Pengikut

Selasa, 11 April 2023

Alkhirnya ......


Kini puasa panjang itu akhirnya menunjukkan sinyal kepergiannya. Kendatipun baru sinyal, wajah gembira para penanti sulit disembunyikan. 

Memang belum wujud. Namun tanda yang diberikan memiliki garansi kepastian, bahwa puasa segera berlalu. Daftar penerima....  periode ke IV. Dan sekolah itu ada di sana. 

Apakah ada sekolah yang belum? mungkin saja, karena menurut rumor yang beredar, tahapannya bisa sampai yang ke enam. Artinya bisa jadi ada yang mengakhiri puasanya nanti pada tahap ke lima, atau ke enam. Patut saja berakhirnya menjadi suatu yang paling dinantikan. 

Namun, wajarkah kita bergembira disaat-saat puasa akan berakhir? Bukankah jika puasa sudah menunjukkan tanda-tanda kepergiannya, semestinya kita bersedih hati karena itu artinya musibah bagi umat? Perhatikan hadist berikut:

diriwayatkan oleh Jabir radhiyallahuanhu,: "Ketika datang akhir malam bulan Ramadhan, langit dan bumi, serta para malaikat menangis karena merupakan musibah bagi umat Nabi Muhammad SAW. Sahabat bertanya: Wahai Rasulullah, musibah apakah itu? Rasulullah menjawab: lenyaplah bulan Ramadhan karena sesungguhnya doa-doa di bulan Ramadhan dikabulkan, dan sedekah diterima, kebaikan dilipat gandakan, dan adzab ditolak." 

Orang-orang beriman yang khusuk dan istiqomah dengan ibadah mereka, pasti sangat bersedih hati. Bagaimana tidak, bulan yang penuh berkah, yang berkahnya tidak akan sama dengan sebelas bulan lainnya. Bulan yang di dalamnya terdapat satu malam yang nilai kebaikannya lebih baik dari seribu bulan. Bulan dimana semua kebaikan dilipatgandakan pahalanya oleh Allah swt kini akan segera pergi. 

Mengapa tidak bersedih, sementara tidak ada kepastian bagi setiap hamba untuk bertemu lagi dengan sang sayyidusy-syuhur, sang penghulu semua bulan, sebagaimana hadist berikut:

Artinya: "Telah datang kepadamu bulan ramadhan, penghulu segala bulan, maka selamat datanglah kepadanya. Telah datang bulan shaum membawa segala rupa keberkahan. Maka alangkah mulianya tamu yang datang itu. (HR Ath-Thabrani) dikutif dari: http://www.unpak.ac.id/

Tapi ini bukan puasa itu. Ini bukan tentang puasa ramadhan. Ini tentang puasa yang memang harus segera berakhir. Puasa yang sudah teramat panjang. Ini adalah puasa "income" para non ASN. Puasa penunjang hidup keluarga di tengah puasa ramadhan. 

Syukur hilal tanda akhir puasa itu mulai terlihat. Menyiratkan pesan bahwa sebentar lagi kesulitan yang menyesakkan segera berselang. 

Meski belum benar-benar ada, berita kedatangannya saja sudah bagai hembusan angin sejuk ditengah gersang. Waktu empat bulan puasa "income" mungkin bagi sebagian orang tidak seberapa, karena dari pemilik yang berada. Tapi itu menjadi berbeda, bagi mereka orang tak berpunya. 

Jadi, wajar kegembiraan itu sangat terasa saat tanda-tanda kehidupan mulai menyapa. Apalagi idul fitri benar-benar segera akan tiba. Tinggal sembilan hari lagi, maka seluruh umat islam akan merayakan idul fitri dengan bahagia. Menjadi momen spesial yang berharga. 

Idul fitri adalah hari kemenangan, hari dimana semua orang bergembira bersukaria. 

Perhatikan hadist berikut:

Imam Abu dawud menerangkan dari hadits sahabat Anas berkata:  pada suatu waktu Nabi datang di Madinah, di sana penduduk Madinah sedang bersuka ria selama dua hari. Lalu nabi bertanya “hari apakah ini (mengapa penduduk Madinah bersuka ria?)” mereka menjawab ”dulu semasa zaman jahiliyah pada dua hari ini kami selalu bersuka ria”. Kemudian Rasulullah saw bersabda “Sesungguhnya Allah swt telah mengganti dalam Islam dua hari yang lebih baik dan lebih mulia, yaitu hari raya kurban (idul adhha) dan hari raya fitri (idul fitri).Sumber: (https://islam.nu.or.id) 

Siapa yang tak bergembira, setelah berpuasa sebulan penuh menahan lapar dan dahaga, kini kembali suci dari segala dosa. Apalagi mereka yang berhasil memenangkan kesabaran dalam penantian yang lumayan panjang. 

Galang, 11 April 2023

Muliadi

0 comments:

Posting Komentar