Pengikut

Selasa, 13 Juli 2021

Jadikan Menulis sebagai Passion

Motto : Bersemangat  menggapai  ridha  Allah  dengan  berbagi  dan silahturahmi

Alhamdulillah malam ini akhirnya saya bisa berpartisipasi aktif pada kelas menulis angkatan 19. Semoga ini menjadi awal baik buat saya untuk menjadi peserta yang aktif menulis. Targetnya Inshaa Allah menghasilkan buku solo, amiin.

Pada hari ke-1 materi disampaikan oleh Ibu Sri Sugiastuti, M.Pd. Ibu Sri atau akrab dipanggil bu Kanjeng adalah seorang penulis produktif. Sudah banyak buku yang beliau hasilkan. Setidaknya ada 21 judul buku yang diterbitkan. 

Selain penulis, beliau juga seorang editor, kurator, dan motivator, pengurus PGRI Surakarta Jawa Tengah, dan juga di kenal sebagai guru blogger. Dapat dibayangkan betapa padatnya aktivitas beliau. Namun ditengah berbagai kesibukannya, beliau masih menyempatkan diri menekuni hobi traveling, membaca, dan bersilaturahmi. 

Alhasil, hobi silaturahmi dan kecintaan beliau pada dunia tulis menulis mendorong bu Kanjeng mau saja menyempatkan diri berbagi ilmu dan pengalamannya bersama grup menulis angkatan 19. Kebetulan malam ini beliau menyampaikan sebuah tema yang sangat excited yaitu "Jadikan menulis sebagai passion". 

Sebagai penulis pemula, saya merasa paparan bu Kanjeng malam ini luar biasa. Sebuah paparan materi yang cukup komplit. Rangkaian materinya sistematis, detail berpadu dengan gaya khas bu Kanjeng. Sangat cocok bagi penulis pemula yang baru membangun kepercayaan diri dalam menulis.

Saya mencoba mengelompokkan garis besar materi yang disampaikan bu Kanjeng dalam 4 bagian penting, yaitu:

  1. Alasan logis mengapa kita harus menulis
  2. Problem atau masalah dalam menulis, khususnya penulis pemula
  3. Bagaimana proses menulis hingga menjadi buku
  4. Bagaimana mempublikasikan atau mempromosikan buku
Mengapa kita harus menulis dan menjadikan menulis sebagai sebuah passion? Bu Kanjeng mengemukakan setidaknya ada dua alasan yang dapat menjelaskannya, yaitu:
  1. Hingga hari ini, profesi penulis adalah salah satu pekerjaan yang sangat dihormati dan dihargai secara sosial. 
  2. Kemampuan menulis dipandang sebagai indikator intelektualitas dan kematangan berpikir.
Fakta menunjukkan banyak orang ingin menjadi penulis, tetapi hanya sedikit yang benar-benar eksis sebagai penulis. Awalnya menulis namun seiring waktu berhenti dan tidak menulis lagi. Alasannya beragam, ada karena merasa tidak berbakat, tidak memiliki ide, tidak memiliki waktu, tidak suka menulis, tidak percaya diri atau bahkan hanya sekedar tidak berani menerima kritik. Tapi itulah menulis, pasti banyak hambatannya.

Padahal menurut saya, jika saja kita mau mengubah mindset dan bersedia melihat hambatan menulis sebagai tantangan yang harus dimenangkan, maka bukan mustahil kita akan menghasilkan karya menulis yang akan berbuah manis. Tentu tidak ada proses yang mudah apalagi instan. Kuncinya, kita harus mau melihat ke dalam diri sendiri, mengubah hal negatif menjadi positif. Melihat hambatan sebagai tantangan yang menyenangkan.

Menghasilkan karya intelektual berbentuk buku, menurut saya adalah sebuah challenge yang menarik untuk dimenangkan. Tantangan ini memang ngeri-ngeri sedap, karena batu sandungan terbesar kita adalah diri sendiri (Internal), dan bukan dari luar (eksternal). Apalagi bagi seorang penulis pemula. Nah, justru disinilah nilai penting dari materi yang disampaikan oleh Bu Kanjeng, yaitu "jadikan menulis sebagai passion". 

Apa itu passion? passion adalah kecenderungan atau keinginan seseorang untuk melakukan sesuatu yang ia suka atau dianggap penting untuk dilakukan. Secara sederhana passion berarti kondisi ketika motivasi kuat bertemu dengan emosi yang sama kuatnya. Kita dapat bayangkan ketika menulis sudah menjadi passion kita, maka menulis laksana makan makanan favorit. Dengan passion, menulis menjadi lebih mudah dan menyenangkan, seberapapun besarnya tantangan yang kita hadapi. 

Masalahnya sekarang, bagaimana menumbuhkan passion menulis dalam diri? Bagi penulis pemula, menurut Bu Kanjeng resepnya adalah tumbuhkan motivasi menulis. Motivasi ini bisa dari siapa saja atau melalui cara apa saja. Mengikuti kelas menulis, membaca buku, menonton, mendengarkan percakapan atau berdiskusi dengan orang lain bisa menjadi cara atau jalan untuk memotivasi diri. Disamping itu kita juga perlu etos kerja yang kuat. Jika motivasi dan etos kerja sudah tumbuh dalam aktivitas menulis, maka secara perlahan passion menulis akan tumbuh dalam diri kita.  

Ketika menulis sudah menjadi passion, maka apapun kendala atau hambatan yang datang saat menulis, dapat kita transformasi menjadi tantangan yang menyenangkan. Dari sana goresan demi goresan akan terangkai dalam kalimat, kalimat menjadi paragraf dan seterusnya. Menulis menjadi mengalir laksana air sungai menuju muaranya. 

Kesulitan diawal menulis adalah sesuatu yang alami. Kesulitan ini dapat terjadi pada siapapun. Untuk mengatasi hal tersebut Bu Kanjeng memberikan saran jitu, yaitu mulailah dengan kata WhyWhy (mengapa) adalah sebuah pertanyaan yang otomatis akan men-trigger (memicu) banyak jawaban atau alasan sesuai konteks pertanyaannya. Seperti mengapa kita benci sesuatu, mengapa kita malas menulis, mengapa ini harus sampaikan, mengapa ini atau mengapa itu. Selebihnya tugas penulis  menuangkan ide atau gagasan ke dalam tulisan yang dapat dibaca dan dinikmati oleh orang lain. 

Saya sepakat dengan Bu Kanjeng bahwa kata Why lebih bersifat filosofis dan berhubungan dengan nilai, visi dan misi hidup kita di dunia. Pertanyaan ini sangat personal dan subyektif. Setiap orang pasti punya motif mengapa dia harus menulis. Terkait hal tersebut, Bu Kanjeng mengatakan setidaknya ada 5 alasan yang mendorong seseorang menulis, yaitu :
  1. Orientasi Material
  2. Orientasi Eksistensial
  3. Orientasi Personal
  4. Orientasi Sosial
  5. Orientasi Spiritual
Namun bekal motif menulis saja tidak cukup untuk menghasilkan tulisan yang baik. Oleh sebab itu, perlu kita lanjutkan dengan kata How. Pertanyaan ini lebih bersifat teknis dan jawabannya cenderung mudah dipelajari melalui proses latihan. Seperti kata penulis hebat, menulis adalah sebuah keterampilan. Oleh karena itu, menulis dan terus menulis adalah cara terbaik untuk meningkatkan kemampuan menulis. Meminjam kata om Jay, menulislah setiap hari dan buktikan apa yang terjadi.

Seiring aktivitas menulis yang kita lakukan, agar menjadi penulis yang mumpuni kita juga perlu melakukan beberapa kegiatan berikut:
  1. Read, para penulis hebat mengatakan penulis yang baik pastilah pembaca yang baik. Oleh karena itu untuk menjadi seorang penulis yang baik, kita perlu membaca banyak buku baik yang bersifat general (umum) maupun spesifik (misalnya sesuai dengan background akademik atau interest pribadi kita).
  2. Discuss, diskusi penting agar ide dan gagasan yang muncul dapat lebih berkembang dan teruji. Mendialektikakan bahan bacaan yang kita baca dengan bacaan orang lain atau dengan diri kita sendiri akan membantu kita memahami masalah atau konteks tema bacaan dari perspektif berbeda. Bila diperlukan, ada baiknya kita memiliki mentor menulis yang tepat.
  3. Look and Feel, kita perlu banyak mengamati dan merasakan apa yang terjadi di lingkungan kehidupan sekitar kita. Hal ini dapat dilakukan secara langsung atau melalui media yang kita lihat dan baca (TV, radio, internet, medsos dll)?
  4. Sosialize, kita juga perlu banyak bergaul. Keluasan pergaulan dan area sosialisasi kita dengan orang lain akan mempengaruhi keluasan pandangan kita tentang banyak hal.
Ke empat kegiatan tersebut sangat efektif dalam memperkaya ide, gagasan, pengetahuan dan pengalaman. Bagaimanapun juga pengetahuan dan pengalaman yang luas menjadi amunisi potensial dalam mengembangkan tulisan. Agar potensi tersebut dapat diaktualisasikan menjadi tulisan yang menarik, maka kita harus mampu mengolah bahan tulisan dengan cara yang baik dan benar. Dalam kaitan dengan ini bu Kanjeng memberikan 5 langkah yang perlu kita lakukan, yaitu:
  1. Menggali dan Menemukan Gagasan/Ide, Pada tahap ini, penulis melakukan kegiatan penggalian gagasan atau ide. Kegiatan ini bisa dilakukan melalui pengamatan baik terhadap kejadian atau peristiwa yang terjadi, imajinasi, dan kajian pustaka. Untuk mempermudah proses penemuan ide, cara efektif yang dapat digunakan adalah melalui brainstorming. Mengkomunikasi gagasan dan ide kita dengan orang akan membantu kita menemukan gagasan atau ide yang untuk ditulis.  
  2. Menentukan tujuan, Genre dan segmen pembaca. Setelah menentukan gagasan/ide, penulis perlu menentukan tujuan menulis, genre yang diikuti serta target segmen pembaca. Sasaran pembaca akan menjadi bahan pertimbangan penting dalam menentukan warna tulisan. Selain itu, kita harus memastikan bahwa tulisan yang kita hasilkan akan marketable artinya disukai oleh pasar.
  3. Menentukan topik. Penentuan topik dilakukan setelah penulis menetapkan untuk apa menulis, genre apa yang dipilih dan siapa sasaran pembacanya. Misalnya, tujuan menulis untuk memberikan informasi yang benar tentang kesehatan. Genrenya tulisan populer. Jika sasarannya adalah orang tua (manula), maka penulis bisa menentukan tulisan misalnya dengan topik “Hidup sehat di usia senja”.
  4. Membuat Outline. Outline merupakan bentuk kerangka tulisan, biasanya dalam bentuk daftar isi. Kerangka tersebut menunjukkan gambaran materi yang akan ditulis. Menulis outline cukup dengan garis besarnya saja. Karakteristik outline yang baik memiliki kesederajatan yang logis, kesetaraan struktur, kepaduan, dan penekanan.
  5. Mengumpulkan Bahan Materi/Buku. Penulis wajib membaca banyak buku dan sumber bacaan lain untuk memperkaya perspektif dan referensi. Selain itu agar semakin banyak ide atau gagasan yang dapat dikembangkan. Apabila sudah menemukan topik, maka bahan bacaan yang dikumpulkan sesuaikan dengan topik yang sudah ditentukan.
  6.  
Apabila outline tulisan kita sudah jadi, maka langkah berikutnya adalah menulis. Bagaimana cara kita menulis? bagi penulis pemula menurut bu Kanjeng sebaiknya lebih fokus pada ketekunan (persistence) dalam proses menulis. Menulis itu harus sabar. Tulislah semampu kita terlebih dahulu. Jangan berfikir harus sempurna, dan jangan terlalu idealis.

Menulis membutuhkan waktu yang panjang. Sementara kondisi motivasi dan emosi sangat bersifat dinamis. Mood kadang baik, kadang juga kurang baik. Untuk menjaga konsistensi dalam menulis, maka kita perlu memelihara motivasi diri. Tidak ada salahnya kita membayangkan hal-hal ideal tentang tulisan kita agar motivasi dan etos kerja terus terjaga. 

Bayangkan misalnya jika buku kita best seller, kita akan jadi penulis populer, diundang ke berbagai acara, berkesempatan memiliki relasi yang luas, royalti dari buku kita dapat membantu mencukupi kebutuhan hidup, untuk anak-anak atau untuk membantu orang tua kita. Manfaatnya bisa untuk jangka panjang. Ini yang disebut passion obsesi. Membayangkan hal-hal yang bersifat materi adalah hal yang wajar dan dapat membantu kita memelihara mood menulis.

Jika anda tidak ingin bersifat materialis, anda boleh melihatnya dari sisi spritual untuk menjaga ketekunan dalam menulis. Menulis buku dapat dimaknai sebagai amal shaleh yang tidak pernah terputus sepanjang masih dibaca dan mendatangkan manfaat bagi orang lain. Menulis dapat menjadi ladang amal untuk investasi jangka panjang.

Dari proses menulis yang kita lakukan maka akan lahir sebuah tulisan. Mungkin saja tulisan kita belum sempurna. Namun yang pasti kita sudah menyelesaikan naskah kasar dari buku yang kita tulis (rough draft). Untuk menyempurnakan naska tersebut hingga menjadi buku yang layak terbit, maka kita perlu melewati tahapan Editing, Rivising, dan Publishing.

Editing atau penyuntingan adalah langkah perbaikan draf naskah berdasarkan pedoman yang berlaku. Pada tahap kita perlu membaca ulang sambil menyempurnakan draf tulisan kita. Kegiatan menyempurnakan draf dapat dilakukan melalui:
  1. Teknik penulisan berdasarkan PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia). Berdasarkan PUEBI tahun 2016, teknik penyuntingan naskah dilakukan berdasarkan: Pemakaian huruf, penulisan kata, pemakaian tanda baca dan penulisan unsur serapan
  2. Sistematika penulisan 
  3. Isi tulisan
Revisi atau revising adalah langkah memperbaiki naskah. Pada tahapan ini hal yang kita lakukan adalah :
  • Mengubah beberapa bagian naskah.
  • Melengkapi naskah. Pada proses ini kita dapat menambahi materi yang diperlukan tapi belum terdapat di dalam naskah, atau menghapus beberapa bagian tulisan yang dianggap tidak perlu. 
  • Mengevaluasi kembali naskah untuk menihilkan kesalahan tulis. 

Selanjutnya adalah publikasi atau publishing. Publikasi adalah langkah mempublikasikan karya/tulisan. Yang kita lakukan pada tahap ini adalah: 
  • Pengiriman naskah. Dalam mengirimkan naskah, penulis perlu mengetahui alur penerbitan agar bisa memilih jalur penerbitan yang sesuai dengan pilihannya. Dalam hal ini, ada dua  jalur penerbitan yang bisa dipilih, yaitu: 1) Major Publishing (penerbit umum) dan 2) Self Publishing (penerbit independen)
  • Pracetak (perwajahan buku, tata letak, ISBN, proof reading). Proses pracetak dilakukan setelah naskah selesai dan sudah dilakukan proses penyuntingan. Proses ini meliputi perwajahan buku (cover), tata letak (layout), pengurusan ISBN (international standard book number). Proses ini melibatkan pihak lain. Penulis bisa meminta bantuan desainer untuk membuat cover buku. Untuk membantu desainer membuat sampul (cover), diperlukan sinopsis. Sinopsis ini memuat judul buku, pengarang, ringkasan isi buku.
  • Pencetakan. Proses cetak merupakan proses akhir dalam penulisan buku. Ada beberapa alternative pencetakan buku, melalui penerbit mayor atau penerbit indie. Produknya juga bisa berbentuk cetak maupun digital. Masing-masing ada kelebihan dan kekurangannya.
  • Promosi dan distribusi. Buku yang telah tercetak memerlukan proses promosi serta distribusi. Promosi bisa dilakukan melalui media sosial (Facebook, Instagram, WhatsApp, atau yang lainnya). Promosi juga bisa dilakukan melalui resensi buku di media cetak seperti koran, majalah, buletin, selebaran, bedah buku, seminar, talk show atau yang lainnya.
Demikianlah proses menulis buku dari awal hingga produk akhir menjadi sebuah buku yang layak terbit. Semua bermula dari Menulis sebagai sebuah Passion, maka jadikan menulis sebagai passion kita. 
Wassalam.





 

 

20 komentar:

  1. Suka dengan resumenya. Materi disajikan dengan baik. Terima kasih sudah menulis resume dari sudut pandang yang keren.

    BalasHapus
  2. Terimakasih bu AAM atas ilmu dan pengalaman yang sudah dibagikan kepada kami, mohon masukan dan koreksinya untuk perbaikan tulisan saya ke depan

    BalasHapus
  3. Mantul, lengkap, paket komplit...

    BalasHapus
  4. Bagus pak, ulasannya lengkap. Salam kenal dari Risa Banyuwangi. Jangan lupa berkunjung di Blog saya pak Muliadi

    BalasHapus
  5. Lengkap banget, resume sesuai dengan alur. Salam kenal pak

    BalasHapus
  6. Disajikan dgn apik dengan bahasa yg lugas ..keren pak

    BalasHapus
  7. Terima kasih untuk informasi yang rinci ini.

    BalasHapus
  8. Sangat menginspirasi pak. Bagus, mampir ya ke blog saya

    BalasHapus
  9. Bagus sekali tulisannya, Pak. Materinya dibabat habis. Sangat bermanfaat bagi pembaca.

    BalasHapus
  10. Alhamdulillah, sangat bermanfaat materinya bagi penulis pemula seperti saya

    BalasHapus
  11. Ulasan tulisannya lengkap Pak, luar biasa..

    BalasHapus
  12. Subhanallah saya benar-benar kecil tak mampu menulis seperti ini 🙂

    BalasHapus