Alhamdulillah, akhirnya rapat pengurus PGRI Kabupaten dapat dilaksanakan. Pengurus yang hadir memang tidak banyak, jika diprosentase dari jumlah seluruh pengurus kurang lebih 40%. Meski demikian, tujuan rapat terpenuhi. Setidaknya segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan menjelang peringatan HUT PGRI ke-76 dan HGN Kabupaten Tolitoli tahun ini sudah dibahas. Kalau ada yang luput dari perhatian, itu bukan lagi hal penting.
Oh iya, rapat hari ini sebenarnya pengganti dari rapat yang dilaksanakan kemarin. Rapat kemarin tidak dapat dilanjutkan karena pengurus yang hadir hanya 3 orang. Saya sendiri tidak bisa hadir karena WA saya tidak dibalas oleh pak Ketua. Sehingga saya berpikir mungkin rapatnya tidak jadi. Belum lagi hari itu kota Tolitoli diguyur hujan deras. Ba'da zuhur hujan mulai turun. Makin lama makin deras. Beberapa orang mulai memposting kondisi jalan di area kota yang mulai kebanjiran. Tempat-tempat yang umumnya menjadi langganan banjir kali ini tenggelam lagi. Seputar kantor camat, rumah sakit mokopido, dan area sekitar perumahan guru nyaris tertutup lumpur. Wajar saja hari itu rapat tidak jadi karena sebagian pengurus mungkin lebih sibuk menghadapi banjir.
Melihat situasi tersebut, pak ketua langsung me-reschedule rapat. Melalui postingan WA saya lihat rapat diundur besok jam 09.00. Saya tidak beri komentar, meskipun waktu yang ditentukan oleh pak ketua bertepatan dengan kegiatan tutorial saya di UT. Setiap hari minggu, mulai pukul 08.00 - 10.00 saya harus mengisi kuliah online di Universitas Terbuka. Otomatis saat rapat dimulai saya masih online. Tapi biar saja, saya pikir nanti juga pak ketua menelpon. Benar saja, lewat jam 9 pak ketua menelpon. Apa boleh buat kegiatan tutorial online masih berlangsung. Pak ketua tentu sangat maklum, karena beliau sendiri adalah pengelola UT di Tolitoli.
Menjelang pukul sepuluh, tutorial pembelajaran matematika SD saya tutup. Mahasiswa saya tugaskan menyelesaikan tugas wajib 2. Pertemuan hari ini adalah pertemuan ke lima. Sudah menjadi aturan di UT setiap pertemuan 3, 5, dan 7 ada tugas wajib yang harus dikerjakan oleh mahasiswa. Jadi saat mahasiswa mengerjakan tugas, saya menutup perkuliahan dan bergegas menuju gedung guru untuk mengikuti rapat.
Rapat memang sudah dimulai, tetapi sepertinya belum menyentuh aspek penting yang akan dilaksanakan. Saat saya memasuki ruang rapat, wakil sekretaris dan ketua sedang memimpin rapat. Pak Tasmin langsung meminta saya menuju meja pimpinan rapat. Sebetulnya tidak terlalu penting menurut saya, tetapi karena diminta saya manut saja.
Akhirnya pak ketua menyerahkan pembahasan sejumlah kegiatan kepada saya. Laptop yang digunakan oleh pak ketua sepertinya bermasalah. Untunglah saya sudah menyiapkan laptop sejak awal. Materi yang akan dibahas dipindahkan ke saya melalui WA. Agenda kegiatan hari itu mematangkan persiapan agar dalam pelaksanaan nanti semua berjalan berjalan lancar.
Ada banyak kegiatan yang akan dilaksanakan dalam peringatan HUT PGRI kali ini. Dari daftar yang telah tersusun tercatat 5 cabang olah raga yang akan dipertandingkan, yaitu sepak bola mini, bola volly, sepak takraw, tenis meja, dan catur. Sementara dari bidang seni tercatat ada 3 mata lomba yang akan dipertandingkan, yaitu paduan suara, nyanyi solo, dan MC. Sebenarnya ada satu lagi lomba olahraga yang harus dilaksanakan yaitu senam PGRI. Tetapi cabang lomba ini urung dilakukan karena pendaftarnya tidak mencapai target, yaitu minimal 5 kecamatan.
Lomba olah raga dan seni selalu menjadi kegiatan favorit menjelang peringatan HUT PGRI setiap tahunnya. Penggemarnya cukup banyak. Alasan lainnya, lomba ini banyak menarik perhatian penonton sehingga suasana menjadi meriah. Namanya juga memeriahkan, ya harus dibuat meriah dan heboh agar peserta dan warga masyarakat yang menyaksikan kegiatan bisa menikmati dengan hati yang gembira. Maklum, setelah kurang lebih dua tahun belakangan masyarakat seakan terbelenggu oleh kehadiran virus Covid-19. Pelaksanaan kegiatan yang mengumpulkan orang banyak dilarang. Tentu tujuannya baik, agar masyarakat aman dari penularan Covid-19 yang demikian masif.
Kembali ke pembahasan rapat. Selain kegiatan lomba, momentum peringatan HUT PGRI kali ini juga dimanfaatkan untuk memberi penguatan pada aspek kompetensi dan kapasitas SDM, khususnya guru. Sudah sejak lama gagasan untuk menghadirkan kegiatan yang lebih mendorong peningkatan kualitas guru selalu digaungkan. Tetapi entah kenapa, kegiatan seperti itu sulit sekali terlaksana. Saya merasa ada beberapa hal yang selalu menjadi kendala, yaitu strategi pelaksanaan, biaya, narasumber dan minat peserta. Kegiatan pelatihan peningkatan SDM memang perlu dipersiapkan secara matang. Sebab jika tidak, bukan tidak mungkin kegiatan tersebut hanya akan bersifat seremonial. Tidak efektif, dan hanya menghamburkan anggaran.
Menjelang peringatan HUT PGRI dan HGN tahun ini, setidaknya ada 3 acara penting yang berkaitan dengan upaya peningkatan SDM ini, yaitu bincang santai kepenulisan, workshop peningkatan kapasitas pengurus, dan lounching buku. Bincang santai kepenulisan rencananya akan menghadirkan sejumlah guru penulis yang telah berhasil menerbitkan buku maupun yang sedang aktif menulis di berbagai platform digital. Tujuannya adalah mengajak dan memotivasi para guru agar mau dan aktif menulis. Menulis sebenarnya adalah kebutuhan para guru untuk meningkatkan kapasitas dirinya. Namun mereka sulit menulis karena tidak ada motivasi. Oleh karena itu, kegiatan bincang santai ini penting untuk mentriger para guru agar bangun dari kemalasan menulis.
Satu gagasan brilian menurut saya, datang dari pak Tasmin. Menurutnya kegiatan launching buku sebaiknya dilaksanakan pada saat upacara puncak peringatan HUT PGRI dan HGN. Alasannya, saat itu merupakan momentum strategis untuk mengenalkan kepada Bapak Bupati, bahwa di Tolitoli ini ada juga guru yang "berprestasi" dan bahkan pada level nasional. Menulis bagi guru memang masih menjadi sesuatu yang istimewa, khususnya di daerah. Itulah sebabnya, ketika ada guru yang menjadi penulis, apalagi telah menerbitkan buku akan dipandang sebagai ikon intelektualitas. Tapi itu tidak salah, lihat saja kata seorang penulis hebat ibu Sri Sugiastuti (2021) "Kemampuan menulis dipandang sebagai indikator intelektualitas dan kematangan berpikir". Jadi, saya sepakat dengan gagasan pak Tasmin.
Dari hasil diskusi hari itu, disepakati kegiatan launching buku akan dilaksanakan pada saat upacara puncak. Tepatnya, pada saat Bapak Bupati selesai menyampaikan sambutannya. Saat itulah dilaksanakan launching buku perdana saya bersama-sama teman guru lainnya. Mudah-mudahan semua nanti akan berjalan lancar. Jika ini berhasil, bukan tidak mungkin akan lahir penulis-penulis hebat dari kota kecil ini. Pelopornya adalah PGRI, hebatkan? Untuk menambah kesakralan launching buku ini, pak ketua berencana turut memasukkan salah satu point penting dalam sambutanya adalah tentang guru-guru penulis ini.
Saya hampir lupa, selain berkaitan dengan kepenulisan, kegiatan yang tidak kalah penting adalah workshop penguatan kapasitas pengurus PGRI. Semua tingkatan, pengurus Cabang maupun pengurus Kabupaten. Workshop ini bertujuan meningkatkan kemampuan pengurus dalam mengelola organisasi PGRI. Diakui atau tidak, hampir semua pengurus PGRI yang terpilih bukanlah orang yang berpengalaman mengelola organisasi. Kepemimpinan boleh oke, tetapi jika manajemen lemah, maka output organisasi juga akan lemah. Sehingga wajar jika program-program yang berjalan tidak berbasis pada perencanaan dan lebih bersifat improvisasi. Lalu bagaimana mau menilai keberhasilan program?
Sudah saatnya PGRI menunjukkan jati dirinya sebagai organisasi para profesional. Oleh sebab itu berbena diri adalah kuncinya. Ingin lebih baik itu adalah keharusan, sebab jika tidak, maka kita pasti mengelola organisasi yang bangkrut. Bangkrut karena tidak menjadi lebih baik dari sebelumnya. Sudah saatnya organisasi yang besar ini di kelola secara profesional. Saya tidak meragukan kualitas manajemen organisasi pada level PB, bahkan provinsi. Tetapi bagaimana dengan Kabupaten dan Cabang? Masih sangat banyak yang harus dibenahi. PGRI tidak boleh hanya hebat dipusat, sementara di daerah melempem. Sebagai sebuah sistem, PGRI harus kuat pada berbagai lini, termasuk di level organisasi terendah.
Kadang-kadang kebaikan itu perlu diprovokasi agar mau bergerak menunjukkan jati dirinya. Itulah sebabnya saya mendorong pak Tasmin membuat rompi infokom PGRI. Biar nanti pada saat upacara, publik tahu atau pemerintah tahu bahwa PGRI itu serius dan dapat diandalkan. PGRI itu tidak recehan, tetapi profesional. Namanya penampilan pasti sangat berpengaruh terhadap pandangan orang lain kepada PGRI. Bahasa kerennya, personal branding itu harus dibangun, dan itu diawali dari penampilan fisik. Semoga menjadi lebih baik, Amiin.
Tolitoli, 14 November 2021
Muliadi
Terus memprovokasi kebaikan. Agar terus ada
BalasHapusLuar biasa... Paparan share pengalamannya sangat menawan
BalasHapusBanyak sekali kegiatannya.
BalasHapusSemoga berdampak positif untuk kemajuan bangsa
Sebuah uraian tulisan yang detail. Mantap, bisa menjadi bahan memoar.
BalasHapusSayangnya belum semua PGRI daerah bisa bergerak seperti harapan kita
BalasHapusSemoga PGRI menunjukkan geliatnya di semua cabang dan bisa bersanding dg kehebatan PGRI pusat
BalasHapusPGRI harus kuat. Keren nih acaranya. Semoga bukunya menjadi penyemangat bagi guru lain. Aamiin
BalasHapusTerimakasih sudah berkunjung
BalasHapusSetuju, organisasu perlu terus diprovokasi dengan kebaikan dan semangat maju agar anggota makin tahu jati diri.
BalasHapusMaaf typo, organisasi.
BalasHapusSebuah organisasi harus memiliki brnding yang bagus, tidak hanya kulitnya thok. Ide yang luar biasa. Semoga terwujud.
BalasHapusGerakan yang bagus.
BalasHapus