Pengikut

Rabu, 11 Mei 2022

Serba-Serba Pasca Liburan

Alhamdulillah, akhirnya hari ini saya bisa sekolah juga. Ini hari pertama sekolah di kota kami. Beda dengan di Jakarta atau kota-kota lain dari berita saya ketahui liburnya di tambah. Alasannya untuk memberikan dispensasi kepada pemudik yang terjebak macet. Kota kami memang belum mengenal macet. Kalau pun macet, itu hanya terjadi di pasar-pasar tertentu dan dihari-hari tertentu saja. Macetnya pun tidak berjam-jam seperti di Jakarta. Paling banter 10 sampai 15 menit. Bukan karena jalannya yang luas, tetapi memang karena volume kenderaannya yang relatif sedikit. Namanya juga kota kecil.

Kota Tolitoli (Taman Kota di Malam Hari)

Sebenarnya awalnya saya tidak yakin bisa ke sekolah, maklum empat hari kemarin kaki saya benar-benar sakit. Mungkin asam urat saya lagi naik. Waktu lebaran sulit sekali menghindar dari makanan pantangan. Rendang daging, opor ayam ditambah dengan burasa atau soko tumbu sudah menjadi hidangan wajib yang tidak perna ketinggalan di hari lebaran. 

Burasa dan soko tumbu adalah makanan khas hari lebaran di sulawesi. Jika bukan hari lebaran, biasanya kita juga jarang menemukannya. Kedua makanan ini umumnya mengandung santan yang menjadi salah satu pemicu penderita asam urat seperti saya. Apalagi jika ditambah lauk dari rendang atau sate. Jadi deh asam uratnya ...he...he

Pagi-pagi saya sudah siap dengan seragam dinas keki. Sarapan nasi goreng buatan istri juga tidak bisa menunggu lama. Saya ingin cepat-cepat ke sekolah. Selain ingin hadir lebih cepat di hari pertama juga maunya bisa segera bersalam-salaman dengan semua rekan guru dan staf di SMK negeri 1 Tolitoli.

Selama masa libur lebaran kami memang belum dapat saling berkunjung. Ada yang mudik, ada pula yang sibuk dengan kerabat dan keluarga dekatnya masing-masing. Kami sendiri, sejak hari pertama sampai hari ketiga lebaran lebih memprioritaskan bersilaturahmi ke keluarga di Kampung. Kebetulan di sana terdapat makam orang tua, jadi bisa sekaligus ziarah ke makam bapak yang ada di kampung.

Di hari ketiga lebaran sebenarnya kami sekeluarga sudah sampai di rumah. Jarak antara kampung dengan kota tempat kami tinggal memang relatif dekat. Dari desa Lakuan ke kota Tolitoli hanya butuh waktu perjalanan kurang dari 3 jam. Oleh sebab itu, ketika sampai di rumah saya sudah merencanalan untuk langsung bersilaturahmi ke tetangga dan ke rekan-rekan kerja. Tapi sayang seribu sayang, tiba-tiba kaki saya sakit. Ditunggu sampai hari berikutnya malah semakin sakit. Alhasil acara silaturahmi yang sudah direncanakan batal.

Syukur dihari pertama sekolah, kaki sudah sedikit bisa berkompromi. Pagi-pagi saya sudah mengatur rencana bersama istri. Kami berbagi kenderaan. Maklum istri juga harus masuk sekolah dan bersilaturahmi dengan teman-temannya.

Istri menggunakan motor beat dan saya kebagian motor lain yang kebetulan dititipkan oleh keluarga yang mudik ke Ambon. Motornya kempes sejak semalam. Belum lagi bensinnya sudah sekarat. Tapi itu bukan masalah, kebetulan bengkel motor juga hanya beberapa meter dari rumah.

Saya berangkat duluan dari istri menuju bengkel. Di bengkel saya harus menunggu karena pemilik bengkel sedang keluar. Selang beberapa saat pemilik bengkel datang juga. Alhamdulillah ban motor langsung ditambal.

Tambal Ban di Bengkel

Tidak menunggu lama setekah ban motor siap saya langsung meluncur. Tetapi tidak langsung ke sekolah. Saya berbelok dulu ke pompa bensin karena bensin motor juga hampir habis. Pagi itu pompa bensin masih cukup sepi. Hanya beberapa motor dan dua mobil yang sedang antri.

Sekilas saya mengamati situasi. Saya berharap menemukan jenis pertalile. Tapi sepertinya pertalite habis, yang ada hanya pertamax. Apa boleh buat daripada tidak ada, biarlah pertamax saja.

Siapapun sudah maklum pertamax jauh lebih mahal dari pertalite. Pertamax adalah jenis BBM non subsidi memang disediakan untuk golongan menengah ke atas. Saya jadi berpikir apakah saya termasuk golongan menengah atas? Ah dari pada berpikir yang tidak- tidak saya ambil antrian saja. Kebetulan antriannya hanya sedikit, jadi mengisih BBM bisa lebih cepat.

Suasana Spot Pengisian BBM Khusus Motor

Saya bergegas ke sekolah. Suasana sekolah masih belum terlalu ramai. Kami masih menerapkan PTM terbatas. Siswa yang hadir hanya 50% dari jumlah yang ada. Menurut Pak Asri sebagai wakasek kurikulum untuk PTM normal menunggu kebijakan baru dari dinas pendidikan. Guru dan pegawai sekolah baru sebagian yang hadir. Mungkin yang lain masih diperjalanan. Suasana pagi itu cukup cerah. Beberapa siswa terlihat sedang membersihkan ruang kelas mereka.

Di kaki lima ruang TU saya lihat bapak kepsek duduk di kursi panjang. Belaiu duduk santai sambil memainkan HP ditangan. Tidak ada guru atau staf yang menemani. Setelan kemeja biru lengan panjang nampak kontras dengan dinding  putih disebelahnya. Saya mendekati beliau, berjabat tangan dan mengobrol sejenak. Selanjutnya saya izin ke ruang TU menyalami teman-teman guru dan staf yang ada diruang itu. Kebetulan ada juga daftar hadir yang harus ditanda tangani sebagai bukti kehadiran di hari pertama sekolah.

Senang rasanya bisa kembali bertemu sahabat dan sesama rekan kerja setelah libur hampir dua minggu lamanya. Saya amati sekeliling sekolah siapa tau ada rekan lain yang belum sempat saya salami. Ada kumpulan motor terparkir di depan ruang guru. Saya pikir mereka mungkin ada ruang guru. Benar saja, mereka ternyata sedang asyik mengobrol di ruangan itu.

Sepertinya ada topik menarik yang sedang mereka diskusikan. Pak Asri dan pak Badwi sebagai wakasek juga ada di ruang guru di temani oleh beberapa orang guru lain. Saya menyalami mereka satu persatu. Belum ada proses pembelajaran hari ini kata pak Asri. Beliau adalah waka kurikulum. Menurutnya hari ini digunakan untuk membenahi kelas agar besok sudah siap digunakan. Jadi cukup banyak waktu untuk berbagi cerita pasca liburan.

Suasana Ruang Guru SMKN 1 Tolitoli

Pagi itu topik pembicaraan di dominasi oleh peristiwa mengejutkan yang menimpa seorang dokter. Kebetulan dokter itu kakak rekan guru di sekolah kami, yaitu ibu Faradila. Bukan hanya sekedar kakak dari rekan guru, tetapi pak dokter yang nahas ini pernah menjadi mitra sekolah saat pembukaan jurusan kesehatan di SMK Negeri 1 Tolitoli. Beliau adalah dr Faisal. Dokter Faisal masih memiliki kedekatan emosional yang kuat dengan sekolah kami. Dokter Faisal diketahui menghilang setelah sebelumnya diduga mengalami kecelakaan di antara desa Lingadan dan Kapas Kecamatan Dakopemean Kabupaten Tolitoli.

Peristiwa ini menjadi misteri karena dokter Faisal yang diduga mengalami kecelakaan justru tidak ditemukan di lokasi kejadian. Padahal motor warna silver yang beliau gunakan dan beberapa barang serta dokumen pribadi ditemukan berserakan di TKP. Lokasi kejadian juga bukan lokasi yang sulit karena letaknya di pinggir jalan poros Tolitoli Buol. Tim pencari sudah melakukan pencarian. Tim TNI-Polri, BNPB dan SAR dibantu oleh para relawan dan masyarakat sekitar terus memperluas area pencarian, tetapi jejak dan tanda-tanda keberadaan sang dokter belum menemui titik terang.

Lokasi Kecelakaan dr.Faisal di Desa Lingadan

Peristiwa yang cukup heboh ini tidak hanya menarik perhatian masyarakat umum, tetapi paranormal dan orang pintar juga menjadi penasaran dan turut menawarkan jasa pencarian dengan cara yang tidak biasa. Berbagai ritual sudah dilakukan baik yang mistis maupun yang bernuansa relegius. Hilangnya sang dokter dengan cara yang cukup misterius memunculkan spekulasi keterlibatan makhluk astral yang mendiami lokasi kejadian. Batu besar yang letaknya tidak jauh dari lokasi kejadian menjadi sasaran ritual dan pencarian berbau mistik. Mereka menduga makhluk tak kasat mata yang mendiami batu besar turut berperan atas hilangnya sang dokter. Namun ini pun belum menemukan hasil.
Batu Besar di sekitar Lokasi Kejadian
Apa pun usaha yang dilakukan oleh berbagai pihak kita berharap keberadaan dokter Faisal segera ditemukan dalam keadaan sehat-walafiat. Tentu pihak keluarga, terutama istri dan anak-anak beliau sangat berharap keberadaan sang dokter segera di ketahui. Kita do'akan mereka agar senantiasa diberi kekuatan dan kesabaran menghadapi cobaan berat ini.

Pembicaraan kami seputar peristiwa hilangnya dr Faisal tidak lepas dari keanehan dari peristiwa kecelakaan itu. Mulai dari tempat kejadian yang tidak terlalu ekstrim. Posisi kenderaan yang bertentangan dengan arah dugaan perjalanan pak dokter, sampai pada perjalanan pak dokter yang dikabarkan membawa puluhan juta uang yang akan disumbangkan kepada korban banjir.

Berbagai spekulasi bermunculan, diantaranya soal kemungkinan terjadinya perampokan yang diikuti penculikan dan lain-lain. Namun semua itu belum dapat dipastikan. Spekulasi lain yang mengusik nalar sehat adalah dugaan jika sang dokter spesialis radiologi ini disembunyikan oleh makhluk astral yang mendiami batu besar tidak jauh dari TKP. Spekulasi yang mengundang banyak paranormal ini banyak bermunculan di seputar peristiwa dan bahkan turut mewarnai upaya pencarian.

Peristiwa ini mendominasi pembicaraan warga Tolitoli saat ini. Selain karena kejadiannya yang dianggap cukup anehjuga karena sosok sang dokter memang sangat di kenal luas oleh masyarakat. Beliau bukan dokter biasa, belai adalah dokter ahli radioligi satu-satunya di Kabupaten Tolitoli. Lebih dari itu, beliau dikenal sebagai dokter yang alim dan sangat dermawan.

 Tidak sedikit kegiatan keagamaan yang mendapat santunan dari beliau. Termasuk pada malam kejadian itu beliau berangkat seorang diri dengan tujuan untuk menyerahkan sumbangan pribadi beliau kepada korban banjir di desa Lingada dan desa Kkapas. Namun sepulang dari desa Lingadan peristiwa nahas itu terjadi.

Kami pun larut dalam pembicaraan itu. Entah bagaimana tiba-tiba pembicaraan kami beralih ke soal obat. Waktu itu pak Haya menyinggung soal obat ginjal dan penyakit lainnya. Dari pengalaman beliau, jenis obat tanaman yang belum di ketahui namanya itu cukup mujarab. Karena penasaran, kami akhirnya bersepakat untuk mencari obat tersebut ke tempat dimana pak Haya perna menemukannya.

Kami berempat menumpang mobil pak Asri, saya sendiri pak Asri, pak Haya, dan pak Badwi berangkat ke lokasi tanaman. Mobil avanza warna merah maron meluncur mulus di jalan aspal menuju desa kalangkangan. Hanya kurang dari 15 menit kami sudah sampai ditujuan. Kebetulan tanaman tersebut tepat berada  disisi jalan sebelah kanan kami. Dilihat posisinya, sepertinya tanamannya sengaja dipelihara karena berada di pekarangan orang. Tadinya kami berpikir itu adalah tanaman liar.

Saya turun lebih dahulu untuk memastikan. Pak Haya yang mengamati dari balik kaca mobil memastikan bahwa itulah tanaman yang dimaksud. Akhirnya kami berempat turun dari mobil. Tepat disamping bangunan toko sembako bahkan kami menemukan serumpun tanaman yang sama yang masih sangat mudah. Tanaman tersebut tumbuh subur disamping pondasi bangunan.

Tanaman Obat (Bunga Telur)

Kami mengamatinya lebih dekat. Ternyata keberadaan kami mengundang perhatian pemilik toko. Tetapi bukannya mencegah kami, malahan beliau menawarkan bantuan untuk menggali tanaman tersebut.

Pak Haya menjelaskan bahwa tanaman itu berkhasiat menghilangkan rasa sakit. Caranya pun terbilang sederhana karena cukup dibakar dan isinya dikeruk lalu ditempelkan ke pinggang. Insya Allah SWT jika dilakukan beberapa kali sakitnya akan hilang.

Berkat bantuan pemilik tanaman kami berhasil membawa pulang beberapa pohon untuk ditanam kembali dan digunakan. Semoga tanaman ini benar-benar memberikan manfaat bagi siapa saja yang membutuhkan. Demikianlah pengalaman masuk sekolah di hari pertama. Semoga besok, di hari kedua kami sudah bisa melaksanakan tugas mengajar sebagai mana biasanya.

1 komentar:

  1. Sempat berbincang dgn pak Retno dan pak Ramin bpk tdk muat dlm tulisan. πŸ˜„πŸ˜„πŸ˜„
    Mantap tulisannya, pembaca bisa masuk dlm ceritaπŸ‘πŸ‘πŸ‘

    BalasHapus