Pengikut

Jumat, 23 Juni 2023

Bertransformasi dengan Tefa

Kamis, 22 Juni 2023 kemarin saya memimpin rapat tim pelaksana tefa. Ada 5 tim tefa yang telah terbentuk, dan di SK-kan oleh kepsek. Tim pelaksana pembelajaran tefa, tim pelaksana renovasi gedung tefa, tim pelaksana pengadaan peralatan, tim pemeriksa barang, dan tim perencana dan pengawasan renovasi. Tim yang terakhir ini, tunggal. Hanya seorang. 

Rapat perlu dilakukan seiring dengan masuknya anggaran tahap pertama sebesar 210 juta dari total bantuan 300 juta. Sisanya 90 jt akan dicairkan pada tahap ke dua. Tentu saja setelah laporan kegiatan tahap 1 dilaporkan. Bagi kami itu tidak masalah. InsyaAllah bisa ditunaikan. 

Hal penting yang dibicarakan pada rapat hari itu adalah tentang persiapan strategi pelaksanaan. Ada tiga kegiatan penting yang harus berjalan pada program bantuan tefa ini, yaitu kegiatan pelatihan atau workshop implementasi pembelajaran tefa, kedua: kegiatan renovasi gedung pameran hasil tefa, ketiga: pengadaan peralatan pendukung tefa. 

Dengan anggaran yang diberikan pada tahap 1 sebesar 210 jt, kami harus harus dapat menentukan skala prioritas yang mana yang harus berjalan lebih dahulu. 

Menurut hemat saya kegiatan pelatihan dan renovasi harus diprioritaskan terlebih dahulu, mengingat proses pelaksanaannya memerlukan waktu yang cukup panjang. Sementara pengadaan peralatan ditempatkan pada prioritas ke dua. Pandangan saya diamini oleh seluruh tim. 

Kami menyadari pelaksanaan pelatihan dan workshop adalah kegiatan yang cukup rumit. Hal ini karena kegiatan workshop akan melibatkan banyak orang. Bukan hanya personil sekolah, tetapi melibatkan pihak terkait dan pihak industri. Selain itu ada kegiatan magang dan proses sertifikasi yang melibatkan lembaga sertifikasi. BNSP. Ini tidak mudah, terutama terkait jadwal dan pembiayaan. Bisa jadi akan ada negosiasi yang alot. 

Oleh sebab itu, pada rapat itu saya mendorong agar ketua tim pelaksana dan anggotanya untuk segera menyiapkan langkah-langkah pelaksanaan. Fadli sebagai ketua tim menyanggupi untuk segera menyiapkan jadwal dan segala sesuatunya bersama tim. Sudah berpengalaman. 

Tidak kalah penting, pelaksanaan renovasi, juga harus segera berjalan. Meski relatif mudah dilaksanakan karena hanya perlu menyiapkan tukang yang baik dan bahan, namun perlu juga kehati-hatian dalam pelaksanaannya. Hal penting untuk menjadi perhatian antara lain aspek administrasi seperti jadwal pelaksanaan, kurva S, foto nol persen dengan camera beraplikasi khusus. Timestamp. Selain itu, pengawasan terhadap mutu bahan dan mutu kerja tukang harus ketat. Seringkali masalah over pembiayaan terjadi karena ulah tukang yang tidak profesional. Atau karena kurang pengawasan. 

Saya dan semua tim pelaksana sepakat untuk memperoleh hasil yang terbaik dari program bantuan tefa ini. Bukan hanya soal terlaksananya program bantuan sesuai jadwal, tetapi yang terpenting program tefa ini benar-benar bisa berjalan berkelanjutan dalam jangka panjang sehingga tujuan utamanya tercapai. Tentu pembaca sudah paham tujuan utama pembelajaran tefa. Jika lupa biar saya ingatkan lagi, bahwa tujuan utama pembelajaran tefa adalah mewujudkan kompetensi tinggi dan mumpuni bagi peserta didik berupa hard skill dan soft skil yang sesuai dengan kebutuhan IDUKA. 

Untuk mewujudkan hard skill dan soft skill yang baik, maka pembelajaran tefa harus berjalan konsisten dalam jangka panjang. Habituasi penting dan efektif. Tefa akan memastikan bahwa pembelajaran kejuruan terutama ketika berpraktik semua berjalan sesuai dengan standar mutu  dan standar prosedur operasiona (SOP) kerja yang baku. 

SOP dibuat bersama dengan industri yang fisiknya berupa jobsheet atau langkah kerja. Jobsheet harus ada disetiap proses kerja. Tidak boleh ada proses kerja yang tidak memiliki jobsheet. Jobsheetlah yang memastikan proses habituasi itu berjalan. Praktik tanpa jobsheet bukanlah praktik yang sah, bukan praktik dalam proses pembelajaran. Praktik tanpa jobsheet terbukti tidak mampu membentuk sikap kerja yang baik pada peserta didik. 

Itulah yang sangat saya tekankan kepada semua guru. Program tefa jangan sampai berakhir sependek jadwal kegiatan pelatihan. Setelah pelatihan, maka semuanya selesai. Itu yang biasa terjadi. Dan memang sering terjadi. Sudah banyak contohnya. 

Keberhasilan hanya dipandang dari sukses melaksanakan program bantuan yang biasanya hanya 6 bulan itu. Yang penting laporannya selesai, dan diterima. Setelah itu, programnya macet. Alatnya macet, dan itu dianggap bukan masalah. Bukankah kita sering melihat bangunan mangkrak setelah beberapa saat selesai dibangun?? Itu contohnya. 

Saya tidak sepakat dengan cara-cara seperti itu. Rasa-rasanya andapun sepaham dengan saya. Makanya, saya mendorong pelaksanaan pembelajaran tefa atau pembelajaran berbasis project, ada atau tanpa bantuan. Bagi saya pembelajaran berbasis produk dan berorientasi bisnis adalah pembelajaran yang paling relevan dengan karakteristik SMK sebagai sekolah kejuruan. Oleh sebab itu, pembelajaran ini menjadi salah satu strategi kami dalam melakukan transformasi pendidikan SMK Negeri 1 Galang. 

Cita-cita itu semoga berhasil. Pasti tidak mudah. Apalagi mengubah kebiasaan yang sudah berlangsung sangat lama. Namun juga bukan berarti tidak bisa. Buktinya sudah banyak praktik baik yang berhasil. Jika ada SMK lain bisa, maka mestinya kami pun bisa. Yah, SMK bisa, SMK kuat, menguatkan Indonesia. 

Galang, 23 Juni 2023

Muliadi



0 comments:

Posting Komentar