnya: karya ilmiah, dan opini
  • Fiksi
    • Fiksi merupakan karya tulis hasil imajinasi penulisnya sebagai bagian dari kebebasan menuangkan inspirasi dunia maya 
Selanjutnya bagaimana methode menulis agar praktis. Pak Thamrin memberikan beberapa cara sebagai berikut:
  1. Upaya jangan meninggalkan tulisan begitu saja
  2. Hiraukan kesalahan ketik
  3. Ketika blank (kosong), tinggalkan paragraf, dan masuk ke paragraf baru
  4. Baca berulang pada proses editing
  5. Sebagai pemula cukup menulis 7 paragraf
  6. Bersegera posting tulisan di media sosial
Kemudian teknik menulis berikutnya yang perlu dilakukan oleh seorang penulis pemula adalah:
  1. Menulislah pendek-pendek, maksimal 9 kata dalam satu kalimat
  2. Bahasa bicara atau seperti saat bertutur kata
  3. Mudah dimengerti atau dipahami
  4. Runtut, tidak menjelimet
Lalu apa yang harus ditulis, Nah Pak Thamrin memberikan saran sebagai berikut:
  • Tulislah apa yang disuka
  • Tulis apa yang dipahami
  • Tulislah tentang hobi
  • Tulsilah tentang pekerjaan
  • Tulislah tentang lingkungan, keluarga dan teman
  • Tulis apa sajalah
Tulislah dengan hati, agar tulisan itu dapat menyentuh hati pembacanya. Kadang-kadang seorang penulis butuh inspirasi dalam menulis. Maka agar inspirasi menulis itu selalu ada, seorang penulis perlu banyak membaca, mengikuti webinar, jalan-jalan, menelaah berita actual, menelisik berita viral, silaturahim, menyaksikan fenomena alam, berkomunikasi, bahan ajar, suasana kelas, dan lain-lain yang dapat memberikan ide menulis.


Terimakasih Om Jay, Mr. Bams, dan Narasumber malam ini Bapak H. Thamrin Dahlan atas semua kebaikannya sudah mau berbagi.



Jenis-jenis Penelitian untuk Guru

 


Penelitian adalah proses menemukan informasi bermakna yang dilakukan dengan langkah-langkah terkontrol dan sistematis melalui pemanfaatan intrumen tertentu berpandu pada teori dan dugaan yang telah dibuat oleh peneliti. McMilan dan Schumacher (2010) mengatakan penelitian adalah proses penemuan dan analisis data secara sistematis dan logis untuk mencapai tujuan tertentu. Dari pengertian tersebut, maka dapat dikatakan bahwa penelitian pada prinsipnya adalah kegiatan mengumpulkan informasi yang sistematis dan mengikuti cara tertentu sehingga setiap orang dapat menilai dan memvalidasi mutu informasi yang dibuat berdasarkan data dan informasi yang diperoleh. 

Pernyataan, kesimpulan, dan atau bahkan keputusan yang dibuat berdasarkan informasi dari hasil penelitian lebih dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Resiko terhadap dampak pengambilan keputusan relatif kecil, karena dasar pengambilan keputusannya valid. Kemungkinan efektivitas tindakan juga akan lebih tinggi, mengingat basis pemilihan tindakan akurat.  

Guru sebagai profesional, sudah selayaknya melakukan penelitian sebagai bagian dari upaya meningkatkan mutu pendidikan. Dalam menjalankan profesinya, guru memiliki banyak peluang untuk melaksanakan kegiatan penelitian, karena bidang yang digelutinya merupakan bidang pekerjaan yang sangat kompleks. Tentu saja penelitian yang dilakukan oleh guru akan lebih bermanfaat jika setiap fokus penelitiannya senantiasa dikaitkan dengan bidang pekerjaan tugas dan fungsinya sebagai guru maupun sebagai pelaksana pendidikan secara umum. Oleh sebab itu, guru harus bijak memilih bidang kajian dan jenis penelitian yang akan dilakukannya. 

Terdapat beberapa jenis penelitian yang dapat dipilih oleh peneliti. Jenis-jenis penelitian terdiri dari:
  1. Berdasarkan bidang penelitian: penelitian akademis, penelitian profesional, penelitian, institusional
  2. Berdasarkan tujuan penelitian : penelitian murni, dan penelitian terapan
  3. Berdasarkan metode penelitian : survei, exfostfakto, eksperimen, naturaslistik, policy reaserch, action reaserch, evaluasi, sejarah, dan R & D.
  4. Berdasarkan tingkat eksplanasi : Deskriptif, komparatif, asosiatif 
  Dari jenis penelitian di atas, maka jenis penelitian yang dapat dipilih oleh guru adalah action research (penelitian tindakan), R & D, dan deskripstif, komparatif, dan asosiatif. 
  • Action research
Action research atau PTK sangat cocok untuk guru, mengingat setiap tindakan pembelajaran yang dilakukan oleh guru memerlukan tindakan perbaikan berkelanjutan sesuai dengan tantangan dan masalah pembelajaran yang dihadapi. PTK juga penelitian yang relatif sederhana dan dapat dilakukan secara kolaboratif oleh guru dengan melibatkan rekan kerja atau pihak lain.
  • Reseach and Development (R & D)
Reseach and Development (R & D) atau penelitian pengembangan adalah penelitian yang bertujuan mengembangkan instrumen tertentu sehingga diperoleh istrumen yang telah tervalidasi melalui proses yang ketat dan sistematis. (R & D umumnya dilakukan untuk memperoleh produk tertentu yang telah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan. Bagi guru jenis penelitian ini, misalnya dapat dilakukan untuk mengembangkan instrumen pembelajaran seperti RPP, LKS, alat evaluasi, dan lain-lain.
 
Terdapat empat macam desain atau tingkatan dalam penelitian pengembangan, yaitu: melakukan penelitian untuk membuat rancangan produk tetapi tidak dilanjutkan dengan membuat dan menguji produk tersebut (level 1). Tidak melakukan penelitian tetapi hanya menguji validitas produk yang telah ada (level 2). Meneliti dalam rangka mengembangkan produk baru yang sebelumnya belum perna ada (level 4)

 

McMillan, J.H. & Schumacher S. (2010). Research in Education. New Jersey:
Pearson Education

Selasa, 27 Juli 2021

Mengapa guru harus melakukan penelitian

 

Guru adalah tenaga profesional dengan tugas utama melaksanakan proses pembelajaran. Proses pembelajaran harus bermutu yang ditandai dengan tingginya hasil belajar peserta didik. Hasil belajar siswa bersifat dinamis. Hal ini tidak dapat dilepaskan dari dinamika praktik pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru. Baik buruknya hasil belajar akan bergantung pada mutu pembelajaran.

Oleh karena itu, selain menilai hasil belajar peserta didik, guru juga dituntut untuk mampu menilai mutu praktik pembelajarannya sendiri (self assessment). Dengan cara seperti itu, guru secara mandiri dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan pembelajarannya, sekaligus berupaya memperbaiki mutu tindakan pembelajaran dari waktu ke waktu. Guru dapat memilih treatment atau tindakan yang sesuai, berdasarkan karakteristik masalah yang dihadapi.  

Untuk menilai mutu praktik pembelajaran, setidaknya guru harus mampu dan terampil mengumpulkan data dan informasi, menyajikannya, menganalisis, dan menarik kesimpulan dari data dan informasi tersebut. Ini artinya guru harus mau dan mampu melakukan penelitian. Dengan kegiatan penelitian, tindakan perbaikan pembelajaran yang dipilih guru memiliki peluang lebih besar untuk berhasil daripada tindakan pembelajaran yang dipilih hanya berdasarkan asumsi atau perasaan saja.

Pada lingkup yang lebih luas, selain melaksanakan tugas utama mengajar, guru juga tidak dapat melepaskan diri sebagai unsur pelaksana pendidikan. Pada posisi ini guru turut bertanggungjawab atas kualitas pendidikan baik langsung maupun tidak langsung. Guru dapat memainkan perannya sebagai pemberi saran yang efektif dan bertanggungjawab, agar tindakan-tindakan dalam pengelolaan pendidikan semakin baik dan bermutu. 

Namun saran dan masukan dari pihak manapun, termasuk guru tentu tidak begitu saja mau diterima oleh pengelola pendidikan. Nilai dan bobot saran atau informasi yang disampaikan akan dipertimbangkan secara cermat. Dalam hal ini, saran dan masukkan atau informasi yang bersumber dari hasil penelitian sudah pasti memiliki bobot atau nilai yang lebih tinggi dibandingkan sumber lainya. Apalagi hanya berdasarkan pada asumsi atau pendapat pribadi.

Dari penjelasan di atas, kita menjadi paham bahwa baik dalam melaksanakan tugas sebagai guru atau pendidik, maupun sebagai unsur pelaksana pendidikan secara umum, guru perlu melakukan penelitian. Memang tidak semua saran atau masukan yang disampaikan diperoleh melalui hasil penelitian. Tetapi paling tidak, saran dan masukan yang bersumber dari pengolahan dan analisis data yang akurat melalui proses penelitian, akan lebih meyakinkan.

Selain untuk kepentingan terkait dengan peningkatan kualitas pembelajaran atau pendidikan pada umumnya. Guru juga harus melakukan penelitian untuk memenuhi syarat kenaikan pangkat. Penulisan karya ilmiah berupa hasil penelitian bahkan menjadi syarat wajib bagi guru dalam jabatan profesi. Hal ini sesuai dalam peraturan menteri pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi nomor 16 tahun 2009 tentang jabatan fungsional guru dan angka kreditnya. 

Sehingga dari uraian di atas, maka terjawablah pertanyaan "mengapa guru harus melakukan penelitian", setidaknya memiliki 3 alasan sebagai berikut:
  1. Untuk memperbaiki mutu tindakan pembelajaran, agar lebih efektif dan efesien
  2. Untuk memperbaiki mutu pendidikan secara umum
  3. Untuk memenuhi persyaratan kenaikan pangkat atau jabatan profesi.
Jadi, mau atau tidak mau guru pada suatu kondisi tertentu harus melakukan penelitian untuk memenuhi tuntutan tindakan profesionalnya.

  



Senin, 26 Juli 2021

Menerbitkan Buku Semakin Mudah di Penerbit Indie

 Resume ke-7, Senin, 26 Juli 2021


Ditengah situasi yang sulit saat ini, kematian seakan begitu dekat. Silih berganti berita duka mewarnai ruang media, baik media mainstrem maupun media sosial. Dua hari lalu, tetangga dekat saya, seorang perawat. Saya mengenalnya sebagai orang yang sangat rajin ke masjid. Shalat berjamaah, hampir tidak perna lalai dilakukannya di masjid pesantren Hidayatullah di lingkungan tempat tinggal kami. Tiba-tiba paginya, istri membuka facebook, berita pertama yang muncul dihalaman facebook ternyata berita duka. Sang perawat yang dikenal rajin ibadah itu, telah meninggal dunia. Bergegas istri menyampaikan berita itu ke tetangga. Tetapi justru tetangga yang dulu tau. Yah, ternyata beliau sudah dikuburkan sejak semalam. Kematian beliau harus dilakukan dengan prokol covid, sehinga tidak bisa dihadiri oleh sebagian besar kerabat. 

Hari ini, berita kematian datang lagi, seorang kepala MTs. DDI yang juga pengurus PGRI baru saja meninggal dunia. Kepala sekolah yang juga dikenal sebagai seorang dai ini, lagi-lagi diketahui terpapar corona. Sampai kapan pandemi ini akan menghatui kehidupan ini, hanya Tuhan yang tau. Tidak ada yang dapat dilakukan oleh manusia selain berpasrah atas takdir yang telah ditetapkan oleh Allah, sambil terus berdoa dan berikhtiar. Kematian akan datang kapan saja dan dimana saja. Tak akan ada yang tau apakah kita masih hidup atau sudah tiada, maka menulislah. Teruslah menulis, paling tidak orang-orang akan tahu kalau kita masih hidup. 

Malam ini, om Jay memperkenalkan guru mudah berbakat sebagai narasumber pada kelas menulis PGRI. Namanya Raimundus Briyan Prasetyawan, S.Pd. Usia boleh mudah, tapi prestasi dalam dunia tulis menulis sudah luar biasa. Puluhan tulisannya sudah dimuat diberbagai media cetak terkenal. Sebagaian besar di tabloid Bola, Harian Bola, Tabloid Soccer. bahkan ada juga yang dimuat di Harian Kompas, Kedaulatan Rakyat, Warta Kota, Media Indonesia, dan Majala Hidup. Setidaknya demikian yang saya ketahui dari blog guru milenial. Bahkan profil beliau menurut berita diblog pernah dimuat dalam buku berjudul "Majors For The Future". Mengapa saya perlu menceritakan ini, karena saya ingin energi positif yang dimiliki oleh anak mudah hebat seperti Mas Brian ini, bisa menginspirasi dan membakar emosi positif serta memotivasi dalam situasi yang kurang bersahabat ini agar terus berkarya melalui tulisan yang menghibur, informatif, argumentatif dan bermanfaat buat sesama. Setidak jika kita tidak dapat memyampaikan pesan secara lisan kepada sahabat, kerabat, dan orang-orang yang kita cintai, kita masih dapat menyampaikannya melalui tulisan yang terkirim melalui berbagai platform media yang tersedia.

Mas Brian, didampingi oleh Bu Aam yang sudah sangat kita kenal melalui kegiatan belajar menulis ini. Keduanya merupakan talenta hebat yang sudah banyak membantu om Jay menjalan misi literasi di nusantara melalui kelas menulis PGRI. Oleh karena itu, tidak salah rasanya jika om Jay memasangkan keduanya dalam pertemuan ke-7 malam ini. Sudah pasti keduanya akan memainkan peran ganda campuran yang akan memenangkan hati seluruh peserta menulis malam ini.

Seperti biasa, setelah om Jay menyampaikan salam pembuka dan memperkenalkan narasumber dan moderator, kata-kata motivasi penuh spirit selalu disampaikan. Itulah Om Jay, seakan tak pernah lelah terus berkarya dan berbagi. Siangnya saya masih sempat menyaksikan dan mengikuti kegiatan beliau pada kegiatan seminar yang digelar secara online, eh malam ini, beliau hadir lagi memberikan pencerahan dan motivasi. Seakan semua waktu om Jay telah diwakapkannya untuk berbagi dengan sesama. Selamat om Jay, sehat selalu.   Om Jay mempersilahkan sang moderator Bu Aam memimpin jalannya acara sampai selesai. 

Bu Aam sang moderator, memperkenal profil Mas Brian, meskipun sedikit banyak saya sudah mengenalnya melalui link blog yang dibagikan. Tidak diragukan lagi pemuda kelahiran 1992 ini, masih sangat belia, namun memiliki segudang cerita inspiratif yang layak untuk kita ketahui. Selain menulis buku dan artikel di koran-koran nasional, beliau juga pendiri komunitas Cakrawala Blogger Guru Nasional(Lagerunal). 

Setelah dipersilahkan oleh Bu Aam, Mas Brian sedikit menceritakan bagaimana dulu dia mengikuti kegiatan pelatihan belajar menulis gelombang 4 bersama om Jay sekitar bulan maret 2020. Menurutnya manfaat kelas menulis sangat dirasakannya hingga dia menjadi seperti sekarang ini. Olehnya itu, dia berkenan dan bersemangat membantu Om Jay dalam mengurus pelatihan ini agar banyak guru di Indonesia juga dapat merasakan manfaat pelatihan ini. Dahulu pelatihan belajar menulis belum ada materi tentang penerbit indie. Olehnya itu, sejak juli 2020 Mas Brian membantu peserta belajar menulis untuk terhubung ke penerbit indie yang telah kerja sama dengannya. 

Salah satu tantangan terbesar pada pelatihan menulis adalah menerbitkan buku solo. Sehingga tepatlah kiranya jika pada pertemuan ini temanya adalah "Menerbitkan Buku Semakin Mudah di Penerbit Indie". Kehadiran penerbit indie menurut Mas Brian semakin mempermudah siapapun yang ingin menerbitkan buku tanpa harus diseleksi. Dahulu ketika penerbit indie belum eksis seperti sekarang, penerbitan buku hanya dilakukan di penerbit mayor seperti Gramedia, Grasindo, Elex media dan lainnya.

Tantangan terberat dalam menerbitkan buku pada penerbit Mayor adalah proses seleksi naska. Penulis harus berjuang hingga bisa diterima oleh suatu penerbit mayor. Ketika naskah diterima pun proses penerbitannya sangat lama. Kini ada penerbit indie yang bisa menjawab rintangan-rintangan tersebut. Naskah pasti diterbitkan dan proses penerbitan mudah dan cepat.

Bagi penulis pemula  tentu penerbit indie menjadi solusi untuk bisa mewujudkan impian memiliki buku karya sendiri. Memang  kalau di penerbit indie, kita perlu keluar biaya untuk mendapat fasilitas pra cetak penerbitan. Tetapi itu memang konsekuensi dari penerbitan tanpa seleksi, sehingga biaya penerbitan menjadi tanggung jawab penulis untuk mendapat fasilitas penerbitan yang memuaskan.

Melalui penerbit indie pula, sejumlah buku Mas Brian sudah diterbitkan. Pada bulan Oktober 2020 dia  mengirim naskah buku pertama saya ke salah satu penerbit Indie. Berikut buku pertama dari Mas Brian.


Setiap penulis bisa dengan bebas memilih mau menerbitkan buku dimana. Tidak ada ketentuan harus diterbitkan pada satu penerbit tertentu. Silakan memilih sendiri penerbitnya. Namun, Mas Brian mengenalkan satu penerbit indie yang menjadi rekanannya selama ini yaitu Penerbit Gemala. Berikut ini beberapa buku peserta belajar menulis dari berbagai gelombang yang terbit lewat penerbit Penerbit Gemala. 



Meskipun untuk menerbitkan buku melalui penerbit indie relatif mudah dan tanpa proses seleksi yang ketat. Namun bukan berarti penerbit indie tidak memiliki aturan dalam proses penerbitan. Oleh sebab itu, sangat perlu bagi setiap penulis yang ingin menerbitkan buku memahami dengan baik ketentuan tiap penerbit dan memilih yang cocok dengan selerah penulisnya. Penerbit memiliki penawaran dan ketentuan yang berbeda-beda. Berikut salah satu ketentuan yang berlaku pada penerbit Indie.


Nah, bagi penulis yang ingin menerbitkan buku melalui penerbit Gemala silahkan memperhatikan ketentuan umumnya sebagaimana tertulis pada poster di atas.

Menulis adalah aktivitas yang menyenangkan. Dengan menulis kita dapat menuangkan segala kegelisahan jiwa kita melalui tulisan. Itulah mengapa menulis dapat menjadi pengobat stress. Namun menulis juga dapat menjadi sarana yang efektif untuk menyampaikan gagasan dan ide kita kepada orang lain, sehingga semakin banyak orang lain mendapatkan manfaat dari ide dan gagasan yang kita sampaikan. Tulisan-tulisan tersebut dapat saja kita sampaikan melalui berbagai media, tetapi belum lengkap rasanya jika tulisan-tulisan tersebut belum diwujudkan dalam bentuk buku hasil karya sendiri. Menerbitkan buku tidak dapat kita lakukan sendiri, oleh karena itu kita memerlukan pihak lain untuk membantu menerbitkan buku kita. Awalnya menerbitkan buku merupakan sesuatu yang sulit, terutama bagi penulis pemula. Namun seiring waktu, berkat kehadiran penerbit Indie, proses penerbitan buku menjadi relatif mudah dan terjangkau. Salah satu penerbit itu adalah penerbit Gemala.

Selamat menerbitkan buku. 


Minggu, 25 Juli 2021

Cerita dibalik Soto

Muliadi,M.Pd

Soto merupakan salah satu makanan khas Indonesia. Hampir semua masyarakat Indonesia mengenai dengan baik makanan ini. Makanan ini terkenal karena kelezatannya.

Nama boleh sama, tetapi citarasa soto setiap daerah belum tentu sama. Lain lubuk lain ikannya, lain daerah lain pula citarasa sotonya. Soto Kudus memiliki citarasa yang berbeda dengan soto Banjar, soto Banjar beda juga dengan soto Padang walau pun sama-sama bernama soto.

Pada suatu waktu saya berkunjung ke Banjarmasin ibu kota Kalimantan Selatan. Kebetulan saat itu kami diundang untuk presentasi proposal penelitian yang dibiayai oleh Kemendikbud. Disela-sela acara yang kosong, saya berkesempatan berkunjung ke rumah keluarga.

Bersama Pak Maslani yang baik hatinya, sahabat sesama peserta acara, kami pergi menemui ibu Fera. Ibu Fera adalah keluarga dekat saya yang sudah cukup lama tinggal di Banjarmasin tepatnya di kota Martapura. 

Saya beruntung, karena pak Maslani dapat mengantar saya dengan mobil miliknya sampai tujuan. Pak Maslani sangat mengenal kota ini, karena beliau orang asli Banjar. Jarak antara Kota Banjarmasin ke kota Martapura kurang lebih 40 km. Kami menempuh perjalanan kurang dari 1 jam.

Singkat cerita, saya akhirnya bisa bertemu keluarga bu Fera. Senang rasanya bisa bertemu keluarga yang sudah lama merantau. Saking asyiknya berbagi cerita, tak terasa waktu sudah sore. Karena masih ada agenda kegiatan, saya dan pak Maslani kembali ke hotel. 

Besoknya saya balik lagi ke Martapura, tapi kali ini bu Fera yang jemput. Diperjalanan Bu Fera bertanya apakah saya perna makan soto. Saya bilang, perna, di Tolitoli. Bu Fera langsung menimpali, bukan itu maksudku, tapi soto Banjar. Langsung saya bilang belumlah.

Sambil mengendarai mobil honda jazz, Bu Fera menceritakan bagaimana enaknya makanan Banjar. Salah satu makanan yang menjadi favoritnya adalah soto Banjar itu. Hampir setiap pekan Bu Fera bersama keluarga pergi ke rumah makan langganannya untuk menikmati soto Banjar. 

Kali ini, seakan ingin membuktikan ceritanya tentang soto Banjar, dibawalah saya kesana. Sayangnya saya lupa nama rumah makannya. Benar saja, setelah memarkir mobil, kami langsung memilih tempat dan memesan dua porsi soto Banjar.

Tidak berapa lama, dua piring soto Banjar pesanan kami sudah tersaji. Kepulan asap tipis dari soto Banjar yang masih panas mengantar bau harum racikan rempah khas Banjar. Selerah makanku langsung membuncah.

Sambil menikmati kuah soto, Bu Fera juga terus menceritakan tentang soto Banjar. Kelihatannya dia ingin benar-benar meyakinkan saya soal enaknya soto satu ini.

Menurut Bu Fera perbedaan soto banjar dengan soto lainnya terletak pada resepnya. Soto banjar memakai cengkih dan kapulaga. Rapi tidak dihaluskan, hanya direbus dan diambil sarinya. Soto banjar biasanya dimakan pakai lontong atau ketupat, bukan nasi.

Lain soto Banjar lain pula soto Betawi. Ciri khas soto Betawi yang membedakannya dengan soto lainnya adalah penggunaan bahan berupa susu. Selain itu soto betawi banyak yang menggunakan tambahan minyak samin.

Itulah makanan soto yang menjadi makan spesial Indonesia. Jika berkesempatan,  kita dapat mencoba berbagai varian soto yang ada di Nusantara. Ada soto Lamongan, soto Medan, soto Padang, soto lenthok, dll. Tapi jangan salah, ada juga makanan yang namanya Coto, jadi bukan soto. Coto ini makanan khas Makassar, namanya Coto Makassar. 

Selamat menikmati Coto, eh..soto.

Wassalam

Jumat, 23 Juli 2021

Menulis Membuatku Naik Kelas dan Berprestasi

 Resume ke-6, Jum'at 23 Juni 2021

Tema                 : Menulis Membuatku Naik Kelas dan Berprestasi
Narasumber      : Aam Nurhasanah, S.Pd
Gelombang       : 19
Moderator         : Maesaroh

Optimisme adalah rasa percaya yang menuju kearah prestasi. Tidak ada yang dapat dilakukan tanpa harapan dan keyakinan (Helen Keller). Optimismelah yang membuatku mau menulis resume malam ini. Tanpa itu, sulit rasanya menggerakkan jari-jemari menuangkan ide dan gagasan tentang kisah inspiratif dari seorang motivator bersahaja, ibu Aam Nurhasana, S.Pd.

Malam ini adalah pertemuan ke-6 kelas menulis PGRI. Saya bersyukur, karena malam ini saya bisa mengikutinya dari awal hingga akhir. Ibu Aam Nurhasana atau biasa disapa Ibu Aam yang menjadi Narasumber kali ini. Penasaran rasanya ingin segera menyelami pengalaman sang motivator ulung dengan segudang prestasi. 

Ibu Aam Nurhasana, S.Pd, demikian moderator kali ini ibu Maesaroh, M.Pd sang guru blogger Milenial memperkenalkan namanya. Memiliki sederet prestasi yang luar biasa. Juara 1 Lomba Blog PGRI Tingkat Nasional Maret 2021 sudah diraihnya. Dalam kurun waktu 1,5 Tahun di kelas menulis PGRI  Bu Aam telah menulis 20 Buku ber-ISBN. 

Disela-sela kesibukan sebagai kepala SMPS Mathla'ul Hidayah Cipanas Lebak banten. Bu Aam juga dikenal sebagai penulis aktif pada komunitas menulis. Berkat prestasinya yang gemilang, Bu Aam selalu naik kelas dari seorang bloger menjadi moderator, selanjutnya diberikan kepercayaan sebagai kurator sampai jadi editor. Pada beberapa kesempatan, beliau juga dipercaya sebagai moderator dan bahkan sebagai Narasumber. Di kelas menulis PGRI, beliau menjadi Narasumber untuk ke-4 kalinya.

berikut buku beliau yang telah diterbitkan:




Sungguh suatu kesempatan yang sangat baik, bisa menyimak paparan beliau. Meskipun hanya melalui grup WA, hal itu tidak mengurangi keseriusan saya mengikuti dengan seksama setiap tulisan yang tersaji begitu apik. Satu hal yang membuat saya penasaran, apa rahasianya dia begitu hebat?

Tak segan dan tak ragu beliau dengan kerendahan hati, mau berbagi kesuksesan dalam menulis. Menurut Bu Aam, salah satu kendala penulis adalah sulitnya menemukan ide dan pesan yang akan disampaikan dalam menulis. Namun semua itu, ternyata mampu dipatahkan oleh bu Aam dengan tips berikut:
  1. Ide menulis bisa dari siapa saja, terutama dari orang-orang dekat penulis, sahabat atau kerabat 
  2. Ide tulisan bisa berasal dari benak penulis, seperti kisah kehidupan kita, pengalaman atau perjuangan orang-orang yang kita kagumi
  3. Ada banyak pesan yang dapat kita sampaikan, diantara tentang kaum perempuan yang harus mau menerima paket kehidupan yang Allah berikan dengan suka dukanya. Pesan soal perencaan sebagai hal yang fundamental dari sebuah keberhasilan pendidikan, dll
Setelah ide dan pesan yang akan disampaikan sudah kita miliki, maka selanjutnya menuangkannya dalam bentuk tulisan. Kita dapat memulainya dari mengumpulkan ingatan, menentukan tokoh dan karakternya disetiap subjudul, membuat outline, menulis yang ada dalam pikiran, awali dengan ayat alquran, hadits, kalimat bijak nan indah. Mulailah dari nol menuju keberhasilan (pahlawan).

Setiap orang memiliki tujuan yang berbeda dalam menulis buku. Namun apapun tujuan tersebut yang terpenting adalah menyelesaikan misinya menjadi sebuah tulisan yang dapat dibaca dan nikmati orang lain. Tulisan akan mudah sampai kepada pembaca, jika tulisan itu diwujudkan dalam bentuk buku. Melalui buku, maka pesan yang akan disampaikan oleh penulis mencapai tujuannya.

Dengan menulis buku kita akan mampu menebar pengetahuan dan mendialogkan kebenaran. Melalui buku, kita dapat mengikat makna, menghimpun dan menebar gagasan. Karya buku dapat menjadi tanda terimakasih yang sangat berharga buat guru kita tercinta. Menulis buku dapat menjadi proses perjuangan yang menyenangkan bagi penulisnya, laksana malaikat menyampaikan wahyu atau designer merancang dan membuat baju, atau seorang dirigen mengatur irama lagu. 

Satu hal yang perlu diperhatikan, sebelum membuat outline jangan lupa mengumpulkan materi-materi yang mendukung. Bisa berupa kata-kata bijak, data, teori, gambar, dan lain-lain sesuai kebutuhan tulisan kita.

Untuk membuat outline, hal pertama yang kita lakukan adalah memilih topik tulisan. Tulisan kita bisa bersipat reflektif, persuasif, informatif, berangkat dari hasil penelitian, atau kombinasi dari beberapa hal. Memilih topik tertentu, akan membatu kita menjaga pikiran tetap pada satu jalur. Dengan demikian, kita akan lebih mudah menyelesaikan tulisan dengan baik.

Sebagai penulis pemula, Bu Aam menyarankan agar kita menulis buku Antologi. Dengan menulis buku antologi kita bisa belajar banyak dari penulis lainnya. Menulis buku antologi juga dapat menjadi sarana memacu dan memberanikan diri membuat buku utuh dengan khas jenis tulisan masing-masing. Setidaknya menulis buku antologi menjadi awal baik dalam menulis buku bagi para pemula.

Olehnya itu menulislah karena hanya dengan menulis kita yang biasa dapat menjadi luar biasa, seperti bu Aam Narasumber hebat kita. HOS Cokroaminoto mengatakan jika kalian ingin menjadi pemimpin besar, menulislah seperti wartawan dan bicaralah seperti orator. Menulis adalah sebuah kebutuhan agar otak kita tidak dipenuhi oleh feses pemikiran, maka menulislah. Entah itu dibuku tulis, daun lontar, prasasti, atau media sosial. Menulislah terus tanpa peduli karyamu akan dihargai oleh siapa dan senilai berapa (Fiersa Besari, penulis dan pemusik).


Wassalam