Pengikut

Jumat, 20 Mei 2022

Koordinasi Fasilitator, PP, dan CGP angkatan 5

Sejak dibuka secara resmi oleh mendikbud pada tanggal 18 Mei 2022, kegiatan calon guru penggerak angkatan 5 tahun 2022 secara resmi telah berjalan. Salah satu daerah yang mendapat kesempatan pada PGP angkatan 5 tahun ini adalah Kabupaten Tolitoli. Angkatan 5 adalah angkatan pertama di daerah kami. Berbeda dengan daerah tetangga, mereka telah mendapat PGP pada angkatan ke-4. Tapi kami bersyukur, akhirnya bisa berpartisipasi pada program guru penggerak.

Dari grup WA yang sengaja dibuat oleh pak Sutrisno. Saya tahu bahwa hari ini akan ada pertemuan koordinasi Fasilitator, PP, dan CGP angkatan 5. Pertemuan di gagas oleh Fasilitator pak Sutrisno. Pertemuan dilaksanakan secara virtual dengan aplikasi gmeet. Melalui koordinasi virtual diharapkan sinergitas dan peran masing-masing aktor pendukung PGP dapat berjalan lancar. 

Dalam program guru penggerak ada beberapa aktor yang terlibat. masing-masing aktor memiliki peran sendiri-sendiri. Saya bersama 4 teman lainnya, pak Gafar, pak Amri, pak Hasbullah, dan Ibu Anna Mulyana kebetulan mendapat kepercayaan sebagai pendamping CGP. Masing-masing PP akan mendampingi 5 orang CGP. Saya sendiri mendapat mitra CGP yang terdiri dari Wici Trawilya, Ismi Daulika Qalbi, Murniaty, Asri, dan Julvian Fredy.

Tugas PP menjadi mitra belajar bagi CGP sekaligus memberikan pendampingan individu ketika melaksanakan aksi nyata di sekolah masing-masing. Rencananya metode pendampingan dilakukan dengan teknik coaching. Melalui teknik coaching, CGP diharapkan dapat menggali potensi diri secara optimal dalam menyelesaikan tantangan tranformasi perubahan di sekolah masing-masing. Sebulan sekali CGP akan melaksanakan lokakarya untuk melakukan presentasi hasil aksi nyata mereka. Kegiatan lokakarya didampingi oleh PP dan di koordinasikan oleh dinas terkait.

Pak Sutrisno membuka petemuaan koordinasi dengan memperkenalkan diri. Dari proses perkenalan saya ketahui kalau pak Sutrisno berasal dari pemalang Jawa Tengah. Pak Sutrisno berbeda pulau dengan kami. Namun berkat kemajuan teknologi, jarak, waktu, dan tempat bukan masalah. Pak Sutrisno yang nun jauh di Pemalang dapat memimpin jalannya rapat koordinasi baik dengan peserta yang semuanya ada Tolitoli Sulawesi Tengah. Satu di pulau Jawa dan satunya di pulau Sulawesi. Ya, bencana covid-19 dinilai turut berperan dalam percepatan transformasi teknologi di dunia pendidikan, setidaknya begitulah yang saya ketahui dari media.


Pak Sutrisno mempersilahkan semua peserta, PP dan CGP memperkenalkan diri. Sebenarnya sebagian besar kami sudah saling mengenal satu dengan lainnya. Selain karena satu daerah yang tidak begitu luas, banyak juga di antara CGP dan PP yang berasal dari sekolah yang sama. Saya sendiri, ibu Anna Mulyana, pak Asri, dan pak Badwi berasal dari SMK Negeri 1 Tolitoli. Sementara pak Amri, dua orang lainnya berasal dari SMA Negeri 1 Tolitoli. Hanya beberapa peserta saja yang mungkin masih belum saling mengenal.

Meski demikian kami semua tetap memperkenalkan diri dengan sedikit profil tempat tugas, terutama para CGP yang akan kami dampingi. Ternyata dari perkenalan tersebut diketahui ada beberapa CGP yang telah mengalami mutasi dari tempat tugas awal saat mendaftar dan dinyatakan lulus CGP ke tempat tugas baru. Memang belum lama ini beberapa kepala sekolah dan guru di daerah kami telah mengalami mutasi. Hal ini sudah biasa terjadi, mungkin juga di daerah anda, terutama pasca pilkada. 

Ini sudah menjadi ritual pilkada, sepertinya tidak sah atau kurang apdol kalau tidak melakukan mutasi pasca pilkada. Alasannya bisa macam-macam, bisa untuk penyegaran, promosi, tapi juga bisa motif lain. Sebenarnya itu tidak masalah karena salah satu kewenangan pemerintah daerah adalah mengatur tata kelola guru. Mutasi merupakan bagian dari proses tata kelola guru. 

Namun yang menjadi masalah adalah ada sejumlah kepala sekolah yang telah melakukan pendaftaran seleksi PSP (Program Sekolah Penggerak), telah lulus tahap 1 dan sedang menunggu kelulusan tahap 2 atau tahap terakhir juga terkena mutasi. Jika misalkan kepala sekolah yang telah dimutasi tersebut dinyatakan lulus sekolah penggerak, bagaimana nasib kelulusannya? apakah mereka sekolah mereka yang lama tetap menjadi sekolah penggerak? lalu bagaimana dengan kepala sekolah yang telah mengikuti tahapan seleksi? hanya pihak kementerian yang mengetahui.

Kita berharap semoga semua program yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan baik dari pusat maupun di daerah bisa berjalan seiring, bersinergi, dan saling menguatkan. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah dengan kewenangan kuat yang melekat pada masing-masing pihak jika tidak berjalan seiring sepenanggungan, maka akan memberikan kerugian yang besar kepada semua pihak, terutama masyarakat sebagai penikmat layanan pendidikan.   


Dalam koordinasi itu, sebetulnya tidak ada materi khusus yang dibahas. Kami hanya mendiskusikan hal-hal yang sekiranya perlu diketahui dan dilakukan lebih awal sebelum memasuki kegiatan belajar mandiri atau kegiatan berikutnya. Pak Sutrisno selaku fasilitator membuka forum diskusi dan memberi kesempatan kepada peserta pertemuan untuk menyampaikan pertanyaan maupun pernyataan.  

Ibu Anna mendapat kesempatan pertama untuk bertanya. Bu Anna menanyakan soal fitur penilaian di LMS. Pada waktu pembekalan kami memang sempat mendapatkan informasi soal tugas PP dalam kaitan dengan penilaian terhadap CGP. Tetapi setelah kami menelusuri menu-menu di LMS, kami belum menemukan menu khusus melaporkan atau menuliskan hasil penilaian. 

Saya tidak terlalu yakin, namun saya merasa ada sedikit perbedaan antara tampilan LMS waktu pembekalan dengan tampilan LMS setelah menjadi PP. Pak Sutrisno hanya mengajurkan kami agar banyak-banyak mengeksplorasi secara mandiri LMS nya biar semakin familier dan memahami fungsi dan tujuan setiap menu yang ada di LMS. Pak Fadli salah CGP dari SMK Negeri 1 Galang malah bertanya soal kemungkinan jika CGP tidak lulus. 

Dengan tersenyum pak Sutrisno yang bersahaja memberikan jawaban bahwa setiap CGP harus dapat menyelesaikan seluruh program kegiatan dengan baik. Menurut pak Sutrisno CGP dinyatakan lulus jika minimal mendapat nilai 70 atau predikat cukup. Pak Sutrisno juga sempat menayangkan bahan presentasi yang berisi antara informasi tentang proporsi penilaian antara PP dan Fasilitor. Pak Asri termasuk salah satu CGP yang paling aktif bertanya. Beliau termasuk guru yang berpengalaman. Di sekolah kami beliau menjabat sebagai wakasek kurikulum. Disamping itu beliau juga perna mengikuti materi kurikulum merdeka sebagai salah satu materi wajib SMK PK.

Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 15.00 WITA, saatnya shalat ashar. Karena dirasa semuanya sudah cukup, maka pak Sutrisno menawarkan rapatnya di tutup. Hal-hal lain yang sekiranya perlu di ketahui, dapat disampaikan melalui grup WA yang telah ada. Alhamdulillah akhirnya rapat koordinasi hari itu ditutup oleh pak Sutrisno. 

Kami berdoa semoga seluruh rangkaian kegiatan PGP mulai dari lokakarya orientasi, LK 1 sampai dengan LK 7 dan Pendampingan Individu dapat berjalan lancar. CGP yang berjumlah 25 orang dan merupakan wakil guru terbaik juga diharapkan benar-benar dapat melakukan transformasi perubahan menuju pendidikan yang lebih baik berdasar nilai-nilai filososfi Ki hajar Dewantara dalam mewujudkan profil pelajar pancasila yang berakhlak mulia, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang maha Esa, mandiri, bernalar kritis, kreatif, berkebinekaan global, dan bergotong royong 


2 komentar: