Pengikut

Minggu, 25 Juni 2023

Panen Harapan

PUKUL 08.00 lewat sedikit saya berangkat ke sekolah. Di sana panitia PPDB sedang bekerja, meski sebagian besar guru berlibur. Hari itu, sabtu 24 Juni proses pendaftaran ulang siswa baru sedang berlangsung.

Jumlah pendaftar ulang belum mencapai target. Padahal beberapa upaya untuk mempromosikan sekolah sudah dilakukan. 

Namun demikian, jumlah tahun ini masih lebih baik. Ada trend kenaikan dari tahun sebelumnya. 

Sampai di sekolah saya mengecek aktivitas panitia. Hanya sebentar, Tiba-tiba saja saya teringat pohon pucuk yang saya bawah dua hari yang lalu. 

Saya memanggil  salah satu panitia. Ibu Marini. Guru PPPK angkatan pertama. 

"Bu Marini, boleh minta tolong? "

"Boleh Pak, apa itu?" Bu Marini menyanggupi sambil bertanya balik. 

"Di sana itu, di bawah pohon itu ada bibit pohon pucuk di polybag, tolong ibu ajak beberapa anak untuk menanam pohon pucuk itu" Saya menunjuk kearah pohon cemara yang tidak jauh dari posisi kami berdiri. 

Ibu Marini menyanggupi. 

Terserah ibu Marini, siswa mana yang dia ajak untuk menanam pohon pucuk itu. Yang penting di tanam hari itu. 

Dua hari yang lalu, saya dan dua orang staf sudah menanam beberapa pohon. Pun dua atau tiga bulan sebelumnya, saya juga sudah menanam pohon pucuk itu. Tetapi tidak berhasil. Hampir semuanya mati. Untung masih ada satu pohon yang bertahan.

Jadi ini sebenarnya percobaan ketiga. Bibitnya sekarang di polybag. Saya pikir itu lebih baik. Daya tumbuhnya pasti lebih kuat karena sudah hidup beberapa minggu di media tanam. 

Akhir-akhir ini saya memang sedikit antusias dengan kegiatan menanam. Menanam apa saja. Terutama pohon buah. Dua bulan lalu, saya bahkan sengaja membeli bibit tanaman buah dari  Parigi. Beberapa varian durian, seperti montong, musangking, dan Bawor. Bibit pohon buah lain juga ada seperti alpokat, mangga, dan rambutan. Pokoknya dari jenis unggulan. 

Saya memang penasaran, ingin sekali rasanya melihat sekolah ini penuh dengan tanaman produktif maupun tanaman hias yang tertata rapi nan asri. 

Bayangan saya orang-orang datang ke sekolah kami, belajar tentang tanaman dari tanaman yang tumbuh subur dan indah. Bukan dari tanaman gersang dan kurus tak terawat. 

Bahkan tidak hanya belajar, jika perlu mereka datang berwisata atau berbisnis. Di sana Kendaraan silih berganti mengangkut hasil bumi setelah bertransaksi. 

Sekolah seperti itu memang sekolah impian. Sebagian orang berpikir itu terlalu utopis. Sehingga mereka beranggapan, itu tidak mungkin diwujudkan.

Lalu apa itu benar? Belum tentu. 

Sulit bukan berarti tidak bisa. Tidak bisa bukan berarti sulit. Semua bergantung pada niat dan usahanya. Kuncinya selalu mau belajar dan bersedia mencoba hal-hal baru. 

Yang tidak kalah penting. Rencanakan dan kerjakan. Segera. Jangan tunda. Mungkin awalnya tidak sempurna. Seiring waktu, asal mau belajar dari kesalahan pasti akhirnya akan berhasil. 

Tidak ada yang instan. Semua butuh proses yang panjang. Rencanakan, kerjakan, refleksi, perbaiki. 

Itulah yang saya lakukan. Saya tanam pohon pucuk. Mati. Tanam lagi. Cari cara baru. Coba lagi. Tanam lagi. Suatu saat yakin berhasil. 

Saya juga tanam pohon durian. Sudah dilakukan. Saya meminta proses penanaman direncanakan. Organisasikan siswa dalam proses pembelajaran. Ibu Wahidah dan dua guru kejuruan mendampingi siswa dalam kerangka pembelajaran Tefa. 

Pembelajaran Tefa itu kuncinya proses terstruktur, sistematis dan hasil berkualitas. Makanya panduan kerja harus ada. Jobsheet harus dibuat. Tidak boleh asal kerja. Karena sikap kerja dan keterampilan yang alami membutuhkan perulangan yang konsisten dan presisi. 

Sehingga penanaman perdana durian montong di awali dengan simulasi pembelajaran Tefa. Ada Jobsheet. Tiga guru kejuruan memfasilitasi siswa membuat lubang tanam. 

Setiap tindakan atau proses kerja mengikuti jobsheet yang sudah dibuat. Alhamdulillah, sepuluh lubang tanam berhasil dibuat oleh siswa secara berkelompok. Itulah lubang tanam produk Tefa yang pertama. 

Bibit durian montongnya belum langsung ditanam hari itu. Lubang tanamnya perlu dianginkan selama seminggu. Sehingga jobsheet penanaman durian sebenarnya belum berakhir. Dia merupakan siklus panjang. Butuh waktu 2 atau 3 minggu sampai proses penanaman selesai. 

Proses praktik panjang inilah yang sering terabaikan selama ini. Pembelajaran praktik yang biasanya terjadi, instan. Praktik sehari, atau 2 sampai 4 jam, kemudian berakhir. 

Tidak ada kelanjutan. Praktik berikutnya sudah berbeda. Tidak ada kaitan dengan praktik sebelumnya. Tentu anda sudah akhirnya. 

Anda tidak akan melihat kebun tanaman buah yang terpelihara. Anda akan sangat tidak mungkin menemukan tanaman perkebunan yang tumbuh subur dan terawat. Itu tidak mungkin. Karena tidak ada proses itu. Itu proses panjang yang berada jauh di luar rencana pembelajaran. 

Maka, sebenarnya dibalikpenanaman pohon pucuk itu punya misi perubahan. Tranformasi pembelajaran. Dari sekedar menikmati, menjadi pencipta. Ibu Marini menyanggupi. Saya mengapresiasi. Nah, ini baru guru. Kata saya. He.. He...

Hari ini agenda menanam bunga tidak ada dalam rencana. Itu spontan saja. Saya mau ke kebun belakang. Kebun jagung dan rencana kebun buah-buahan. Pokoknya tanaman, termasuk tanaman perkebunan. Sudah ada beberapa pohon durian yang kami tanam. Kebun jagung terhampar dari timur ke barat. Cukup luas. Sebagian sudah siap panen. Sebagian lagi baru berumur 3 atau 4 minggu. Diantara tanaman jagung itu kami tanami pohon durian. Durian montong, musangking dan bawor.

Belum semua bibit durian ditanam. Masih ada beberapa pohon lagi yang tersisa. Nanti diantara jagung itu bukan hanya pohon durian. Kelak akan ada tanaman buah yang lain seperti alpokat, mangga, dan rambutan. Semuanya dari buah yang sedang populer saat ini. Agak sedikit latah memang, tetapi tujuannya substansial. Pembelajaran. Pelatihan keterampilan. Pembentukan karakter. Dan tidak kalah penting mengoptimalkan sumber daya. Hitung-hitung cari ongkos pemeliharaan lingkungan sekolah yang luas.

Oh ya, sesaat setelah meminta bantuan bu Marini saya bergegas keluar area kantor menuju halaman parkir. Namun, sekonyong-konyong pak Irfan. Wakasek kesiswaan, mencegat saya. Dia perlu membicarakan sesuatu. Sesuatu yang terkait dengan PPDB. Atribut sekolah. Seragam kejuruan, dan lain-lain. Akhirnya sudah keluar saya masuk lagi. Tetapi tidak lama. Saya mengamini saja permintaannya. Asal tidak merugikan siswa, begitu pesan saya.

Pembicaraan selesai, saya langsung mengambil motor beat menuju kebun belakang. Singgah sebentar di sawah yang siap ditanami. Terus menuju bangunan yang hendak di renovasi. Sudah dibongkar atapnya. Ini bangunan TK. Tepatnya pernah digunakan sebagai TK Tunas Harapan. TK milik yayasan Darma Wanita SMK Negeri 1 Galang. Kini TK saya pindahkan ke dalam lokasi sekolah. Lebih aman. Dan lebih baik.

Sekarang bekas TK itu akan di renovasi atau di restorasi. Itu istilah yang digunakan oleh tim pusat program pengembangan Tefa. Dana Tefa tahap 1 sudah cair sehingga tiga jenis kegiatan sudah bisa di eksekusi. Salah satunya program renovasi Itu. Bekas bangunan TK nantinya akan menjadi ruang pamer produk hasil pembelajaran Tefa.

Dua program lain adalah penguatan pembelajaran Tefa dan pengadaan peralatan. Tiga kegiatan saling menguatkan. Tujuannya agar pembelajaran Tefa berjalan sesuai konsepnya, berkelanjutan dan konsisten. Hanya dengan sikap yang konsisten program Tefa bisa berhasil.

Meski begitu, rasa-rasanya saya sulit menilai apakah program bantuan ini benar-benar di perlukan atau tidak. Bukan tidak butuh alat, renovasi, atau program pelatihan. Namun dalam implementasinya program ini dalam beberapa hal tidak sepenuhnya sesuai dengan rencana kami. Aturannya juga cukup rumit, terutama proses pengadaan barang atau alat. Harus Siplah. Disiplah harus pakai pembanding. Lebih sulit lagi, barangnya harus ber TKDN. Setidaknya PDN. Sebetulnya tidak masalah. Hanya saja kebanyakan barang yang diperlukan belum ber TKDN. Kalau begitu, toko penyedia nya harus membuat keterangan bahwa barangnya PDN.

Sebut saja kami beruntung menjadi salah satu penerima bantuan dari 30 SMK se-indonesia. Tahap I. Mungkin ada tahap II. Beruntung juga, karena sebelum kami tercatat sebagai salah satu penerima program bantuan, Tefa sudah berada di jalur gerakan prioritas kami. Langkah-langkah itu sudah dilakukan. Fadli, ketua program penguatan pembelajaran Tefa bahkan sudah dua kali mengikuti diklatnya. Di provinsi. 

Pun kerjasama penanaman jagung pakan dengan mitra industri CV. Bifaza Utama, bagian dari upaya implementasi Tefa. Bukan karena ada bantuan, atau berharap dapat bantuan. Tetapi pembelajaran Tefa saya cermati cukup memberi harapan perubahan. Perubahan diperlukan sekolah kami.  Sudah lama sekolah ini terkungkung dalam pola pembelajaran yang tidak produktif. Tidak efektif. Tidak menarik. Tidak keren. Sehingga siswa sudah tidak tertarik. Siswa semakin sedikit. Sementara harga pangan semakin melangit.

Jadi, kehadiran bantuan Tefa menjadi pass. Tepat waktunya. Gerakannya sedang jalan, bantuannya datang. Di periode awal, implementasi Tefa memang belum maksimal. Bahkan mungkin belum benar. Caranya, atau prosedurnya. Tetapi kami terus mencoba untuk belajar. Jobsheet masih barang baru. Istilahnya. Substansinya sudah pernah ada, yaitu langkah kerja dalam kegiatan praktik. Tetapi kemudian hilang. Pembelajaran praktik kemudian menjadi instan. Asal sudah praktik. Langkah kerja tidak penting lagi. Jadi, pembelajaran Tefa menjadi sebuah harapan dan pencerahan. 

Makanya, sedikit "memaksa" pembelajaran Tefa dilakukan dengan segala kelemahan. Produk target jagung pakan. Varietas zea magau. Benih unggul produk magau foundation. Pembelajaran di mulai dari proses pengolahan tanah. Kemudian dilanjutkan dengan penanaman jagung. Tidak ada jobsheet. Petunjuk kerja dilakukan secara lisan. Tidak ada proses penilaian. Semangatnya Tefa, tetapi cara kerjanya belum Tefa.

Alhamdulillah, hasilnya sudah ada. Hari ini panen perdana. Perdana produk Tefa yang belum matang itu. Setidaknya sudah ada harapan. Apalagi saat ini sudah ada suport dari pemerintah melalui bantuan penguatan Tefa. Semoga benar-benar semakin kuat. Jauh-jauh hari saya mengingatkan, jangan sampai program Tefa berakhir sependek usia program. Program Tefa harus berlanjut hingga hasil utamanya mekar dan berbuah.

4 komentar:

  1. Alhamdulillah. Luar biasa hasil jagungnya pak. Kepsek. Semoga kedepannya proses pengelolaannya sampai pasca panen berstandar industri yang melibatkan siswa secara komprehensif.

    BalasHapus
  2. Perjelas kerangkan berfikir, agar hasil fikiran tdk acakan, tuntaskan 1 topik, kemudian bahas topik lain, masukan, selesaikan satu tapik sehingga kelihatan hasil yg di capai.

    BalasHapus
  3. Alhamdulillah,,luar biasaa pak semogaa apa yg kita harapkan semua berjalan dengan lancar...

    BalasHapus