Pengikut

Rabu, 28 Juni 2023

Menyikap Perbedaan Idul Adha

Merayakan hari raya idul adha adalah suatu kegembiraan bagi setiap keluarga muslim. Idul Adha adalah hari raya terbesar kedua setelah idul fitri. Hari raya ini disebut juga hari raya idul qurban karena pada hari itu umat muslim melaksanakan ibadah qurban yaitu menyembeli hewan qurban sebagaimana yang telah di contohkan oleh Rasulullah Muhammad saw. 

Perhatikan perintah Allah swt berikut ini:

"Dan bagi tiap-tiap umat kami syariatkan penyembelihan (qurban) supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka, maka Tuhanmu ialah Tuhan yang Maha Esa, karena itu berserahdirilah kamu kepada-Nya, dan berilah kabar gembira pada orang-orang yang tunduk (patuh) pada Allah." (QS: Al-Hajj: 24)

Perintah berqurban sendiri bermula dari peristiwa yang di alami oleh nabi Ibrahim as dan putranya Ismail. Suatu peristiwa besar yang menggambarkan tingginya kualitas iman sebuah keluarga. Ayah dan putranya, yang mendapat perintah untuk menyembeli putra tercinta dan satu-satunya, yaitu Ismail as. Namun, keduanya lolos dari ujian berat itu, dan Allah menggantinya dengan se ekor hewan Qibas. Berdasarkan peristiwa itu, maka Rasulullah Muhammad saw memerintahkan umat muslim untuk berqurban pada hari raya idul Adha. 

Waktu pelaksanaan idul adha sesuai kalender hijriyah, tanggal 10 Zulhijjah. Untuk hal ini tidak ada khilaf atau perbedaan diantara para ulama. Namun potensi perbedaan menetapkan tanggal 10 Zulhijjah sendiri dapat terjadi karena perbedaan metodologi penentuan awal bulan berjalan pada kalender hijriya.  

Seperti tahun ini, perbedaan waktu pelaksanaan hari raya idul adha tidak terhindarkan. Hal ini terjadi karena Muhammadiyah sebagai salah satu ormas Islam terbesar di Indonesia telah menetapkan jauh-jauh hari waktu pelaksanaan idul adha 1444 H yang jatuh pada tanggal 28 Juni 2023. 

Pelaksanaan Idul Adha di Perguruan Muhammadiyah Tolitoli
28 Juli 2023

Ketetapan idul Adha 28 Juni 2023 berbeda dengan waktu yang ditetapkan oleh pemerintah melalui kementerian agama RI belakangan. Pemerintah menetapkan hari raya idul adha 1444 H jatuh pada tanggal 29 Juni 2023 setelah melalui sidang isbat. Sidang isbat sendiri dilaksanakan pada hari minggu, 18 Juni 2023 di Auditorium HM Rasjidi Gedung Kemenag Jakarta. Sepuluh hari menjelang Idul Adha.

Haruskah terjadi perbedaan idul Adha?

Dalam perspektif budaya, perbedaan adalah sebuah keniscayaan. Perbedaan adalah sunnatullah. Perbedaan menciptakan harmoni, keindahan, keberlanjutan dan kelestarian kehidupan. Oleh sebab itu, perbedaan 1 Syawal atau perbedaan idul fitri meski tidak diharapkan terjadi, tetapi dapat diterima sebagai sesuatu yang wajar karena alasan metodologi. Tidak ada indikator lain yang dapat menjadi penentu 1 syawal kecuali metode pengamatan bulan (Rukyat) dan metode perhitungan astronomi (Hisab). Kalaupun ada metode tradisional dengan mengamati air pasang, itupun terkait langsung dengan peredaran bulan di langit.

Sedikit berbeda dengan idul fitri, penentuan 10 Zulhijja selain dapat menggunakan dua metodologi penentuan awal bulan, masih ada indikator lain yang dapat menjadi petunjuk apakah hari itu sudah masuk idul Adha atau belum. Peristiwa itu adalah wukuf di arafah.  Pelaksanaan idul adha terjadi bersamaan dengan ibadah haji, dimana wukuf di arafah menjadi pilar utamanya. 

Hari pelaksanaan wukuf di kenal dengan hari arafah yang dimulai pada tanggal 9 Zulhijjah dan berakhir saat terbit fajar pada tanggal 10 Zulhijjah. Jadi, untuk kita di Indonesia tanpa menggunakan kedua metodologi di atas, penetapan 10 Zulhiijjah sebenarnya dapat ditentukan dari pelaksanaan wukuf. Jika kemarin wukuf di arafah, maka besoknya pastilah 10 Zulhijjah, atau hari raya idul adha. Sehingga jika merujuk pada indikator ini, semestinya tidak perlu terjadi perbedaan.

Namun, jika perbedaan tetap terjadi, apa yang harus kita lakukan?

Tidak dapat dipungkiri, penanggalan pada kalender hijriyah sampai saat ini belum ada kesepakatan dari para ulama maupun umat muslim di seluruh dunia. Oleh sebab itu, belum ada kalender Hijriya yang dapat berlaku umum. Alhasil, potensi perbedaan dalam penetapan tanggal-tanggal penting agama islam masih sangat terbuka. 

Foto Bersama Pengurus Muhammadiyah Tolitoli

Menyikapi hal ini, tidak ada cara lain bagi umat Islam selain bersikap bijak terhadap perbedaan yang terjadi. Menyikapi setiap perbedaan dengan bijaksana dan terbuka adalah kunci untuk mempromosikan pemahaman, penghargaan, dan kerukunan antar individu dan kelompok. 

Berikut adalah beberapa langkah yang dapat membantu dalam menyikapi setiap perbedaan:

Memiliki sikap terbuka: Jadilah terbuka terhadap perbedaan dan miliki sikap inklusif. Pertimbangkan bahwa perbedaan dalam keyakinan, budaya, latar belakang, dan pandangan dunia adalah hal yang alami dalam keberagaman manusia.

Mencari pemahaman: Jika kita tidak memahami perbedaan tersebut, usahakan untuk belajar dan mencari pemahaman yang lebih baik. Mendengarkan pengalaman dan pandangan orang lain, membaca, melakukan riset, dan berkomunikasi secara terbuka dapat membantu memperluas perspektif dan pengetahuan kita.

Hindari prasangka dan stereotip: Jangan membuat asumsi atau membangun stereotip negatif tentang kelompok atau individu berdasarkan perbedaan mereka. Menghargai keunikan dan keindahan dalam perbedaan adalah kunci untuk menghindari prasangka.

Saling menghormati: Hormati perbedaan tersebut dengan menghormati hak setiap individu atau kelompok untuk mempertahankan identitas mereka sendiri. Hargai perbedaan pendapat dan pandangan, meskipun kita tidak setuju dengannya.

Membangun dialog dan komunikasi yang baik: Jalin dialog terbuka dengan individu atau kelompok yang berbeda dari kita. Mendengarkan dengan empati, bertanya dengan sopan, dan menyampaikan pendapat dengan menghormati adalah kunci untuk membangun pemahaman dan koneksi yang lebih baik.

Mengutamakan kesamaan: Fokus pada kesamaan dan nilai-nilai universal yang dapat kita bagikan sebagai manusia. Menghargai persamaan kita lebih dari perbedaan dapat membantu menciptakan ikatan yang lebih kuat.

Membangun kerjasama: Temukan kesempatan untuk bekerja sama dengan individu atau kelompok yang berbeda. Melalui kerjasama, kita dapat melihat bahwa perbedaan dapat menjadi sumber kekayaan dan saling melengkapi dalam mencapai tujuan bersama.

Menghargai perbedaan sebagai sumber pembelajaran: Perbedaan dapat menjadi kesempatan untuk belajar dan tumbuh. Dengan membuka pikiran kita dan memperluas wawasan, kita dapat mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang dunia dan mengembangkan keterampilan dalam menghadapi perbedaan dengan bijaksana.

Selain itu, pemahaman terhadap faktor terjadi perbedaan waktu perlu juga diperluas. Pemahaman yang luas terhadap faktor-faktor timbulnya perbedaan akan membantu kita memahami sikap dan perbedaan pandangan yang terjadi. 

Terkait dengan perbedaan waktu dua hari raya umat Islam yang kerap terjadi, maka potensi perbedaan setidaknya dapat dilihat dari empat faktor, yaitu:

Metode pengamatan bulan: 

Kalender Hijriyah berbasis pengamatan bulan, di mana awal bulan baru ditentukan berdasarkan melihat hilal (sabit) bulan baru. Namun, pengamatan hilal ini bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kondisi cuaca, lokasi geografis, dan perbedaan metode pengamatan yang digunakan di berbagai wilayah. Oleh karena itu, hasil pengamatan hilal bisa berbeda di berbagai tempat.

Perhitungan astronomi: 

Selain pengamatan langsung, perhitungan astronomi juga digunakan untuk memprediksi pergerakan bulan. Namun, perbedaan dalam metode perhitungan astronomi yang digunakan oleh otoritas agama di berbagai negara atau lembaga dapat menyebabkan perbedaan dalam penentuan awal bulan baru.

Perbedaan tradisi lokal dan otoritas agama: 

Di beberapa negara atau wilayah, ada tradisi dan kebiasaan lokal yang mempengaruhi penentuan tanggal Idul Adha. Otoritas agama setempat atau lembaga keagamaan dapat memiliki metode dan kriteria penentuan yang berbeda-beda, yang juga dapat mempengaruhi perbedaan waktu pelaksanaan Idul Adha.

Faktor politik dan administratif: 

Terkadang, faktor politik atau administratif juga dapat mempengaruhi penentuan tanggal Idul Adha. Pemerintah dalam beberapa negara mungkin memiliki kebijakan khusus atau peraturan yang mengatur penanggalan Hari Raya Idul Adha berdasarkan pertimbangan politik atau administratif tertentu.

Dengan demikian, perbedaan waktu pelaksanaan Idul Adha merupakan hasil dari kombinasi faktor pengamatan bulan, perhitungan astronomi, tradisi lokal, otoritas agama, serta faktor politik atau administratif di berbagai wilayah. 

Dari semua itu, harus diingat bahwa menyikapi setiap perbedaan membutuhkan kesadaran, kesabaran, dan komitmen untuk membangun hubungan yang inklusif dan harmonis. Dengan menerapkan pendekatan ini, kita dapat memperkuat kerukunan antar individu dan kelompok dalam masyarakat yang beragam

Meskipun ada perbedaan waktu, esensi dan makna Idul Adha sebagai perayaan yang sakral tetap terjaga dan umat Muslim di seluruh dunia tetap berbagi semangat dan nilai-nilai keagamaan yang sama dalam menyambut perayaan ini.

Selamat Hari Raya Idul Adha 1444 H

Wassalam

Oleh: Muliadi

Kepala SMK

Sekretaris PGRI

Anggota Pimpinan 


3 komentar:

  1. Muda-mudahan ummat kita semakin cerdas dalam menghadapi dan menyikapi perbedaan yang ada, termasuk perbedaan dalam merayakan hari-hari raya Islam.

    BalasHapus
  2. InsyaAllah pak, selamat hari raya idul adha 1444 H

    BalasHapus
  3. Selamat hari raya idul adha pak mohon maaf lahir dan batin

    BalasHapus