Pengikut

1000 Guru Motivator Literasi

Segera Daftarkan Diri Anda.

Lintas Pagi Spirit RRI Tolitoli

Diskursus Penguatan Nilai-Nilai Pancasila di dalam Kehidupan Sehari-hari.

Dialog Lintas Pagi RRI Tolitoli

Guru Kontrak atau PPPK Menjadi Harapan Terakhir bagi para Honorer, ketika batasan usia dan kuota tidak lagi dipenuhi.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Selasa, 31 Agustus 2021

Poin Buku Pada Kenaikan Pangkat PNS

 Resume ke-22, Senin 30 Agustus 2021

Tema              :  Point Buku Pada Kenaikan Pangkat PNS
Narasumber     :  Dr. Imron Rosidi
Gelombang      : 19
Moderator       : Aam Nurhasanah

Pada pertemuan ke-22 kegiatan belajar menulis diisi oleh Bapak Dr. Imron Rosidi, M.Pd. Beliau adalah seorang Kepala SMK, sekaligus berprofesi sebagai penulis buku pada  beberapa penerbit mayor seperti Kanisius, dll. Pada pertemuan ini Bapak Dr. Imron Rosidi akan berbagi tentang Poin Buku untuk Kenaikan Pangkat PNS. Pada pertemuan ke-22 beliau didampingi oleh Ibu Aam Nurhasanah. 

Apa saja point-point kenaikan pangkat dalam penulisan buku? anda dapat menyimak video berikut ini: 

Untuk kenaikan pangkat, silakan diperhatikan AK yang ada dalam buku, baik yang masuk dalam publikasi ilmiah (PI) ataupun yang masuk pada karya inovatif (KI)

Untuk kenaikan pangkat, silahkan mempelajari PermenPan RB no 16 tahun 2009 dan Permendikbud 35 tahun 2010. 


Selain itu, kita perlu mempelajari buku 4. Buku ini berisi sistematika jenis PKB yang harus dipenuhi dalam kenaikan pangkatsecara konkrit dan ada contoh mulai dari laporan PD, semua jenis PI, KI, dan laporan seminar penelitian, 

Mungkin ada baiknya kita memiliki buku ini.


Selanjutnya, perlu juga membaca buku 5 yang berisi mengapa PTK ditolak, PD ditolak, semua makalh ditolak, dll


Dengan mempelajari buku 4 dan 5 serta peraturan lainnya, Insyaallah kita bisa sampai ke guru utama gol IV e.
Sekarang apa saja jenis buku yang dapat digunakan untuk mengumpulkan AK kenaikan pangkat, berikut jenis-jenis bukunya:
Dengan demikian, ada buku yang masuk pada publikasi ilmiah dan ada yg masuk karya inovatif. Semua jenis buku ini bisa diajukan untuk kenaikan pangkat sejak dr gol III/c s.d. IV/e. Untuk ke gol. IV/d wajib ada minimal buku ber-ISBN.
Penerbitan buku yang dilakukan secara bersama-sama, misalnya antologi puisi, cerpen, naskah drama tidak bisa dinilaikan. Kecuali ada penulis yg menulis minimal 20 puisi atau 5 cerpen. Penulis itu mendapat nila AK










Untuk buku di bidang pendidikan AK nya 3 apabila ber ISBN dan 1 apabila tidak ber-ISBN. Untuk karya terjemahan yg menunjang pembelajaran AK 1. Semua bukti fisik buku tersebut harus dikirim aslinya. Semua guru bidang studi, bisa menulis buku antologi puisi, cerpen, naskah drama, ataupun novel
Ini contoh buku antologi puisi yang berisi 51 puisi. Ini kalau diajukan kenaikan pangkat akan mendapat AK 4. Intinya kemampuan menulis akan berpengaruh besar terhadap karier seorang guru. 
Buku atau karya ilmiah yang dibuat sebelum jadi PNS, tidak memperoleh nilai kredit ketika personil tersebut menjadi PNS. Buku tidak akan perna kadaluarsa. Tapi buku yang sudah dibuat akan memperoleh nilai yang tinggi jika digunakan pada kegiatan lomba guru prestasi. Selain itu, buku bisa untuk mendapatkan sertifikat keahlian sebagai editor yg diadakan puskurbuk.
Nah, sekarang tergantung pada kita, apakah anda PNS atau belum, semua dapat memperoleh manfaat dari buku yang kita tulis. Apalagi jika kita dapat menembus penerbit mayor.

Tolitoli, 30 Agustus 2021
Muliadi














Senin, 30 Agustus 2021

SMK Sudah Merdeka?


Hari ini saya mendapat tugas melaksanakan monitoring terhadap siswa SMK yang sedang praktek kerja industri (prakerin) di 6 lokasi berbeda. Dua instansi pemerintah, enam lainnya dunia usaha yang terdiri dari 3 alfamidi, dan 1 super mario swalayan. 

Sambil memantau jalannya kegiatan prakerin, saya juga melakukan riset kecil-kecilan berkaitan dengan keterserapan alumni SMK di dunia usaha dan insdustri. Saya mencoba bertanya kepada beberapa orang karyawan alfamidi yang ada di kota "Di Alfamidi ini, mana yang lebih banyak, tamatan SMA atau SMK?" Jawabannya sungguh mengejutkan, yaitu SMA. Bahkan menurut salah satu karyawan di salah satu lokasi alfamidi, semua karyawannya alumni SMA. Riset itu, kemudian saya lanjutkan dengan menanyakan hal yang sama pada karyawan super mario mart, jawabannya juga sama "lebih banyak alumni SMA". kok bisa.

Dari fakta di atas, saya jadi teringat data yang menunjukkan trend pengangguran alumni SMK yang dikeluarkan oleh BPS tahun 2019. 
Menurut data ini pengangguran lulusan SMK berkontribusi terhadap peningkatan pengangguran nasional sebesar 6,35% dari tahun 2014 sampai tahun 2018. Dari tahun ke tahun jumlah prosentase pengangguran SMK terus naik. Kondisi ini berbanding terbalik dengan lulusan bukan SMK. Justru lulusan bukan SMK cenderung mengalami penurunan yang cukup signifikan dengan presentase terendah tahun 2018 (Sumber:Vocational Education Policy, White Paper, Vol 1 Nomor 9 Tahun 2019).

Antara fakta di atas dengan data yang dikeluarkan oleh BPS sepertinya bersesuaian. Saya jadi berpikir, kok bisa begitu ya, bukankah adanya SMK bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dunia kerja. Tetapi kenapa justru paling banyak yang menganggur adalah alumni SMK. Bertepatan salah satu instansi pemerintah yang menjadi sasaran monitoring saya adalah dinas tenaga kerja. Sambil menanyakan kondisi siswa yang prakerin di kantor itu, saya juga mencoba sedikit melakukan wawancara informal terkait tugas dinas tenaga kerja.

Menurut salah satu pejabat di dinas tenaga kerja tersebut, tugas tenaga kerja adalah mendata angkatan kerja yang ada di daerah, serta memfasilitasi penyaluran tenaga kerja kepada lembaga terkait baik pemerintah maupun swasta. Tetapi begitu saya tanyakan bagaimana dengan lulusan SMK, apakah bisa difasilitasi untuk memperoleh pekerjaan?. Beliau mengaku bahwa hal itu sangat sulit, karena di daerah hampir tidak ada industri. Kalau ada kebanyakan layanan jasa, dan perdagangan. 

Lalu bagaimana dengan program pemerintah terkait link and match antara kurikulum SMK dengan industri? Menurut beliau ya, sulit. Alasannya sama, tidak ada industri yang dapat menjadi pasangan. Kalaupun ada jumlahnya terbatas, sementara siswa SMK yang akan melakukan magang atau prakerin bisa ratusan bahkan ribuan. Selain itu, pada proses rekrutmen para pengusaha juga tidak mau terikat oleh sekolah tertentu. Mereka melakukan rekrutmen secara terbuka.

Saya sudah beberapa kali menyinggung tema ini. Saya terusik lagi menuliskannya karena kebetulan saya ditugaskan melakukan monitoring pelaksanaan prakerin. Jadinya prihatin juga melihat fakta-fakta yang ada. Anak-anak harus praktek kerja dikantor, padahal mereka setelah lulus hampir tidak mungkin diterima dan bekerja di kantor. Mereka juga praktek kerja di dudi, tetapi mereka juga hampir tidak mungkin diterima di dudi setelah lulus. Selain dudinya cuma sedikit, juga sertifikat mereka tidak akan bernilai dimata dudi. Mereka tetap mengikiti seleksi terbuka bersama alumni yang bukan dari SMK. Lalu dimana kekhususan SMK sebagai pencetak tenaga kerja?

SMK mungkin masih perlu berjuang, mereka belum merdeka!!

Tolitoli, 1 September 2021
Muliadi













Jarak Titik Ke Bidang

 

Sumber gambar: cekbahan.com

KDP-3.1 Mendeskripsikan jarak dalam ruang (antar titik, titik ke garis, dan titik ke bidang)
3.1.4  Siswa dapat mendeskripsikan jarak titik ke bidang pada bangun ruang 
KDK-4.1 Menentukan jarak dalam ruang (antar titik, titik ke garis, dan titik ke bidang)
4.1.3 Siswa dapat menentukan jarak titik ke bidang pada bangun ruang
4.1.4 Siswa dapat menyesaikan masalah yang berkaitan dengan jarak titik ke titik, titik ke garis, dan jarak titik ke bidang

Sabtu, 28 Agustus 2021

Komitmen Menulis di Blog

Resume ke-21, Jum'at 27 Agustus 2021

Tema              :  Komitmen Menulis di Blog
Narasumber     :  Dedi Dwitagama
Gelombang      : 19
Moderator       : Aam Nurhasanah

Pertemuan malam ini adalah pertemuan ke-21. Pertemuan pemberian materi menulis sesuai program om Jay telah selesai. Kita sekarang berada di fase ke-2, yaitu fase motivasi, dan kali ini yang mendapat kesempatan pertama adalah "guru kita bapak Dedi Dwitagama". 

Sebelum materi dimulai om Jay mengingatkan peserta agar sedikit demi sedikit, mulai mengumpulkan tulisan menjadi buku yang bermutu. Kita dapat memilih penerbit dengan biaya sendiri atau memilih penerbit mayor dengan pesyaratan yang ketat. Hidup adalah pilihan. Hal yang paling penting, setelah mengikuti pelatihan ini komitmen menulis di blog tetap terus dilanjutkan. Sehingga kita dapat menjadi guru blogger Indonesia sebagaimana guru lainnya.

Beratnya tantangan menulis dari hari ke hari semakin terasa. Menulis tidak hanya menyebabkan kelelahan mental dan pikiran. Tetapi menulis makin lama makin melelahkan fisik. Saya sebenarnya juga bertanya-tanya kenapa saya semakin ke depan semakin lemah? apakah karena terlalu banyak tantangan menulis yang saya ikuti, atau karena saya mulai mengidap penyakit perfeksionis sehingga selalu mengoreksi tulisan berkali-kali? Pokoknya macam-macam pikiran yang muncul.

Saya berpikir benar juga program om Jay ini. Mengapa tidak, disaat saya mulai mengalami penurunan mood menulis. eeh ..program motivasi menulis dimulai. Tepat benar menurut saya. Alhamdulillah malam ini, motivasi pertama adalah "bagaimana seorang pendidik mampu komitmen menulis di blog". Materi disampaikan oleh bapak Dedi Dwitagama. Beliau benar-benar praktisi blog. Kita dapat melihat blognya yang keren melalui tautan ini, https://dedidwitagama.wordpress.com

Malam ini, acara dipandu oleh moderator terkenal Indonesia yaitu ibu Aam Nurhasanah, Bu Aam menyapa peserta dan berharap peserta sudah memiliki naskah terbaik untuk disusun menjadi buku. Membaca tulisan bu Aam hati langsung berdegub kencang. Aduh saya kan belum punya naskah andalan. 

Yang istimewa malam ini (tetapi saya tidak ikuti) satu orang penanya terbaik akan mendapat hadiah uang Rp 200.000, waw benar-benar luar biasa. Sayang saya kelelahan dan tidak bisa mengikuti ivent ini. Ini sedikit profil Bapak Dedy Dwitagama

Agak sedikit unik penyajian materi malam ini. Pak Dedy tidak menyajikan materi sebagaimana biasanya. Tetapi penjelasan pak Dedy justru berpandu pada pertanyaan para peserta. Pak Dedy sendiri telah menulis di blog sejak th 2005 di platform blogspot. Benar-benar waktu yang cukup lama. Wajar saja kalau pak Dedy diberi gelar sebagai "Guru Bloger Indonesia".

Menurut pak Dedy menulis di blog seperti meninggalkan jejak tentang apa yang dia lakukan, pikirkan dan rencanakan sebagai warisan buat anak cucunya dan orang-orang yang membutuhkan. Karena ngeblog dia mendapat undangan KELILING INDONESIA DAN DUNIA, seperti Malaysia, Singapore, Thailand, Jepang, Korea. Untuk bisa menjadi bloger yang baik rumusnya sederhana menulis saja setiap ada ide dan ada waktu, tak peduli apapun penilaian orang. Setelah itu posting di blog. Salah satu contoh postingan pak Dedy dengan sedikit kata-kata ketika shalat jum'at di masjid.
Tulisannya cuma tiga baris, ternyata yang komentar banyak. Belum lagi, menulis blog itukan gratis, kita tidak direpotkan untuk menyimpan dan mempromosikan. Tetapi google justru membantu kita mempromosikan kontent kita. Pak Dedy bisa jadi expert dan pioner, karena dia memulai sebelum orang lain melakukannya. Soal untung atau tidak tergantung dibandingkannya dengan apa? Tapi pesan moralnya, menurut pak Dedy setiap perbuatan tak pernah ada yang percuma. Tuhan akan selalu membalas perbuatan makhluknya sebesar apapun perbuatan itu. 

Untuk mendapat konten yang menarik, sebaiknya setiap moment kita abadikan lewat foto atau video. Kalau boleh membawah asisten, seperti pengalaman pak Dedy sampai membawah anak SMK untuk mengambil gambar dan videonya pada berbagai ivent. Anak-anak juga suka, karena sering dibawah jalan dan makan.

Menulis sering menghadirkan tantangan tersendiri, sehingga membuat orang kemudian patah arang dalam menulis. Menurut pak Dedy untuk menghadapi situasi seperti itu sebetulnya banyak yang dapat dilakukan seperti menulis saat menunggu rapat, menunggu istri belanja, menunggu penerbangan, dan lain-lain. Menulis bisa dilakukan dengan menggunakan HP. Apalagi saat ini aplikasi android dan aple untuk blog dan wordpress sudah dapat digunakan dengan baik.
 

Bagaimana cara kita membiasakan menulis di blog dan memanfaatkan blog sebagai sarana belajar dan menuangkan ide dan gagasan kita, anda dapat menyimak penjelasannya melalui pesan suara ini. 


Untuk membuat nama blog agar menarik dan sinkron dengan apa yang ditulis didalamnya pada prinsipnya bebas saja. Kita dapat mengubah nama blog kapan saja sesuai dengan perubahan fokus tulisan kita. Hanya mungkin lebih baik kalau menggunakan nama sendiri, supaya ketika orang gooling nama kita, bisa langsung terhubung ke blog kita. Selanjutnya agar pengunjungnya banyak, posting sebanyak mungkin tulisan yang dibutuhkan dan dicari orang. Kunjungi dan komentari blog orang lain, etikanya mereka akan datang ke blog kita. 


Lalu dalam sebulan idealnya berapa banyak artikel yang dapat kita tulis di blog?  and then How to maintain the best performance among busy hours of work, writing, keynote speakers, other extra work? (bagaimana mempertahankan kinerja terbaik di antara waktu kerja yang sibuk, menulis, pembicara utama, pekerjaan tambahan lainnya? maka jawabannya sebagai berikut


Sekarang bagaimana caranya  supaya blog kita di baca dan digemari pembaca dan kemudian mereka berkomentar di blog kita? Adakah cara cepat menarik perhatian agar blogger kita menarik? kemudian jenis tulisan apa saja yang dicari dan digemari pembaca? selanjutnya bagaimana langkah pertama sebagai penulis blogger pemula? bekal apa yang harus kita latih dan di pelajari? Waw jawaban atas pertanyaan ini dapat simak selengkapnya disini. 


Ada juga pertanyaan yang lucu, seperti ini: adakah jampi-jampi atau mantra khusus ketika Pak Dedi memengaruhi Om Jay menulis di blog sampai Omjay jadi penulis blogger Indonesia, bahkan kalah pamor kayaknya sama Omjay hehehe?


Bagaimana dengan kesulitan mengelola blog, atau soal komentar kurang nyaman atas konten, kemudian bagaimana pula dengan pandangan guru dan siswa setelah Pak Dedy sukses sebagai bloger? Nah, ini jawabannya


Selebihnya tentang berbagai pertanyaan dari peserta kelas menulis dapat anda dengarkan pada rekamana suara berikut. 



Tugas saya menuliskan dan menayangkan. Tugas anda membaca dan menyimaknya. Banyak pelajaran berharga dari Pak Dedy yang dapat kita ambil sebagai motivasi dan inspirasi. Insya Allah jika kita implementasikan sesuai tugas dan peran kita masing-masing akan memberikan banyak manfaat. Bukan saja pada diri kita, tetapi juga pada orang lain. Selamat menulis, menulislah setiap hari dan buktikan apa yang terjadi (Om Jay). Segera kumpulkan lembaran-lembaran tulisan, rangkai dan susun dalam bentuk naskah, selanjutnya kirimkan kepada penerbit sesuai pilihan kita masing-masing. Mau penerbit mayor dengan seleksi yang ketat, atau ke penerbit minor dengan biaya sendiri. 

Tolitoli, 27 Agustus 2021
Muliadi

Jumat, 27 Agustus 2021

Ironi Pengabdian


Sumber gambar: Kumpuran

Ironi Pengabdian
Oleh: Muliadi

Setiap orang pasti punya kisah menarik dalam hidupnya. Setiap episode hidup itu unik, sehingga boleh jadi kisa seseorang menjadi ibrah atau pelajaran, inspirasi dan motivasi bagi hidup orang lain.

Saya menulis kisah ini selain sebagai sebuah effort pada diri sendiri dalam mengabadikan satu layer dari perjalanan karir. Cerita ini juga saya persembahkan kepada kawan-kawan relawan guru yang pernah berbagi suka dan duka sebagai pengabdi pendidikan di desa Pagaitan. Sebuah desa terpencil yang jauh dari keramaian kota, dengan akses jalan yang sangat memilukan.

Mereka adalah guru-guru yang penuh dedikasi dan keikhlasan. Mereka adalah guru hebat meski tanpa gelar dan ijazah yang layak. Tidak ada honor yang sepadan. Tapi semangat pengabdian mereka terus terjaga sampai mereka terabaikan oleh waktu.

Kisa singkat ini, dimulai medio 2006, ketika saya dipanggil oleh kepala dinas pendidikan Tolitoli. Panggilan tersebut disampaikan secara lisan melalui salah seorang staf dinas yang bertugas menangani ketenagaan. Saya bertanya tanya apa gerangan yang akan disampaikan oleh pak kadis. Dengan seizin staf yang menyampaikan pesan, saya menghadap pak kadis. 

"Pak Mul, saya mau minta tolong" kata pak Kadis. 

"Siap pak" jawab saya tegas. Padahal saya sendiri belum tahu apa permintaan pak Kadis waktu itu.

"Begini pak Mul, saya minta tolong kepada bapak, supaya bapak mau jadi pimpinan SMP satap (satu atap) di desa Pinjan" ujar pak kadis. 

Mendengar permintaan tersebut, saya tidak langsung menjawab. Saya sempat bimbang antara menerima atau tidak tugas tersebut. 

Saya sangat kenal dengan desa yang dimaksud pak Kadis, karena desa itu adalah kampung halaman saya dan pak Kadis. Tetapi yang membuat saya berpikir adalah jarak antara desa Pinjan dari Kota Tolitoli tempat saya tinggal. Jarak antarak tempat tersebut kurang lebih 80 km. Jalan yang harus dilalui juga bukan jalan yang mudah. Perjalanan akan melalui tebing terjal, berliku khas jalanan pegunungan. Sementara waktu itu, saya memiliki tugas lain sebagai ketua jurusan di sebuah PT di kota Toli-toli. Dengan jarak dan medan seperti itu tidak mungkin bagi saya bolak balik dalam sehari. 

Sejujurnya saya tidak berani menolak permintaan pak Kadis. Olehnya itu meski dengan berat hati saya iyakan saja permintaannya. Tetapi saat keluar dari ruangan pak kadis, saya langsung menemui staf ketenagaan dan menyampaikan dilema yang saya alami. Saya katakan kepada staf "Saya tidak berani menolak permintaan pak Kadis, tetapi saya minta kepada bapak kiranya dapat mempertimbangkan keadaan saya". Untungnya staf ketenagaan waktu itu dapat memahami keadaan saya dan berjanji akan mencari alternatif lain.

Sekitar bulan Juli 2006 akhirnya surat tugas saya sebagai pejabat pelaksana kepala SMP Mekarsari di desa Pagaitan keluar. Saya bersyukur karena tidak jadi ditempatkan di desa Pinjan sebagaimana permintaan pak Kadis. Tetapi dialihkan ke SMP lain yang relatif lebih dekat dengan kota. Dengan demikian berarti saya tidak perlu meninggalkan tugas sebagai ketua jurusan di PT meskipun secara kedinasan saya bertugas di desa Pagaitan.

Saya sendiri belum pernah sama sekali ke desa Pagaitan ini. Jangankan ke desa Pagaitan, mendengar namanya saja asing ditelinga saya. Berbekal surat tugas dan sedikit petunjuk mengenai lokasi desa saya berangkat dengan sepeda motor. Saya cukup menikmati perjalanan yang terbilang berat waktu itu. Kegemaran menghadapi hal-hal yang memicu adrenalin membuat saya sedikit rileks meskipun jalan menuju desa cukup parah.. 

Setelah menempuh perjalanan lebih dari dua jam, saya sampai di desa Pagaitan. Sambil mencoba mencari lokasi sekolah, saya ikuti jalan desa yang kebanyakan berupa timbunan batu gunung. Sampailah saya di depan sebuah Gereja. Sekitar pukul 10.00 siang, saya berhenti sejenak sambil mengamati sekeliling. Melihat saya berhenti, sekonyong-konyong dari samping Gereja seseorang mendekati dan menyapa saya.

"Selamat siang pak, cari siapa pak" tanyanya. 

"Selamat siang pak" saya menjawab spontan. 

"Saya mencari sekolah pak" sambil saya memperlihatkan surat tugas. 

Setelah melihat surat tugas, bapak tersebut langsung tersenyum gembira. 

"Bapak sudah kami tunggu dari tadi pak" katanya. 

Saya heran kok bisa "Darimana bapak tau saya mau datang?"

"Kenalkan pak, saya pak Romus" dia memperkenalkan diri.

"Kami sudah disampaikan sejak minggu lalu kalau bapak mau datang" jelasnya. 

Saya diajak oleh pak Romus menuju lokasi sekolah melalui jalan setapak di samping gereja tempat saya berhenti. Sebelum kami memasuki lokasi sekolah Pak Romus menunjuk ke arah sekolah yang akan kami tuju. Waw keren.., benar-benar diluar ekspektasi saya. Sebelum berangkat, sebenarnya saya membayangkan bahwa sekolah yang akan saya pimpin pertama kali ini setidaknya berupa bangunan sekolah yang berdiri sendiri, dan di lokasi tersendiri. Saya memang tidak membayangkan yang muluk-muluk tentang SMP Mekarsari sebelumnya. Tetapi saya juga sama sekali tidak menduga kalau sekolahnya hanya menempel di sebuah bangunan SD. 

Dalam hati saya berkata "Ini tantangan seru juga". Demikianlah, saya diperkenalkan oleh pak Romus kepada kawan-kawan guru yang lain serta siswa-siswa SMP Mekarsari. Penampilan guru-gurunya jauh dari kesan guru pada umumnya. Mereka tidak punya seragam khusus, alas kaki pun jarang dari sepatu, hanya sandal jepit yang bahkan sudah terlihat kumal. Siswa-siswanya hampir tak ada bedanya, jarang sekali yang menggunakan sepatu. Seragam hanya digunakan oleh sebagian siswa. Lebih banyak baju seadanya, yang penting bagi mereka sekolah dan bisa belajar seperti siswa lain.

Pak Romus sendiri adalah pimpinan sekolah Mekarsari sebelum saya ditunjuk sebagai pimpinan sekolah yang baru. Pak Romus bukan PNS, dia hanya guru kontrak yang belum beruntung jadi PNS padahal usianya sudah lebih dari 50 tahun saat itu. Beliau adalah guru matematika yang handal bagi siswa-siswanya. Bukan hanya itu, saya harus angkat topi dan mengaku salut, kagum atas kebesaran hati pak Romus yang sukarela menyerahkan kepemimpinan sekolah yang didirikannya tanpa rasa iri, dengki atau sakit hati sedikitpun. Bukan hanya pak Romus sendiri yang menjadi guru di sekolah itu, tapi juga istrinya. Keduanya memiliki sikap keteladanan yang sangat baik sebagai guru yang diangkat oleh pengabdian.

Singkat cerita, akhirnya saya menjadi kepala sekolah PNS pertama di SMP Mekarsari. Sementara wakil kepala sekolah, saya berikan kepada pak Romus sebagai guru paling senior. Bapak-bapak dan ibu-ibu yang lain seperti ibu grace (istri pak Romus), pak Talang, pak Silvester, pak Wayan, dan lain-lain membantu kami sebagai guru. Mereka bukan guru biasa, tetapi mereka guru luar biasa yang diangkat dan berhentikan oleh waktu. Hanya dengan modal semangat untuk mendekatkan pendidikan ke desa, mereka bersedia menjadi guru dengan modal seadanya. 
  
SMP Mekarsari adalah sekolah yang jauh dari kesan layak. Bangunan sekolah hanya menempel ke SD, berdinding papan seadanya dengan lantai tanah. Sekat antar kelas hanya dibatasi beberapa lembar papan, tidak tertutup, yang penting ada pembatas. Siswa dan guru dari kelas berbeda dapat saling menyapa. Sehingga kadang-kadang kalau ada guru yang berhalangan, guru yang bertugas saat itu, tidak perlu repot-repot keluar kelas untuk membantu kelas lain. Tetapi cukup menyapa dari pembatas ruangan kelas yang terbuka. 

Tidak ada listrik, tidak ada air ledeng. Bangunan sekolah hanya sebuah bangunan sementara. Sangat kontras dengan penampilan bangunan SD tempat SMP Mekarsari menumpang. Dari cerita pak Romus, sekolah ini lebih layak disebut sekolah nomaden, karena sering berpindah-pindah tempat. Tempat dibelakang SD, adalah tempat terakhir yang ditempati oleh SMP Mekarsari. Sebelum sampai di belakang SD, sekolah ini sudah beberapa kali berpindah tempat. 

SMP Mekarsari lahir dari sebuah keprihatinan pak Romus atas banyaknya anak-anak usia SMP di desa Pagaitan yang terpaksa putus sekolah karena sulitnya akses ke SMP terdekat. Dengan bantuan beberapa orang, mereka bersepakat membuat sekolah darurat yang diberi nama SMP Mekarsari. Sekolah darurat ini menempati sebuah bangunan bekas koperasi Desa. Ruangan yang berukuran 4 m x 5 m menjadi tempat belajar. Meja dan kursi siswa berasal dari sumbangan perabotan SD yang sudah tidak terpakai.

Namun setelah 3 tahun berlalu, SMP Mekarsari harus mencari tempat baru. Bangunan yang mereka tempati akan digunakan pemerintah desa. Mau tidak mau, pak Romus dan guru harus mencari tempat lain. Oleh pak Kades waktu itu mereka disarankan memindahkan sekolah ke area pasar. Masalahnya, mereka tidak memiliki bahan bangunan yang siap digunakan. Berita baiknya pak Kades dan orang tua siswa mau membantu dengan memberikan bantuan material kayu dan atap seng seadanya.

Berbekal material kayu dan atap seng hasil sumbangan, dibangunlah sekolah baru. Kebetulan pasar desa hanya dibuka sepekan sekali yaitu hari minggu. Sehingga sekolah dapat memanfaatkan lokasi pasar dengan leluasa. Waktu sekolah tidak perlu terganggu dengan keramaian pasar. Demikianlah anak-anak dapat menikmati hari-hari sekolah mereka dengan semangat dan gembira. Anak-anak antusias belajar, meskipun dengan segala keterbatasan.       

Lebih dari setahun, sekolah darurat di dekat pasar dapat digunakan. Anak-anak juga sudah merasa nyaman bersekolah di sana. Selain karena lokasinya cukup strategis, tidak jauh dari jalan besar yang menghubungkan desa Pagaitan dengan desa lain,   juga tempatnya tidak becek meskipun musim  hujan. Tetapi sayang, SMP Mekarsari tidak bisa berlama-lama menempati area pasar. Bangunan pasar akan di renovasi. Lagi-lagi sekolah harus pindah dan mencari tempat yang baru. 

Tidak ada jalan lain, sekolah harus pindah karena schedule pembangunan pasar sudah ditentukan. Mencari lokasi baru untuk sekolah di desa Pagaitan bukan perkara mudah. Lokasi desa yang kebanyakan rawa tidak banyak menyisakan tempat yang layak untuk mendirikan sekolah. Selain itu, keterbatasan anggaran menjadi pertimbangan. Jangankan anggaran untuk menyiapkan lahan, sekedar menyediakan material saja sudah menjadi masalah. Untungnya pak Kades mau meminjamkan tempat di samping kantor Desa. 

Kesempatan itu tidak disiasiakan oleh pak Romus. Hari itu juga beliau menyusun rencana pemindahan sekolah ke lokasi baru. Bangunan sekolah sederhana yang mereka dirikan akhirnya harus dibongkar. Bersama anak-anak, guru, dan sebagian orang tua siswa, sekolah dipindah ke tempat baru. Masing-masing mengambil bagian membawa material bangunan yang telah dibongkar. Tidak butuh waktu lama, semua material sekolah berhasil dipindahkan. Partisipasi orang tua dan warga yang cukup tinggi membuat pak Romus tidak perlu mengeluarkan biaya.

Tetapi ujian terhadap kesabaran pak Romus dan kawan-kawan guru sepertinya belum berakhir. Setelah kurang lebih 6 bulan belajar di sekolah yang baru, muncul lagi pemberitahuan dari pak kades agar segera mencari tempat lain, karena lokasi kantor Desa akan digunakan. Dapat dibayangkan betapa galaunya hati pak Romus saat itu. Belum lagi saat itu ulangan semester baru akan dimulai. Syukur pak Kades bersedia memberikan izin sampai semesteran selesai. 

Tepat hari terakhir semester, sore harinya mulai dilakukan pembongkaran bagian-bagian yang mudah dilepaskan. Dinding papan yang terpasang satu persatu meninggalkan tempatnya. Beberapa orang melepaskan atap seng. Entah karena banyak yang membantu atau karena bangunannya yang memang tidak kokoh, sebentar saja bangunan darurat itu tinggal rangka. Matahari mulai menuju peraduan diiringi suara merdu jangkrik menyambut datangnya malam, mereka menghentikan kegiatan. Tumpukan kayu dan seng dibiarkan bermalam. Rencananya besok baru dilanjutkan.

Matahari merangkak naik malu-malu, embun pagi menempel malas di lembaran daun nan hijau pak Romus sudah berada di lokasi pembongkaran. Beberapa lembar papan yang terikat rapih siap di pindahkannya. Satu persatu siswa mulai berdatangan membantu proses pemindahan material yang ada. Syukur tidak terlalu jauh, hanya lebih seratus meter dari lokasi pembongkaran ke tempat baru di belakang SD. Sedikit demi sedikit tumpukan kayu dan seng mulai berkurang. Beberapa orang tua siswa yang membantu kemarin, mulai melepas tiang-tiang penyangga. 

Tidak sampai siang hari, semua kerangka bangunan sudah berpindah ke lokasi yang baru. Semangat gotong royong yang dimiliki warga bersama guru dan siswa sangat membantu mempercepat proses pemindahan. Tidak ada yang dibayar, yang ada hanya keikhlasan. Kalau pun ada, itu hanya sekedar air minum, teh dan kue-kue ringan khas Desa. Tetapi semangat yang ditunjukkan sungguh luar biasa. Kerangka bangunan yang dibongkar kini siap dipasang kembali. Reng atap sekolah langsung dilekatkan ke bagian rangka atap SD. Cara itu sengaja dilakukan untuk mengurangi pemakaian bahan.

Setelah kurang dari seminggu, bangunan sekolah baru di belakang SD akhirnya sudah bisa digunakan. Ada tiga ruang kelas, masing-masing dibatasi dinding papan. Dinding pembatas kelas yang dibuat memang tidak menutupi semua bagian kelas, hanya sebagian, yang penting ada batas. Prioritas penggunaan papan lebih diarahkan pada dinding luar kelas. Tiga pintu kelas semuanya menghadap ke arah dinding SD. Lantai tanah hanya ditutupi pasir dan batu kerikil. Tujuannya agar tidak mudah becek, terutama di musim hujan. Tidak ada kantor untuk sekolah. Tidak ada meja atau kursi untuk guru. Kegiatan administrasi semuanya dilakukan di rumah guru masing-masing.

Demikian perjalanan SMP Mekarsari sampai kehadiran saya di sekolah tersebut. Guru-guru yang penuh kesabaran. Mereka bukan PNS. Kebanyakan dari mereka adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri untuk pendidikan. Ada yang berijazah SMA. Tetapi ada pula yang hanya berbekal jasa SMP, yang penting mereka dapat mendidik dan sedikit dapat membantu siswa memahami mata pelajaran. Siapa sangka, berkat dedikasi mereka yang luar biasa itu, sejumlah alumni SMP darurat itu kini telah menjadi orang-orang berhasil. Salah satu dari alumninya saat ini bertugas sebagai supervisor di Bank BNI Bandara Ngurah Rai Bali. Sedangkan lainnya ada yang telah menjadi guru, melalui jalur seleksi yang ketat dua tahun yang lalu, dan profesi lainnya. 

Ironisnya, pak Romus yang menyandang status sebagai guru kontrak sampai akhir masa pengabdiannya tidak berhasil menjadi seorang PNS. Pengabdian dan perjuangan yang luar biasa dari seorang penduduk desa yang tak memiliki modal materi, akhirnya harus menerima kekalahan. Nilai perjuangan dan pengabdian tak berdaya ketika harus berhadapan dengan regulasi dan kepentingan penguasa. Saat ini pak Romus, sang guru matematika hebat, menjalani hari-hari tuanya dengan berkebun di gunung yang tidak jauh dari desa. Sekolah yang dulu menjadi tempat pengabdiannya, seakan tak kenal lagi dengan dirinya. 

Tidak jauh berbeda dengan pak Romus, guru-guru SMP Mekarsari yang kurang lebih 2 tahun mendampingi saya di SMP Mekarsari yang kemudian berganti nama menjadi SMPN 3 Ogodeide kembali menjalani profesi sebagai petani atau ibu rumah tangga. Mereka harus mengalah oleh waktu dan perubahan. Mereka tidak lagi digunakan sebagai guru. Tetapi jasa dan kerja keras mereka telah mencatatkan nilai keabadian untuk pendidikan.

 





Kamis, 26 Agustus 2021

Cara Ampuh Memaksimalkan Potensi di Dunia Digital

 Belajar Bicara, Kamis, 26 Agustus 2021

Transformasi interaksi sosial dari model interkasi konvensional ke model interaksi digital berbasis teknologi, membutuhkan perubahan maindset dalam melihat dunia digital. Dunia digital saat ini tidak lagi hanya sekedar instrumen pendukung pekerjaan, seperti menulis, membuat gambar, desain, dan lain-lain. Tetapi dunia digital telah menjadi bagian kehidupan sosial yang memungkin banyak hal dapat dilakukan termasuk mencari keuntungan finansial, mempopulerkan personal, membangun komunitas sosial, pengembangan diri, dan lain sebagainya. 
Bagaimana cara ampuh memaksimalkan potensi di dunia digital agar benar-benar memberikan manfaat yang optimal bukan hanya pada diri sendiri, tetapi juga pada orang lain, masyarakat, dan bahkan pada bangsa dan negara ini? anda dapat menyimak penjelasan berikut:

Dari Mana Ide Menulis Datang

 Resume ke-20, Rabu 25 Agustus 2021



Tema                   : Dari mana ide menulis datang
Narasumber        : Wijaya Kusuma, M.Pd
Gelombang          : 19
Moderator           : Maesaroh 

Ada yang berbeda malam ini, narasumber yang seharusnya memberikan materi adalah Bapak Dr. Imron Rosidi. Sebelumnya semua peserta sudah menunggu kehadiran bapak Imron Rosidi. Tetapi yang datang justru kabar kurang mengenakkan. Bapak Imron Rosidi, ternyata mengalami kecelakaan sepeda motor sehingga harus beristrahat di rumah. Akhirnya narasumber harus dialihkan ke narasumber lain yang tidak kalah hebatnya, yaitu Guru Bloger Indonesia Wijaya Kusuma, M.Pd atau lebih akrab disapah Om Jay.

Awalnya sambil menunggu kehadiran Bapak Imron, om Jay sudah memberikan tantangan menulis kepada peserta dengan tema ini:

Serta merta peserta menulis menunjukkan kemampuannya. Sayang, saya sendiri belum dapat memenuhi chailenge tersebut karena sedang merampungkan tulisan lain yang tidak selesai siangnya. 

Yah, menulis memang gampang-gampang susah. Gampang kalau hanya sekedar menulis menuangkan ide atau gagasan. Tetapi susah jika tujuannya sudah untuk publikasi. Banyak rambu-rambu yang harus dipatuhi. Tidak hanya sekedar ide, tetapi aturan dan kaidah menulis harus pula diperhatikan. Sampai hal yang cukup remeh, seperti typo atau salah ketik harus benar-benar dicermati. Sebab jika tidak, bisa jadi tulisan kita tidak dimengerti orang lain. Masih baik jika masalahnya hanya sekedar tidak dimengerti, tetapi bagaimana jika orang salah mengerti? ini bisa repot jadinya.

Melalui pemandu atau moderator ibu Maesaroh yang juga pentolan guru bloger milenial, om Jay menyampaikan tema "Dari mana ide menulis datang". Menurut saya tema ini sangat penting, karena sering kali yang membuat orang gagal menulis karena alasan satu ini "Tidak ada ide" menulis. 

Padahal menurut om Jay ide menulis bisa datang dari mana saja. Sebagai contoh, ketika om Jay menayangkan foto, tiba-tiba setiap orang sudah dapat menemukan ide menulis. Dengan ide sederhana itu, ternyata tulisan jadi mengalir begitu saja. Ini bukti, bahwa ide menulis dari mana saja, yang penting adalah "Apakah kita cukup mood menulis ide tersebut". 

Selain dari foto dan video, ide menulis bisa juga datang dari audio. Sekarang lebih dikenal dengan nama podcast. Kita menjadikan telinga sebagai media untuk menulis. Perhatikan dan dengarkan suara Omjay lewat audio di wa group.
 

Menulis setiap hari membuat kita semakin mahir menulis. Menulis yang ringan-ringan saja, menulis yang tidak penting menjadi penting. Demikianlah gaya om Jay dalam menulis, dengan mantra ajaib "Menulislah setiap hari dan buktikan apa yang terjadi".

Dari rekaman audio seperti suara om Jay ini kita dapat menulis. Misalnya menulis tentang kebiasaan om Jay dalam keluarga. Bisa jadi tulisan yang nampaknya sederhana, justru menjadi inspirasi bagi orang lain. Hidayah bisa datang dari mana saja, siapa bisa menyangka tulisan sederhana tentang kebiasaan baik dari seseorang menjadi perantara datangnya kebaikan bagi keluarga lainnya.  

Tolitoli, 25 Agustus 2021
Muliadi

Rabu, 25 Agustus 2021

Perlukah Intervensi Pada Link And Match?

Sumber: Media Indonesia

Akhir-akhir ini Kemendikbud tengah meluncurkan program SMK PK atau SMK Pusat Keunggulan. SMK PK menurut definisi Kemendikbud sendiri merupakan program pengembangan SMK dengan kompetensi keahlian tertentu dalam peningkatan kualitas dan kinerja, yang diperkuat melalui kemitraan dan penyelarasan dengan dunia usaha, dunia industri, dan dunia kerja, yang akhirnya menjadi SMK rujukan yang dapat berfungsi sebagai sekolah penggerak dan pusat peningkatan kualitas dan kinerja SMK lainnya.

SMK PK adalah SMK yang mampu menghasilkan lulusan yang kompeten pada kompetensi keahlian tertentu dan terserap di dunia usaha, dunia industri, dan dunia kerja serta dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi, melalui program penyelarasan pendidikan vokasi secara sistematik dan menyeluruh dengan dunia usaha, dunia industri, dan dunia kerja.Target akhir dari program ini adalah menjadikan SMK rujukan yang dapat berfungsi sebagai pusat keunggulan, peningkatan kualitas dan rujukan bagi SMK lainnya.

Mencermati profil SMK PK di atas, nampaknya pemerintah melalui kemendikbud akan memperkuat upaya keterserapan alumni SMK ke dunia usaha industri, dan dunia kerja melalui revitalisasi program link and match. Konsep link and match sebenarnya bukan program baru, program ini sudah ada sebelum kurikulum paradigma baru hadir. Sejak tahun 1993 gagasan link and match telah menjadi isu bersama antara mendikbud Wardiman Djojonegoro dengan menaker Abd Latif. Gagasan tersebut kemudian secara operasional dilaksanakan dalam bentuk pembelajaran sistem ganda (Dual system)  atau magang di SMK. Sehingga pendidikan sistem ganda (PSG) atau prakerin yang selama ini dilaksanakan oleh SMK sebenarnya merupakan bentuk implementasi program link and match.

Selanjutnya upaya-upaya penyelasaran antara SMK dengan industri terus dilakukan melalui berbagai program unggulan kemendibud, seperti SMK Model, SMK RSBI, dan lain-lain. Semuanya bertujuan memperkuat konektivitas antara program pembelajaran di SMK dengan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan di dunia usaha dan industri (Dudi). Tujuannya tiada lain agar alumni SMK dapat terserap dan mampu memenuhi kebutuhan tenaga kerja di dudi. Untuk itu, SMK dan dudi diharapkan dapat duduk bersama mengembangkan kurikulum yang adaptif sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.

Namun program yang sangat baik ini, belum sepenuhnya berhasil. Bahkan bisa jadi lebih banyak yang gagal. Hal ini dapat dilihat dari sejumlah SMK yang belum memiliki kurikulum bersama dudi yang implementatif. Selain itu, data BPS yang dimuat pada Vocational Education Policy, White Paper, Volume 1 Nomor 9 Tahun 2019 menunjukkan tingkat pengangguran SMK dari tahun ke tahun yang terus mengalami peningkatan. 
 
Dari data di atas, terlihat dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2018 kontribusi pengangguran lulusan SMK terus meningkat. Bisa jadi trend ini terus naik, terutama sejak pandemi melanda negeri. Tingginya tingkat pengangguran juga menjadi indikator belum selarasnya kurikulum SMK dengan dudi. 

Melihat kenyataan tersebut, maka cukup rasional jika penguatan penyelarasan kurikulum SMK terus dilakukan. Tetapi jangankan membuat kurikulum bersama dudi, sekedar membuat MOU dengan dudi saja masih banyak SMK yang kesulitan.  Beberapa usaha telah dilakukan oleh SMK, baik yang terkait langsung dengan program dari kemendikbud maupun dengan inisiatif sendiri. Mulai dari melakukan upaya negosiasi dan lobi-lobi dengan dudi sampai dengan upaya yang melibatkan dinas terkait sebagai fasilitator. Tetapi semuanya seperti menemui jalan buntu.

Suatu ketika, SMK-SMK seSulteng perna dikumpulkan bersama dudi. Pertemuan ini difasilitasi oleh dinas pendidikan provinsi Sulawesi Tengah. Tujuan utamanya membantu SMK menemukan mitra dudi sekaligus membuat MOU. Tetapi apa yang terjadi? Jangankan MOU, dudi yang hadir saja boleh dikata nihil. Satu-satunya dudi yang hadir hanya perwakilan salah satu BUMN, itupun hanya perwakilan yang tidak refresentatif membuat MOU. Alhasil, upaya tersebut juga gagal. Tidak satupun SMK yang berhasil membuat MOU.

Satu pengalaman lagi, suatu saat SMKN di kota penulis mendapat program pengembangan SMK. Salah satu kegiatannya adalah menyusun kurikulum bersama antara SMK dengan dudi. Lagi-lagi hasilnya tidak menggembirakan. Perwakilan dudi yang seharusnya menjadi fasilitator dan membantu SMK menyusun kurikulum, ternyata hanya mengirimkan wakil yang tidak begitu kompeten. Hasilnya, kurikulum yang diharapkan menjadi jembatan antara SMK dengan dudi akhirnya tidak seperti yang diharapkan. Kembali lagi penyelarasan kurikulum tidak berhasil.

Lalu mengapa program link and match antara SMK dan dudi seperti jalan ditempat? berdasarkan penilaian penulis, setidaknya ada beberapa hal yang menjadi penyebab, antara lain:
  1. Tidak banyak dunia usaha dan industri yang mau bekerja sama dengan SMK. Jangankan swasta, BUMN saja masih banyak yang enggan. SMK belum dianggap sebagai mitra sejajar dengan dudi, apalagi menguntungkan. Akibatnya SMK ketika mengajukan diri untuk bekerja sama, lebih dipandang sebagai "pengemis" dari pada sebagai mitra kerja strategis. Kondisi ini menyebabkan SMK sulit menjalin kerjasama dengan dudi, apalagi membuat MOU. Kalaupun ada MOU, itu umumnya bersifat formalitas dan belum menyentuh substansi, sehingga sering kali MOU tidak mengikat dudi sebagai para pihak. Karena tidak ada dudi yang benar-benar menjadi mitra, maka kurikulum pun tidak ada yang dapat diselaraskan. 
  2. Keragaman jurusan SMK kebanyakan tidak sesuai dengan keberadaan dudi di suatu daerah. Akibatnya, kebanyakan SMK harus mencari dudi yang jauh dari tempatnya berada. Pada kondisi seperti itu, sulit bagi SMK membangun kemitraan secara "permanen" dengan dudi, karena dudi di daerah tersebut harus pula melayani SMK yang ada di daerahnya. Hal inipun cenderung menggagalkan program link and match.   
  3. Idealnya jurusan SMK dibuka sesuai dengan kebutuhan pasar kerja yang tersedia di suatu daerah. Karena alumni SMK sengaja diproyeksikan untuk bekerja di dudi yang ada di daerah itu. Tetapi problemnya, banyak jurusan SMK dibuka tidak sesuai dengan kebutuhan pasar kerja di daerah. Akibatnya kebanyakan alumni SMK tidak bisa bekerja, atau kalau bekerja mereka bekerja tidak sesuai dengan jurusan. Artinya tidak match lagi.
  4. Jumlah siswa SMK jauh lebih banyak dari pada kebutuhan industri. Sehingga untuk melayani pada kegiatan prakerin saja ini sudah menjadi masalah tersendiri. Bagaimana mau membangun kemitraan yang selaras dengan dudi.
Jika kemitraan tidak terjalin, otomatis link and match dengan dudi sulit diwujudkan. Kegagalan tersebut akhirnya memberikan dampak ikutan sehingga menambah lagi permasalahan SMK, seperti ketidaksesuaian kompetensi alumni dengan kebutuhan dudi. Berlimpahnya alumni SMK yang tidak terserap dalam dudi. Beban biaya bagi orang tua menjadi sangat besar akibat program prakerin yang nyatanya seperti tidak banyak memberikan manfaat.

Berdasarkan pengalaman tersebut, maka menurut hemat penulis, untuk mem push program penyelarasan kurikulum SMK dengan dudi, ada baik baiknya pemerintah melakukan intervensi lansung terhadap dudi. Pemerintah harus membantu SMK menemukan mitra dudi yang cocok dan memastikan bahwa dudi tersebut mau bekerjasama dengan SMK sesuai dengan syarat-syarat yang dibutuhkan SMK. SMK tidak dapat dibiarkan melakukan sendiri, karena SMK tidak memiliki bargaining position yang memadai untuk menjalin kerjasama dengan dudi. Jika hal ini tidak dilakukan, hampir dapat dipastikan program link and match akan gagal lagi.

Dirjend Vokasi Wikan Sakarinto sangat menyadari pentingnya link and match ini. Sehingga beliau memberikan setidaknya lima syarat agar link and match antara pendidikan vokasi dan dunia industri dapat terjadi, yaitu:
  1. Pembuatan kurikulum bersama, dan disinkronisasi setiap tahun
  2. Pihak industri wajib memberikan guru atau dosen tamu, minimal untuk 50 jam mata pelajaran
  3. Pemberian magang kepada siswa SMK vokasi dari industri yang dirancang bersama, minimal 6 bulan
  4. Sertifikasi kompetensi, untuk menunjukan level kompetensi lulusan vokasi
  5. Komitmen menyerap lulusan sekolah vokasi oleh industri
Lebih jauh pak Dirjend menegaskan, link and match antara pendidikan vokasi dan industri tidak hanya sekadar tanda tangan Mou, foto-foto kemudian masuk koran. Ia menganalogikan pada hubungan dua orang yang sedang berpacaran dan sampai pada jenjang menikah. 

Analogi menikah tentu sangat ideal bagi SMK dan dudi. Hal ini mengisyaratkan sebuah hubungan timbal balik yang saling mengikat di antara keduanya. Tetapi hubungan demikian hanya dimungkinkan jika SMK dan dudi berada pada level yang setara dan saling menguntungkan dari sisi kepentingan. Tentu saja bagi SMK kehadiran dudi, sangat menguntungkan. Tetapi bagaimana dengan dudi, keuntungan apa yang bisa diperoleh? Justru disinilah titik krusialnya. Oleh sebab itu, kehadiran pemerintah sangat diperlukan untuk "memaksa" dudi agar mau menjadi mitra SMK dan melaksanakan link and match sesuai syarat-syarat di atas. 

Tolitoli, 25 Agustus 2021
Muliadi

Selasa, 24 Agustus 2021

Public Speking For Teacher

 Belajar Bicara, 24 Agustus 2021
Public speaking adalah kemampuan menyampaikan pesan dan atau mempengaruhi orang lain agar mau secara suka rela mengikuti atau melakukan yang diinginkan oleh pemberi pesan. Bagaimana hal itu bisa dilakukan, maka anda dapat menyaksikan video berikut ini:

Berbicara di Depan Publik

Belajar Bicara, Kamis 19 Agustus 2021

Berbicara di depan publik bagi sebagian orang bukanlah pekerjaan mudah. Tidak jarang sebagian orang justru tidak mampu berbicara dengan baik ketika harus berhadapan dengan orang banyak. Bagaimana cara berbicara di depan publik, dan kemampuan apa saja yang harus dimiliki oleh pembicara agar dapat berbicara dengan baik di depan publik. Berikut penjelasannya: