Resume ke-17, Rabu 18 Agustus 2021
- Takut tidak ada yang membaca.
- Takut ssalah dalam menyampaikan pendapat melalui tulisan.
- Merasa karya orang lain lebih bagus.
Ketakutan sering kali membuat Bu Iin merasa konyol dengan hanya duduk berjam-jam di depan laptop, namun tidak menulis apapun. Ketakutan bu Iin sebenarnya refleksi ketakutan kita juga. Ketakutan seperti itu lumrah dialami oleh penulis pemula. Namun ketakutan menulis akhirnya akan hilang seiring dengan hadirnya kelas menulis bersama Om Jay. Mengapa? karena melalui kelas menulis om Jay setiap penulis, akhirnya menemukan banyak motivasi dan bukti bagaimana dulunya seorang tidak perna menulis kemudian bertransformasi menjadi penulis hebat, seperti Bu Iin.
Daya pikat dan daya gedor kelas menulis PGRI semakin kuat dengah kehadiran prof Eko sebagai mentor menulis. Prof. Eko ibarat seorang Master Chef yang memberi banyak pilihan bahan masakan yang bisa diolah menjadi berbagai jenis hidangan. Pilihannya ada pada diri masing-masing peserta. Bahan masakan yang disediakan Prof Eko, bisa diperoleh di Prof EKOJI Channel. Prof Eko selalu mengatakan bahwa setiap orang dapat menulis sesuai dengan hobi, kegemaran, kesukaan, cerita, atau sesuatu yang dikuasai dan dicintai. Menutut Bu Iin, pengetahuan, pengalaman dan keterampilan yang dimiliki adalah bentuk buku yang ada di dalam diri kita yang belum dikeluarkan. Saya memiliki buku, anda juga memiliki buku, NAMUN buku tersebut MASIH belum lahir.
Dan Poynter, menulis sebuah buku yang sangat populer dan menjadi rujukan para penulis pemula, judulnya Is There A Book Inside You? Setiap orang memiliki pengalaman, pengetahuan, dan keterampilan di dalam dirinya. Jadi, semua tergantung pada individu masing-masing apakah mau dikeluarkan dalam bentuk buku atau tidak. Atau hanya dikeluarkan dalam bentuk pengajaran di kelas-kelas saja atau hanya dalam bentuk obrolan atau cerita kepada anak cucu saja, yang tidak meninggalkan jejak keabadian.
Menurut pandangan Bu Iin, menulis bukanlah keterampilan yang mudah. Berbagai penelitian bahasa menunjukkan di antara empat keterampilan berbahasa, menulis dianggap paling sulit. Menulis tidak semudah berbicara, semudah bergosip. Justru tantangannya ada karena sulit. Perjuangan menjadi penulis dengan mengikuti kelas menulis, membuat resume, menghasilkan buku, maka akan lahir CINTA MENULIS.
Saya sangat sepakat dengan pandangan Bu Iin tentang menulis, bahwa menulis bukanlah pekerjaan yang mudah. Saya lebih suka mengatakan menulis itu adalah pekerjaan yang penuh tantangan. Karena menantang, justru membuat penulis selalu berusaha untuk menaklukkannya. Menulis menantang untuk menuangkan isi hati, pikiran, ide, gagasan dalam tulisan. Menulis menantang untuk menyusun dan mengembangakan kalimat yang efektif. Menulis menantang untuk membuatnya menjadi buku, dan seterusnya.
Agar daya juang penulis tetap kokoh dalam menghadapi tantangan menulis, maka penulis setidaknya harus memiliki alasan kuat mengapa dia harus menulis. Seperti alasan bu Iin, mengapa ingin menjadi penulis, sebagai berikut:
- Mewariskan ilmu lewat buku.
- Ingin punya buku karya sendiri yang bisa terpajang di toko buku online maupun offline.
- Mengembangkan profesi sebagai seorang guru.
Kutipan terkenal dari Imam Ghazali dan Pramoedya Ananta Toer, juga menjadi penguat mengapa Bu Iin ingin menjadi penulis. Andapun boleh saja mencari dan menemukan qoute yang dapat membangkitkan motivasi menulis.
Jika motivasi dan alasan menjadi penulis sudah kuat, maka saatnya ditingkatkan ke pendalaman ilmu menulisnya. Salah satu ilmu menulis yang perlu diketahui oleh seorang penulis adalah konsep menulis karya (buku) nonfiksi. Dalam penulisan buku nonfiksi ada 3 pola yang dapat dilakukan, yakni:
- Pola Hierarkis (Buku disusun berdasarkan tahapan dari mudah ke sulit atau dari sederhana ke rumit), Contoh: Buku Pelajaran
- Pola Prosedural (Buku disusun berdasarkan urutan proses. Contoh: Buku Panduan
- Pola Klaster (Buku disusun secara poin per poin atau butir per butir. Pola ini diterapkan pada buku-buku kumpulan tulisan atau kumpulan bab yang dalam hal ini antarbab setara)
Proses penulisan buku terdiri dari 5 langkah, yakni
- Pratulis
- Menulis Draf
- Merevisi Draf
- Menyunting Naskah
- Menerbitkan
Langkah Pertama, Pratulis
- Menentukan tema
- Menemukan ide
- Merencanakan jenis tulisan
- Mengumpulkan bahan tulisan
- Bertukar pikiran
- Menyusun daftar
- Meriset
- Membuat Mind Mapping
- Menyusun kerangka
Tema bisa ditentukan satu saja dalam sebuah buku. Tema dari buku nonfiksi adalah parenting, pendidikan, motivasi dll.
Untuk melanjutkan dari tema menjadi sebuah ide yang menarik, penulis bisa mendapatkan dari berbagai hal, contohnya
- Pengalaman pribadi
- Pengalaman orang lain
- Berita di media massa
- Status Facebook/Twitter/Whatsapp/Instagram
- Imajinasi
- Mengamati lingkungan
- Perenungan
- Membaca buku
Dalam hal ini, banyak hal bisa menjadi ide tulisan. Berdasarkan pengalaman Bu Iin, tema yang diangkat menjadi buku adalah pendidikan. Idenya berasal dari berita di media massa, mengamati lingkungan serta diperkuat dari materi di Prof EKOJI Channel dengan judul Digital Mindset (The Key to Transform Your Organization) yang tayang pada tanggal 20 Maret 2020. Sebagai seorang guru Bahasa Inggris di SMP. kok bisa menulis tentang Digital Midset. Kuncinya, mencari referensi dari data dan fakta yang dapat peroleh dari literasi di internet.
Referensi terdiri dari :
- Pengetahuan yang diperoleh secara formal , nonformal , atau informal ;
- Keterampi lan yang diperoleh secara formal , nonformal , atau informal ;
- Pengalaman yang diperoleh sejak bal i ta hingga saat ini ;
- Penemuan yang telah didapatkan.
- Pemikiran yang telah direnungkan
Tahap berikutnya membuat kerangka.Kerangka ini diajukan ke Prof. Eko dan disetujui untuk melanjutkan ke proses penulisan. Inilah adalah kerangka tulisan yang dibuat oleh Bu Iin:
BAB 1 Penggunaan Internet Di Indonesia
A. Pembagian Generasi Pengguna Internet
B. Karakteristik Generasi Dalam Berinternet
BAB 2 Media Sosial
A. Media Sosial
B. UU ITE
C. Kejahatan di Media Sosial
BAB 3 Literasi Digital
A. Pengertian
B. Elemen
C. Pengembangan
D. Kerangka Literasi Digital
E. Level Kompetensi Literasi Digital
F. Manfaat
G. Penerapan Literasi Digital Pada Lintas Geerasi
H. Kewargaan Digital
BAB 4 Ekosistem Literasi Digital Di Nusantara
A. Keluarga
B. Sekolah
C. Masyarakat
BAB 5 Literasi Digital Untuk Membangun Digital Mindset Warganet +62
A. Perkembangan Gerakan Literasi Digital Di Indonesia
B. Literasi Digital Tanpa Digital Mindset Di Indonesia
C. Membangun Digital Mindset Warganet +62
Berikut ini adalah anatomi sebuah buku non-fiksi.
Anotomi Buku
- Halaman Judul
- Halaman Persembahan (OPSIONAL)
- Halaman Daftar Isi
- Halaman Kata Pengantar (OPSIONAL, minta kepada tokoh yang berpengaruh)
- Halaman Prakata
- Halaman Ucapan Terima Kasih (OPSIONAL)
- Bagian /Bab
- Halaman Lampiran (OPSIONAL)
- Halaman Glosarium
- Halaman Daftar Pustaka
- Halaman Indeks
- Halaman Tentang Penulis
Mengapa anatomi buku ini harus ada? Jika nanti Bapak Ibu mengikuti ujian sertifikasi penulis, Bapak Ibu akan ditanya seputar anatomi buku. Seandainya Bapak Ibu memakai jalur portofolio, buku yang Bapak Ibu tulis pasti akan dilihat anatomi bukunya.
Langkah kedua, Menulis Draf
- Menuangkan konsep tulisan ke tulisan dengan prinsip bebas
- Tidak mementingkan kesempurnaan, tetapi lebih pada bagaimana ide dituliskan
Langkah ketiga, Merevisi Draf
- Merevisi sistematika/struktur tulisan dan penyajian
- Memeriksa gambaran besar dari naskah.
Langkah keempat, Menyunting naskah (KBBI dan PUEBI)
- Ejaan
- Tata bahasa
- Diksi
- Data dan fakta
- Legalitas dan norma
KBBI online sangat membantu penulis dalam menyunting naskah.
Langkah kelima atau terakhir adalah MENERBITKAN.
Bagaimana dengan hambatan dalam menulis? pasti ada saja hambatannya. Tidak ada satu pekerjaan yang benar-benar bebas hambatan, apalagi menulis. Hambatan-hambatan dalam menulis antara lain:
- Hambatan waktu
- Hambatan kreativitas
- Hambatan teknis
- Hambatan tujuan
- Hambatan psikologis
Tapi jangan khawati dengan hambatan yang mungkin saja anda alami, karena setiap hambatan pasti ada solusinya. Berikut ini cara yang dapat anda lakukan jika menemui hambatan menulis:
- Banyak membaca
- Mencari inspirasi di lingkungan sekitar, orang sekitar atau terkait dengan narasumber.
- Disiplin menulis setiap hari.
- Menjalani aktivitas yang menyenangkan. Ini dapat menjadi mood booster untuk menulis lagi.
Bungkus. Materi dibabat habis. Semoga menerbit bukunya lancar.
BalasHapusSemakin mantap tulisannya pak. Saya masih belajar untuk penulisan di Blog
BalasHapusMantap pak ketua. Tetap semangat hingga buku terbit. Salam Literasi
BalasHapus