Pengikut

Jumat, 30 Juli 2021

Mengatasi Writer's Block

Resume ke-9, Jum'at, 30 Juli 2021


Tema                 : Mengatasi Writer's Block
Narasumber      :  Ditta Widya Utami, S.Pd, Gr
Gelombang       : 19
Moderator         : Maesaroh

"Mengatasi Writer's Block" adalah tema malam ini. Materi ini disampaikan oleh narasumber yang masih relatif muda. Namun telah menorehkan prestasi yang cukup spektakuler, terutama di dunia tulis menulis. Ditta Widya Utama, S.Pd.Gr. Guru muda berbakat, kelahiran Subang jawa Barat, 23 Mei 1990 telah menerbit 6 buku solo, dan 12 buku antologi.

Berkat kepiawaiannya dalam menulis, guru IPA di SMPN 1 Cipeundeuy Subang Jawa Barat ini telah banyak menerima penghargaan. Berikut sejumlah penghargaan yang telah diterima oleh Ditta Widya Utami :
  • Peraih Parasamya Susastra Nugraha (100 Guru Penulis Jawa Barat) - 2020
  • Peraih Parasamya Suratma Nugraha (Penggerak literasi) - 2020
  • Penghargaan dari Dinas Kearsipan dan Perpustakaan (Disarpus) Kab. Subang sebagai donatur buku - 2020
  • Penghargaan Bupati Subang (2020) diusulkan Disdikbud Kab. Subang, diberikan saat HUT PGRI dan Korpri
  • Penghargaan Bupati Subang (2021) diusulkan Disarpus Kab. Subang, disampaikan saat HUT Subang ke-73
  • Penghargaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Subang (2021) untuk guru berprestasi disampaikan saat Hardiknas 
(Sumber: https://dittawidyautami.blogspot.com)

 

Aktif diberbagai komunitas menulis dan MGMP IPA serta menjadi narasumber di kelas menulis sudah menjadi aktivitas yang lazim bagi Bu Ditta. Sangat beruntung malam ini, peserta kelas menulis PGRI angkatan 19 & 20 berkesempatan mengikuti bimbingan menulis dari sang penulis muda berbakat. Kebersamaan dengan Ibu Ditta menjadi energi baru bagi peserta kelas menulis untuk melanjutkan perjalanan meraih punjak menerbitkan buku solo.

Malam ini, Ibu Maesaro yang juga seorang penulis ulung mendampingi Ibu Ditta mengantar acara malam ini hingga berjalan dengan sangat baik. Seingat saya sudah dua kali Ibu Maesaro menjadi moderator. Sungguh suatu kesempatan yang tidak semua orang bisa menjalaninya. Hanya mereka orang-orang terpilih dengan prestasi sederet yang berkesempatan memimpin setiap acara pada kelas menulis PGRI bimbingan om Jay ini.

Gaya seorang inspirator dari seorang Ditta terlihat jelas, saat dia mulai berbagi dengan tema writer's block. Satu istilah yang dipopulerkan oleh psikoanalisis Edmund Bergle untuk menamakan 'kebuntuan menulis'. Ibu Ditta menantang peserta menulis dengan satu tema berupa foto wayang kulit. Tulisan minimal 3 paragraf dalam waktu 15 menit.  Langsung saja para peserta berlomba menulis dengan adrenalin tinggi ..he..he.

Ya, begitulah cara Bu Ditta menunjukkan bagaimana seseorang penulis tiba-tiba bisa terkena serangan writer's block. Apa itu writer's block? yaitu suatu keadaan dimana penulis merasa tidak memiliki ide dan gagasan untuk menulis, alias buntu.  

Sulit fokus, tidak ada inspirasi menulis, menulis lebih lambat dari biasanya, atau merasa stres dan frustasi untuk menulis merupakan sebagian dari tanda-tanda kita terserang WB. Keadaan ini bisa menimpa penulis pemula maupun profesional. Karena writer's block umumnya tidak disebabkan oleh masalah komitmen/kompetensi menulis.


Lalu, berapa lama WB bisa terjadi? Jawabannya tergantung seberapa cepat seorang penulis mampu mengatasi kondisi WB tersebut. Dengan kata lain, WB bisa terjadi dalam hitungan menit, jam, hari, bulan, bahkan bertahun-tahun. 

Pertanyaannya, mau sampai kapan kita biarkan WB ini berlangsung? Agar bisa mengatasi writer's block, langkah penting yang harus kita lakukan adalah mengetahui penyebabnya. Dengan mengetahui penyebab, kita bisa lebih fokus mencari solusinya.

Lalu, apa saja penyebab writer's block? 

Mencoba metode/topik baru dalam menulis bisa jadi salah satu penyebab WB. Misal seperti tantangan kita di awal. Bagi penikmat seni wayang atau sejarah, mungkin tidak menemui kesulitan berarti saat harus menulis tentang wayang.

Tapi, bagaimana dengan orang-orang yang tak pernah melihat pertunjukan wayang? Tidak tahu tentang tokoh-tokoh dalam wayang? Saya misalnya, pasti akan merasa "kekurangan inspirasi" dalam menulis dengan tema wayang. WB telah menyerang saya. Tapi, jika kemudian kita teguhkan komitmen, lalu mencari bahan bacaan tambahan, maka WB yang terbentuk bisa segera kita hancurkan. 

It's great really. Karena ... Itu membuktikan Anda sudah mampu menghancurkan tembok penghalang yang menghalangi Anda untuk menulis. Tak hanya topik baru, metode baru dalam menulis pun bisa membuat kita terserang WB. Misal jika kita terbiasa menulis karya tulis ilmiah. Kemudian diminta membuat puisi. Keduanya tentu memiliki metode penulisan yang berbeda. 

Bagi yang belum terbiasa, tentu akan mengalami kesulitan saat harus menulisnya. Pada kasus ini, mempelajari teknik dan banyak berlatih menulis merupakan solusi terbaik untuk meminimalkan dampak WB. 

Stress, Lelah Fisik/Mental juga bisa menjadi penyebab kita terserang WB. Terlalu memaksakan diri dalam banyak pekerjaan hingga membuat tubuh lelah bisa membuat kita burn out. Hanya sedikit yang masih mampu menulis dalam keadaan sakit/lelah fisik. Pada kondisi ini, istirahat sejenak tentu menjadi pilihan terbaik.

Otak dan tubuh kita bukan mesin, toh? Maka ketika penat, beristirahatlah sejenak. Cari ruang dan udara segar. Lakukan hal-hal yang membahagiakan. Refresh kembali hati dan pikiran kita sehingga kita bisa mendapat inspirasi baru.

Terlalu perfeksionis pun bisa menjadi penyebab kita sering terkena WB. Loh kok bisa? Ada pepatah yang mengatakan perfectionism kills creativity. Perfeksionis itu bisa mematikan kreativitas. Saat menulis, orang yang perfeksionis mungkin akan berpikir apakah kalimatnya sudah tepat? Apakah ada kaitan dari paragraf satu ke paragraf lainnya? dsb.

Atau, ketika seseorang pernah sangat populer dengan tulisannya. Misal postingan di blog yang baca hingga ratusan bahkan ribuan. Menerbitkan buku hingga best seller. Nah, yang seperti ini pun bisa jadi terjebak dalam lingkup perfeksionis.

Tulisan sebelumnya booming, yang sekarang tentu harus booming juga. Harus laku juga. Harus banyak yang baca juga. Kekhawatiran seperti itu justru bisa membuat WB nempel lebih lama pada kita.

Jika ini terjadi, maka ingatlah kembali alasan awal kita menulis. Tujuan kita menulis. Masa-masa saat kita merintis menjadi seorang penulis. 

Ernest Hemingway mengatakan "Sebagai seorang penulis, kamu tidak harus menilai, kamu harus mengerti." . Menulis sambil menilai tulisan kita, hanya akan membuat kita terhambat dalam menulis. Maka menulislah, biarkan orang lain yang menilainya agar penyakit WB tidak menghinggapi kita.

Tulisan yang baik itu adalah yang selesai. Sebagus apa pun diksi yang digunakan. Sekeren apa pun alur yang dibuat. Jika tak selesai? Ya menggantung. Jadi, tulisan yang selesai tentu lebih utama. Adapun tidak sesuai alur dsb itu urusan tahap berikutnya : editing.

Ketika lelah atau stress, kita bisa santai sejenak, jalan-jalan misalnya. Tidak perlu jauh dan mahal. Keliling naik motor lihat sawah yang terhampar bak permadani bersama suami dan anak saja sudah bisa merefreshkan pikiran dan hati. Atau bisa juga dengan membaca buku yang ringan-ringan.

Yang perlu diketahui bahwa malas itu tidak bisa dikategorikan sebagai WB. WB umumnya tidak disebabkan oleh masalah komitmen/kompetensi menulis. Justru orang yang rajin menulislah yang memiliki peluang besar terserang WB.

Namun demikian, untuk mengatasi rasa malas menulis, bisa dicoba dengan membuat target atau tantangan. Atau yang lebih menyenangkan, beri reward untuk diri sendiri saat telah selesai menulis. untuk menghindari WB, hindari penyebabnya. 

WB juga bisa terjadi saat akan menulis. Tiba-tiba saja penulis seperti kehilangan ide. Pada hal sebelumnya kita merasa sudah memiliki sejumlah ide cemerlang untuk di tulis. Oleh sebab itu, para penulis hebat selalu memiliki catatan pribadi. Saat ide-ide bermunculan, mereka akan mencatat di note. Zaman sudah canggih. Kita bisa langsung rekam ide-ide kita di gawai. Minimal buat outline tulisan terlebih dahulu. Karena outline akan menangkap ide kita sehingga tidak terbang ke negeri antah berantah

Mengatasi WB agar tidak terlalu lama dengan banyaknya aktivitas berpikir, salah satu yang bisa dicoba adalah gunakan golden Time saat menulis. Tiap orang punya golden Time masing-masing. Ada yang fokus menulis sebelum tidur. Ada yang bisa fokus menulis saat menjelang matahari terbit.

Ada yang selalu mendapat inspirasi jika menulis sambil mendengarkan lagu, ada juga yang harus sepi hingga suara jangkrik pun terdengar. Maka, ketahui golden Time kita, dan menulislah di saat itu untuk menghindari WB.

Jadi, cara paling efektif untuk menghindari WB adalah dengan mengenali diri sendiri. Menemukan titik-titik sumber kebahagiaan sehingga WB akan jauh dari kita.  J.K Rowling dan Dee Lestari adalah contoh penulis hebat yang pernah mengalami WB.

Sang Moderator menutup pertemuan malam ini dengan Kesimpulan :
Writer's block adalah kendala umum bagi para penulis, namun ketika komitmen dalam menulis sangat matang, maka kita akan dapat menulis dengan mengalir . Selain itu, me refresh pikiran dengan melakukan aktivitas yang kita sukai, bisa membangkitkan selera menulis dan menepis gejala WB

Menggunakan golden times adalah langkah mudah dalam menulis, karena dengan begitu ide menulis akan muncul berserak.

Terimaksih narasumber, Ditta Widya Utami, terimakasih moderator, Bu Maesaroh


Wassalam
 

25 komentar:

  1. Panjang sekali. Komplit. Luar biasa. Semangat terus Pak ketua.

    BalasHapus
  2. Paket komplit pak Muliadi, keren

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Bu, rasanya sayang kalau tidak ditulis semuanya

      Hapus
  3. Luar biasa pak...Rupanya WB sudah diamputasi..heheheee.

    BalasHapus
  4. Terimakasih supportnya, sebetulnya sudah ada benih benih lelah, kucoba untuk terus bertahan

    BalasHapus
  5. Wah mantap, WB pasti jauh-jauh nih ...

    BalasHapus
  6. Luar biasa lengkap tulisannya pak

    BalasHapus
  7. terima kasih sudah mengerjakan tugasnya dengan baik, semoga kelak menjadi buku yang bermutu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih om Jay, semoga Allah mengabulkan do'anya, amiiin

      Hapus
  8. Sip.. Semangat terus.. Komplit plit.. Sukses selaku..

    BalasHapus
  9. Serasa saya menonton bola dengan komentator yang super seru. Bacaan yg hidup. Mengalir dan sistematis.

    Lengkap dan enak dibaca. Selamat. Calon penulis hbt.

    BalasHapus