Tantangan karya antologi angkatan 19
Berbagi Tips Mendidik, Mengajar dan Belajar Matematika
Segera Daftarkan Diri Anda.
Diskursus Penguatan Nilai-Nilai Pancasila di dalam Kehidupan Sehari-hari.
Guru Kontrak atau PPPK Menjadi Harapan Terakhir bagi para Honorer, ketika batasan usia dan kuota tidak lagi dipenuhi.
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
Tantangan karya antologi angkatan 19
(Sumber: https://dittawidyautami.blogspot.com)
Jika ini terjadi, maka ingatlah kembali alasan awal kita menulis. Tujuan kita menulis. Masa-masa saat kita merintis menjadi seorang penulis.
Ketika lelah atau stress, kita bisa santai sejenak, jalan-jalan misalnya. Tidak perlu jauh dan mahal. Keliling naik motor lihat sawah yang terhampar bak permadani bersama suami dan anak saja sudah bisa merefreshkan pikiran dan hati. Atau bisa juga dengan membaca buku yang ringan-ringan.
Yang perlu diketahui bahwa malas itu tidak bisa dikategorikan sebagai WB. WB umumnya tidak disebabkan oleh masalah komitmen/kompetensi menulis. Justru orang yang rajin menulislah yang memiliki peluang besar terserang WB.
Namun demikian, untuk mengatasi rasa malas menulis, bisa dicoba dengan membuat target atau tantangan. Atau yang lebih menyenangkan, beri reward untuk diri sendiri saat telah selesai menulis. untuk menghindari WB, hindari penyebabnya.
WB juga bisa terjadi saat akan menulis. Tiba-tiba saja penulis seperti kehilangan ide. Pada hal sebelumnya kita merasa sudah memiliki sejumlah ide cemerlang untuk di tulis. Oleh sebab itu, para penulis hebat selalu memiliki catatan pribadi. Saat ide-ide bermunculan, mereka akan mencatat di note. Zaman sudah canggih. Kita bisa langsung rekam ide-ide kita di gawai. Minimal buat outline tulisan terlebih dahulu. Karena outline akan menangkap ide kita sehingga tidak terbang ke negeri antah berantah
Mengatasi WB agar tidak terlalu lama dengan banyaknya aktivitas berpikir, salah satu yang bisa dicoba adalah gunakan golden Time saat menulis. Tiap orang punya golden Time masing-masing. Ada yang fokus menulis sebelum tidur. Ada yang bisa fokus menulis saat menjelang matahari terbit.
Ada yang selalu mendapat inspirasi jika menulis sambil mendengarkan lagu, ada juga yang harus sepi hingga suara jangkrik pun terdengar. Maka, ketahui golden Time kita, dan menulislah di saat itu untuk menghindari WB.
Resume ke-8, Rabu 28 Juli 2021
Tema : Buku mahkota Penulis, dan Muara Tulisan
Narasumber : Thamrin Dahlan, SKM, M.Si
Gelombang : 19
Moderator : Mr. Bams
Jujur harus saya akui bahwa menulis adalah pekerjaan yang penuh tantangan. Oleh sebab itu, kalau ada yang mengatakan bahwa menulis adalah pekerjaan yang berat, saya harus katakan iya. Terutama bagi mereka yang tidak mampu menata emosi dan motivasi mereka.
Saya mengibaratkan, menulis itu seperti orang yang ingin mendaki gunung. Semakin ke puncak, semakin berat perjuangannya. Apalagi bagi mereka yang tidak biasa mendaki. Semakin mendekati puncak, energi semakin terkuras. Semakin ke punjak, napas semakin menderu. Bahkan kadang-kadang terasa sesak. Kita tau, banyak orang yang ingin mendaki. Dan ingin menikmati sensasi ketinggian sambil menikmati panorama alam yang sangat indah disana. Tetapi berapa banyak yang berhasil?
Menulispun demikian, semakin ke puncak, Semakin jauh perjalanan menulis dilakukan, semakin besar tantangan yang harus dihadapi. Jika mendaki gunung, energi fisik yang akan terkuras. Maka saat mendaki puncak menulis, energi batin yang akan terus terkuras. Tanda-tandanya akan terlihat dari menurunnya motivasi, kadang-kadang buyarnya konsentrasi, dan mood menulis yang mulai tergradasi. Dampaknya, menulis menjadi kaku, bisikan untuk berhenti menulis semakin kuat, dan tulisan kadang mulai kehilangan fokus.
Dan itulah yang saya rasakan malam ini, entah karena kelelahan fisik atau karena rasa malas yang mulai menghinggapi. Saya harus mengatakan pada pertemuan ke-8 ini, saya memulainya dengan rasa yang menggoda. Sepertinya antara ekspektasi tinggi untuk meraih puncak keberhasilan menulis "Membuat buku solo" dengan godaan untuk berdamai dengan rasa malas lalu berhenti menulis, sudah semakin sama kuat.
Namun saya bersyukur, otak rasionalku dan semangat masih sedikit kuat dari pada godaan untuk berhenti. Sehingga, walaupun mata dan tangan mulai terasa sangat lelah dan pegal, menulis terus saja saya jalani. Entah nanti tulisannya jelek, saya pikir biarkan saja. Nanti toh juga bisa direvisi.
Dari sini saya menjadi sangat paham dan paham betul, mengapa pada kegiatan belajar menulis itu, setiap narasumber selalu menguatkan motivasi. Justru disanalah kuncinya. Para penulis berpengalaman ini tau betul, bahwa yang akan banyak menjadi tantangan para penulis pemula ini, bukan teknik menulisnya, dan bukan pula bagaimana menerbitkan bukunya. Tetapi jusru bagaimana menjaga motivasi menulisnya.
Sehingga kalau kita perhatikan tema-tema pada kegiatan belajar menulis ini, maka saya dapat mengelompokkan tema-tema tersebut ke dalam tiga hal ini:
Alhamdulillah, meskipun dengan semangat yang sedikit tersengal-sengal, setelah membaca tema malam ini "Buku mahkota penulis dan muara tulisan" mood menulis yang mulai redup, perlahan kembali terang. Tambah lagi ketika membaca kalimat-kalimat motivasi dari narasumber yang luar biasa, semangat menulis seakan kembali terpicu. Lihat saja kalimat luar biasa ini "sesungguhnya dimuka bumi, hanya terdapat dua pekerjaan peradaban, yaitu penulis atau jurnalis, dan pengajar atau guru".
Guru adalah arsitek peradaban. Guru yang seperti ini adalah guru yang mendidik dan mengajar dengan hati. Guru adalah model oleh karena itu guru harus menjadi teladan yang baik bagi siswanya. Menurut narasumber menunjukkan keteladan dengan sikap dan contoh merupakan strategi pembelajaran yang ampuh dari sekedar mengajar di depan kelas. Semakin ke dalam, motivasinya semakin kuat.
Narasumber kali ini memang luar biasa, membuat hati tertawan, dengan paparan menawan dari seorang purnawirawan. Bapak H. Thamrin Dahlan, SKM, M.Si adalah seorang pensiunan polri dengan pangkat Komisaris besar polisi. Polisi pegiat lirasi, sudah 40 buku ber-ISBN telah diterbitkan.
Pak Thamrin bukan sembarang polisi, tetapi polisi sekaligus pengajar dan pendidik. Beliau seorang dosen di akademi keperawatan polri. Karena kecintaannya pada dunia tulis menulis, beliau mendirikan Yayasan Pustaka Thamrin Dahlan untuk memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para penulis pemula dalam menerbitkan buku.
Sejumlah karya dan prestasi Pak Thamrin Dahlan yang sudah ditorehkan baik ketika masih aktif maupun setelah pensiun sebagai anggota polri. Beliau sendiri di kenal sebagai pembuat naska pidato pimpinannya. Dan dari aktivitas tersebut, kegiatan menulisnya mulai berkembang.
Siapa yang tak kenal dengan Mr. Bams, sang penulis dan pegiat literasi ulung. Mendampingi narasumber sekaligus memandu acara dari pembukaan hingga akhir. Style Mr. Bams terlihat jelas, selain santun dan bersahaja juga selalu ingin membuat setiap orang tersenyum senang mendengarnya.
Senang dan bahagia malam ini bisa kembali belajar bersama, untuk menyimak materi yang luar biasa. Silahkan siapkan semuanya, ada cemilan dan minuman yang bisa mengusir rasa kantuk. Nah, sebaiknya yang belum tersenyum boleh berikan senyuman yang terbaik untuk orang yang ada di rumah, demikian ungkapan pembukaan singkat dari Mr. Bams.
Pak Thamrin membuka paparan malam ini dengan topik kemudahan menulis di zaman now. Menurut Beliau di era kemajuan teknologi banyak sekali kemudahan dalam menerbitkan buku. Olehnya itu, sungguh sangat sayang jika sudah punya "modal' tulisan yang sekian banyak, tetapi tidak dikumpulkan kemudian dijadikan buku. Buku adalah Muara Tulisan. Tulisan yang terserak sebaiknya jangan dibiarkan begitu saja. Segera kumpulkan dan kirim ke Penerbit.
Salah satu penerbitan yang dapat digunakan oleh para penulis adalah YPTD. YPTD atau Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan berdiri sejak 19 Agustus 2020. Penerbit ini telah menerbitkan buku ber ISBN (International Standard Book Number) sebanyak 232 Judul. Sebagian besar adalah buku teman-teman Guru Indonesia. YPTD juga menerbitkan buku Antologi. Pihak YPTD menyediakan koordinator atau kurator yang mengorganisir kumpulan tulisan kita. YPTD menerima naskah lengkap dan mengusulkan ISBN. Selanjutnya kurator yang akan mengatur distribusi buku.
Ada pantun menarik Pak Thamarin yang hebat ini:
Harimau mati meninggalkan belang,
Gajah mati meninggalkan gading,
Manusia wafat meninggalkan nama
Masalahnya, nama manusia itu tercantum dimana? lucu juga ya. Apakah hanya tertulis di Buku Nikah, Buku Tabungan, Buku Yasin, atau hanya di Batu Nisan. Hanya kita yang dapat menjawabnya.
Namun sejatinya setiap penulis, selalu berharap dan berusaha agar namanya selalu tercatat dengan indah pada setiap cover depan sebuah buku atau beberapa buku yang ditulisnya. Sesungguhnya buku ber ISBN adalah tanda keabadian bukti seorang manusia pernah hadir di muka bumi ini. Buku kita akan menjadi warisan sejarah yang tak ternilai, tersimpan aman dan rapi di Perpustakaan Nasional.
Meskipun saat ini buku digital menjadi pesaing pada penerbitan buku konvensional. Bukan berarti buku cetak telah kehilangan daya magisnya. Buku Digital memang adalah tuntutan zaman. Perpustakaan Nasional memfasilitasi penerbitan buku digital (E Book) dengan ISBN Khusus. Namun buku cetak tetap akan abadi digunakan para pembaca. Kelemahan buku digital tergantung pada energi berupa listrik dan sinyal. Tampaknya lebih nikmat membaca buku memegang kitab yang bisa dilakukan dimana dan kapan saja.
Satu kalimat bijak dan penuh motivasi “Jika seseorang ingin melihat dunia, maka membacalah. Tapi jika ingin dikenal maka menulislah.” Jadikan menulis sebagai passion, maka kegiatan menulis akan menjadi aktivitas yang menyenangkan. Tulisan yang kita tulis, ibarat air mengalir. Tetes demi tetes bergabung menjadi satu, mengalir jauh mencari tempat terendah, dan akhirnya bermuara di lautan, itulah buku.
Sejatinya buku adalah kumpulan tulisan yang terserak. Selaiknya karya gemilang, hasil olah pikir perlu diselamatkan dalam bentuk kitab. Sehingga disanalah makna buku menjadi muara sebuah tulisan. Menurut, Pak Dahlan pada prinsipnya semua orang bisa menulis. Karena ketika anda bisa berbicara, itu artinya anda bisa menulis. Menulis sebenarnya adalah aktivitas memindahkan bahasa lisan menjadi bahasa tulisan.
Disinilah kekuatan materi Pak Thamrin malam ini, mampu memberi inspirasi dan motivasi. Membuat semangat yang redup bagkit kembali. Bagaikan minum kopi dimalam hari, saat diminum semangatnya tumbuh lagi.
Action research atau PTK sangat cocok untuk guru, mengingat setiap tindakan pembelajaran yang dilakukan oleh guru memerlukan tindakan perbaikan berkelanjutan sesuai dengan tantangan dan masalah pembelajaran yang dihadapi. PTK juga penelitian yang relatif sederhana dan dapat dilakukan secara kolaboratif oleh guru dengan melibatkan rekan kerja atau pihak lain.
Reseach and Development (R & D) atau penelitian pengembangan adalah penelitian yang bertujuan mengembangkan instrumen tertentu sehingga diperoleh istrumen yang telah tervalidasi melalui proses yang ketat dan sistematis. (R & D umumnya dilakukan untuk memperoleh produk tertentu yang telah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan. Bagi guru jenis penelitian ini, misalnya dapat dilakukan untuk mengembangkan instrumen pembelajaran seperti RPP, LKS, alat evaluasi, dan lain-lain.
Terdapat empat macam desain atau tingkatan dalam penelitian pengembangan, yaitu: melakukan penelitian untuk membuat rancangan produk tetapi tidak dilanjutkan dengan membuat dan menguji produk tersebut (level 1). Tidak melakukan penelitian tetapi hanya menguji validitas produk yang telah ada (level 2). Meneliti dalam rangka mengembangkan produk baru yang sebelumnya belum perna ada (level 4)
Resume ke-7, Senin, 26 Juli 2021
Nah, bagi penulis yang ingin menerbitkan buku melalui penerbit Gemala silahkan memperhatikan ketentuan umumnya sebagaimana tertulis pada poster di atas.
Menulis adalah aktivitas yang menyenangkan. Dengan menulis kita dapat menuangkan segala kegelisahan jiwa kita melalui tulisan. Itulah mengapa menulis dapat menjadi pengobat stress. Namun menulis juga dapat menjadi sarana yang efektif untuk menyampaikan gagasan dan ide kita kepada orang lain, sehingga semakin banyak orang lain mendapatkan manfaat dari ide dan gagasan yang kita sampaikan. Tulisan-tulisan tersebut dapat saja kita sampaikan melalui berbagai media, tetapi belum lengkap rasanya jika tulisan-tulisan tersebut belum diwujudkan dalam bentuk buku hasil karya sendiri. Menerbitkan buku tidak dapat kita lakukan sendiri, oleh karena itu kita memerlukan pihak lain untuk membantu menerbitkan buku kita. Awalnya menerbitkan buku merupakan sesuatu yang sulit, terutama bagi penulis pemula. Namun seiring waktu, berkat kehadiran penerbit Indie, proses penerbitan buku menjadi relatif mudah dan terjangkau. Salah satu penerbit itu adalah penerbit Gemala.
Selamat menerbitkan buku.
Muliadi,M.Pd
Soto merupakan salah satu makanan khas Indonesia. Hampir semua masyarakat Indonesia mengenai dengan baik makanan ini. Makanan ini terkenal karena kelezatannya.
Nama boleh sama, tetapi citarasa soto setiap daerah belum tentu sama. Lain lubuk lain ikannya, lain daerah lain pula citarasa sotonya. Soto Kudus memiliki citarasa yang berbeda dengan soto Banjar, soto Banjar beda juga dengan soto Padang walau pun sama-sama bernama soto.
Pada suatu waktu saya berkunjung ke Banjarmasin ibu kota Kalimantan Selatan. Kebetulan saat itu kami diundang untuk presentasi proposal penelitian yang dibiayai oleh Kemendikbud. Disela-sela acara yang kosong, saya berkesempatan berkunjung ke rumah keluarga.
Bersama Pak Maslani yang baik hatinya, sahabat sesama peserta acara, kami pergi menemui ibu Fera. Ibu Fera adalah keluarga dekat saya yang sudah cukup lama tinggal di Banjarmasin tepatnya di kota Martapura.
Saya beruntung, karena pak Maslani dapat mengantar saya dengan mobil miliknya sampai tujuan. Pak Maslani sangat mengenal kota ini, karena beliau orang asli Banjar. Jarak antara Kota Banjarmasin ke kota Martapura kurang lebih 40 km. Kami menempuh perjalanan kurang dari 1 jam.
Singkat cerita, saya akhirnya bisa bertemu keluarga bu Fera. Senang rasanya bisa bertemu keluarga yang sudah lama merantau. Saking asyiknya berbagi cerita, tak terasa waktu sudah sore. Karena masih ada agenda kegiatan, saya dan pak Maslani kembali ke hotel.
Besoknya saya balik lagi ke Martapura, tapi kali ini bu Fera yang jemput. Diperjalanan Bu Fera bertanya apakah saya perna makan soto. Saya bilang, perna, di Tolitoli. Bu Fera langsung menimpali, bukan itu maksudku, tapi soto Banjar. Langsung saya bilang belumlah.
Sambil mengendarai mobil honda jazz, Bu Fera menceritakan bagaimana enaknya makanan Banjar. Salah satu makanan yang menjadi favoritnya adalah soto Banjar itu. Hampir setiap pekan Bu Fera bersama keluarga pergi ke rumah makan langganannya untuk menikmati soto Banjar.
Kali ini, seakan ingin membuktikan ceritanya tentang soto Banjar, dibawalah saya kesana. Sayangnya saya lupa nama rumah makannya. Benar saja, setelah memarkir mobil, kami langsung memilih tempat dan memesan dua porsi soto Banjar.
Tidak berapa lama, dua piring soto Banjar pesanan kami sudah tersaji. Kepulan asap tipis dari soto Banjar yang masih panas mengantar bau harum racikan rempah khas Banjar. Selerah makanku langsung membuncah.
Sambil menikmati kuah soto, Bu Fera juga terus menceritakan tentang soto Banjar. Kelihatannya dia ingin benar-benar meyakinkan saya soal enaknya soto satu ini.
Menurut Bu Fera perbedaan soto banjar dengan soto lainnya terletak pada resepnya. Soto banjar memakai cengkih dan kapulaga. Rapi tidak dihaluskan, hanya direbus dan diambil sarinya. Soto banjar biasanya dimakan pakai lontong atau ketupat, bukan nasi.
Lain soto Banjar lain pula soto Betawi. Ciri khas soto Betawi yang membedakannya dengan soto lainnya adalah penggunaan bahan berupa susu. Selain itu soto betawi banyak yang menggunakan tambahan minyak samin.
Itulah makanan soto yang menjadi makan spesial Indonesia. Jika berkesempatan, kita dapat mencoba berbagai varian soto yang ada di Nusantara. Ada soto Lamongan, soto Medan, soto Padang, soto lenthok, dll. Tapi jangan salah, ada juga makanan yang namanya Coto, jadi bukan soto. Coto ini makanan khas Makassar, namanya Coto Makassar.
Selamat menikmati Coto, eh..soto.
Wassalam
Resume ke-6, Jum'at 23 Juni 2021
Malam ini adalah pertemuan ke-6 kelas menulis PGRI. Saya bersyukur, karena malam ini saya bisa mengikutinya dari awal hingga akhir. Ibu Aam Nurhasana atau biasa disapa Ibu Aam yang menjadi Narasumber kali ini. Penasaran rasanya ingin segera menyelami pengalaman sang motivator ulung dengan segudang prestasi.
Ibu Aam Nurhasana, S.Pd, demikian moderator kali ini ibu Maesaroh, M.Pd sang guru blogger Milenial memperkenalkan namanya. Memiliki sederet prestasi yang luar biasa. Juara 1 Lomba Blog PGRI Tingkat Nasional Maret 2021 sudah diraihnya. Dalam kurun waktu 1,5 Tahun di kelas menulis PGRI Bu Aam telah menulis 20 Buku ber-ISBN.
Disela-sela kesibukan sebagai kepala SMPS Mathla'ul Hidayah Cipanas Lebak banten. Bu Aam juga dikenal sebagai penulis aktif pada komunitas menulis. Berkat prestasinya yang gemilang, Bu Aam selalu naik kelas dari seorang bloger menjadi moderator, selanjutnya diberikan kepercayaan sebagai kurator sampai jadi editor. Pada beberapa kesempatan, beliau juga dipercaya sebagai moderator dan bahkan sebagai Narasumber. Di kelas menulis PGRI, beliau menjadi Narasumber untuk ke-4 kalinya.
berikut buku beliau yang telah diterbitkan: