Berbagi Tips Mendidik, Mengajar dan Belajar Matematika
Segera Daftarkan Diri Anda.
Diskursus Penguatan Nilai-Nilai Pancasila di dalam Kehidupan Sehari-hari.
Guru Kontrak atau PPPK Menjadi Harapan Terakhir bagi para Honorer, ketika batasan usia dan kuota tidak lagi dipenuhi.
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
Kalau pun ada yang sulit dari menulis, itu hanya isi tulisannya saja. Misalnya kita menulis tentang matematika, padahal kita ahlinya bahasa, yah mungkin sulit. Kita guru, tapi mau menulis soal virus, yah mungkin sulit.
Itulah makanya kita dianjurkan menulis yang kita kuasai. Tujuannya agar menulis menjadi mengalir semudah kita berbicara. Menulislah yang kita alami, agar menulis semudah kita membuat telur ceplok.
Lalu apakah kita tidak bisa menulis yang kita tidak kuasai? Jawabannya tidak bisa. Misalnya kita ingin menulis tentang literasi digital, tetapi materi itu tidak kita kuasai, pasti tidak bisa. Supaya bisa bagaimana? Baca dulu materinya, kuasai dulu, baru tulis.
Nah, disinilah kaitan eratnya antara menulis dengan membaca. Penulis yang mahir pastilah pembaca yang rajin. Tetapi pembaca yang rajin belum tentu penulis yang mahir. Kalau dalam statistik ini namanya regresi dan bukan korelasi, karena tidak bersifat timbal balik.
Membaca itu menangkap makna, sedangkan menulis itu mengikat makna. Jadi jika ingin mudah menulis hal-hal yang rumit, baca dulu, tangkap maknanya dengan baik. Setelah dikuasai lalu ditulis. Dijamin menulisnya pasti akan lancar.
Ada juga yang bilang, saya tidak bisa menulis karena tidak bisa membuat kalimat dengan benar. Itu yang keliru, kita tau kalimat kita benar atau salah itu setelah tulisannya di edit. Kalau kita tau tulisan kita salah padahal tulisannya belum jadi, itu namanya menulis sambil menghapus. Pasti tidak jadi menulis.
Nah, disini pentingnya teknik menulis. Salah satu tekniknya adalah jangan mengoreksi sambil menulis, atau jangan melakukan editing sambil menulis, karena pasti tulisannya akan selalu terlihat jelek. Seharusnya yang dilakukan adalah tulis saja dulu sampai tuntas, kemudian Proofreading.
Sekarang untuk apa saya menulis, bukankah penulis sudah banyak? Nah, ini dia yang harus kita ingatkan. Menulis itu kebutuhan, apalagi kalau kita berprofesi sebagai guru. Menulis itu salah satu cara belajar yang efektif. Jika ingin menguasai suatu ilmu atau keterampilan maka cobalah tulis tentang hal itu pasti akan lebih dikuasai.
Menulis itu obat hati dan pikiran. Jika hati galau, sedih, atau resah cobalah menulis. Tulis tentang keresahan, kegalauan hati, kita pasti akan lega. Menulis itu sebuah katarsis untuk melepaskan emosi negatif. Sehingga wajar ada yang bilang menulis itu menyehatkan.
Tolitoli, 26 September 2021
Muliadi
Oleh: Muliadi
Keluarga kecilku terdiri dari lima anggota keluarga. Dua anak laki-lakiku kini sedang melanjutkan pendidikan di luar daerah. Satu di kota palu, kebetulan masih satu provinsi. Satunya lagi di pulau Jawa tepatnya di kota Bantul Yogyakarta. Sementara anak perempuanku kebetulan masih duduk di bangku SMP.
Kami bersyukur setelah kepergian dua anak lelakiku kami masih ada yang menemani. Suasana rumah tidak terlalu sepi karena ada anak perempuan satu-satunya yang selalu membuat keadaan selalu ramai. Apalagi saat pandemic mewabah, kami lebih sering berada di rumah. Kalaupun keluar rumah selalu bersama. Tujuannya lebih banyak ke rumah orang tua atau mertua yang kebetulan keduanya tinggal di luar kota di dua desa yang berdekatan.
Meskipun terpisah jarak yang jauh. Komunikasi hampir setiap hari dapat kami dilakukan. Kemajuan teknologi saat ini sangat membantu. Kalau ada kendala, umumnya karena faktor jaringan atau data internet yang habis. Informasi dan komunikasi tidak lagi menjadi perkara yang sulit. Hal ini sangat jauh berbeda saat aku masih kuliah dulu. Pada waktu itu, berita atau kabar hanya dapat disampaikan melalui surat. Surat dikirim melalui pos. Kalau bukan pos biasanya melalui kerabat, tetangga atau siapapun yang bisa menyampaikan pesan kepada keluarga di kampung.
Waktu itu sebenarnya sudah ada pesawat telepon. Tetapi fasilitas ini hanya ada di kota. Belum lagi pesawat telepon umumnya hanya dimilik oleh segelintir orang. Sehingga kami mahasiswa saat itu tidak dapat mengandalkan telepon sebagai alat komunikasi. Satu-satunya alat komunikasi melalui surat atau berita yang dibawa oleh kerabat atau kenalan.
Meskipun perjalanan surat bisa sampai berminggu-minggu baru tiba ditangan penerima pesan. Tetapi anak yang di rantau biasanya tidak terlalu risau. Semuanya berjalan normal, seakan tanpa kerumitan. Mungkin inilah kuasa ilahi. Jarak dan waktu tidak menjadi beban serius meskipun kadang-kadang kiriman bekal lebih sering terlambat.
Berbeda dengan kondisi sekarang. Hampir semua aktivitas berjalan begitu cepat. Komunikasi tinggal pencet tombol saja, dengan seketika terhubung kepada lawan bicara. Bukan hanya pesan suara yang dapat didengar untuk melepas rindu atau sekedar minta bekal. Tetapi juga wajah dan penampilan lawan bicara bisa disaksikan secara langsung melalui fasilitas videocall. Demikian majunya dunia sekarang, seakan semua persoalan dapat diselesaikan dengan instan.
Tetapi itulah hidup, tidak selalu yang terlihat mudah dan cepat mampu membawa semua urusan menjadi semudah yang terbentang. Kenyataannya kecepatan informasi dan komunikasi tidak serta merta menghilangkan semua kepelikan. Apalagi ketika akses pergerakan manusia dibatasi akibat adanya pandemi covid-19 yang menerjang.
Serangan pandemi covid -19 yang masuk ke Indonesia diakhir 2019, telah memberikan perubahan pada pola interaksi manusia. Interaksi yang sebelumnya dapat dilakukan secara langsung, kini harus berjarak. Semua masyarakat harus menerapkan pola kehidupan baru. Pemerintah menetapkan kebijakan new normal dengan 3 M, menjaga jarak, mencuci tangan, menghindari kerumunan. Hal ini semua dilakukan untuk mencegah terjadinya penularan virus yang semakin masif.
Penyesuaian pola interaksi tidak hanya terjadi pada interaksi sosial. Tetapi hampir semua aspek kehidupan harus melakukan adaptasi, termasuk pendidikan. Proses pembelajaran tatap muka dihentikan. Bahkan akses keluar masuk daerah dibatasi. Hal ini menimbulkan konsekuensi bagi anak- anak yang sedang kuliah di luar daerah. Jika mereka dikampung, maka mereka sampai waktu tertentu harus di kampung. Perkuliahan dilakukan secara online. Tetapi jika mereka di tempat kuliah maka mereka harus bersedia bertahan hidup di sana karena tidak mungkin lagi balik ke kampung.
Salah satu dari anakku harus bertahan di rantau orang. Perkuliahan yang dijalaninya tidak memungkinkan untuk ditinggalkan. Anakku menjalani pendidikan di bidang kesehatan. Sehingga kegiatan praktek di rumah sakit yang dilaksanakan secara periodik harus diikuti secara fisik. Kegagalannya mendaftar ke fakultas kedokteran membawanya pada pilihan jurusan Radiologi. Aku sebenarnya sedih karena tidak mampu memenuhi harapan anakku. Besarnya biaya pendidikan di fakultas kedokteran sulit aku penuhi jika harus membayar biaya tambahan yang di luar kelaziman.
Tapi aku yakinkan anakku bahwa keberhasilan hidup tidak selalu ditentukan oleh jenis pekerjaan tertentu. Ingat kataku "Rezeki dari Allah, Allah lah yang mengatur segalanya, pekerjaan hanyalah jalan dan ikhtiar, jikalau Allah menghendaki, hidup sejahtera dan bahagia dapat diraih dari jenis profesi apapun". Hidup mulia tidak harus menjadi dokter. Profesi apapun yang kita jalani, asal dengan keikhlasan, kesabaran, dan kerja keras Insya Allah akan memberikan keberkahan dan kemuliaan hidup.
Aku selalu mengingatkan kepada anak-anakku, carilah ilmu, karena dengan ilmu kamu akan mampu mengelola masalah hidupmu. Jangan cari ijazah, karena ijazah saat ini kadang-kadang diperoleh meskipun tanpa ilmu. Ijazah memang menjadi bukti formal bahwa kita telah menyelesaikan suatu proses pendidikan. Tetapi memiliki ijazah bukan jaminan kompeten pada suatu bidang ilmu.
Alhamdulillah, kedua anakku bisa menjalani pendidikannya dengan baik. Kendatipun mereka harus hidup berjauhan dari orang tua. Tinggal di rumah kontrakan bersama dua orang temannya tentu tidak selalu mudah. Apalagi ketika kedua temannya ternyata sudah terpapar covid-19. Dia tidak bisa meninggalkan tempat kontrakannya karena di sana tidak ada sanak saudara. Akhirnya anakku memilih bertahan sambil berharap untuk tidak tertular.
Namun takdir berkata lain, pertahanannya akhirnya jebol. Dengan suara lirih dari ujung telpon anakku menyampaikan kepada ibunya bahwa badannya panas dan perasaannya tidak enak. Mendengar penjelasannya, saya dan istri sudah menduga anakku telah terpapar covid-19. Kami tidak bisa berbuat apa-apa, yang ada hanya kecemasan membayangkan hal buruk terjadi padanya. Untuk memastikan kondisinya sekaligus mengantisipasi berbagai kemungkinan, aku memintanya segera ke rumah sakit untuk melakukan sweb.
Anakku harus berangkat sendiri, kedua temannya tidak bisa menemani karena sedang menjalani masa isolasi. Dengan kondisi tubuh yang kurang baik, anakku berangkat menuju rumah sakit terdekat untuk melakukan sweb. Benar dugaanku anakku positif terpapar covid-19. Perasaanku limbung aku tidak tahu harus berbuat apa. Terbayang anakku yang terpaksa harus berjuang sendiri menghadapi ganasnya virus sars-cov 2.
Setelah menerima resep dari dokter, anakku langsung pulang ke kontrakannya. Dia memang tidak dirawat intensif di rumah sakit, karena dinilai hanya bergejala ringan. Oleh sebab itu dokter menganjurkan untuk melakukan isolasi mandiri. Meskipun demikian, hati dan perasaanku tidak tenang. Hampir setiap saat aku memantau perkembangannya. Tidak ada hal lain yang dapat kami lakukan, selain terus berdoa bermunajat kepada Allah wajalla agar anakku diberi kesabaran dan kekuatan untuk menghadapi cobaan ini.
Aku semakin menyadari, secanggih apapun tekhnologi di dunia ini tidak akan membebaskan manusia dari segala kekusutan. Jika Allah SWT menghendaki kesulitan kepada seseorang maka kesulitan itulah yang akan terjadi. Sebaliknya jika Allah SWT menghendaki kelapangan urusan pada seseorang, maka kelapanganlah yang akan diterima olehnya.
Atas kesadaran itu, aku menasehati anakku bahwa yang terpenting bukan karena kedua orang tua selalu ada di sampingmu disaat nanda kesulitan seperti saat ini. Tetapi yang terpenting adalah seberapa yakin nanda akan kekuasaan Allah SWT atas semua yang terjadi. Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Qadarulullah wama Safaa a afa'la, berkat kesabaran dan keikhlasan menjalani semua cobaan yang ada akhirnya anakku terbebas dari covid-19.
Saat ini anakku kembali menjalani hari-harinya dengan normal. Proses pendidikannya juga memasuki tahap akhir. Beberapa saat lalu iya meminta aku merapikan jurnal yang telah disusunnya. Insya Allah di bulan Desember mendatang dia akan segera menuntaskan pendidikannya. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kemudahan atas segala urusannya.
Tolitoli, 23 September 2021
Muliadi
Resume ke-30, Jum'at 17 September 2021
"As shobru yu'ienu a'la kulli amalin."
Mulailah dengan doa, sebab ada tangan Tuhan yang selalu membimbing ketika kita menulis. Tulisan yang diawali dengan doa, akan menghasilkan ilmu yang bersumber dari hati nurani yang bersih. Tulisan yang keluar dari hati akan diterima oleh hati pembaca, serta manfaatnya banyak kepada semua umat.
Dalam menulis kita akan menemui banyak kesulitan, berjumpa pada penderitaan, dan kesusahan (khususnya yang baru pertama kali menulis). Kita perlu menajamkan pikiran. Ketika pensil tumpul kita harus merautnya dahulu, jika pikiran kita buntu tak ada ide maka beristirahatlah dan tutup buku/laptop. Pertajam pikiran dan bacalah buku (khususnya yang berhubungan dengan tulisan kita).
Ada penghapus untuk menghapus tulisan kita, ketika kita salah menulis. Dalam hidup selalu ada kesempatan, jika kita melakukan kesalahan ada kesempatan untuk kita bertaubat. Begitu pula dalam menulis, kalau salah bisa di tipo dulu, lalu perbaiki agar menjadi baik dan sempurna.Tapi bukan berarti menulis hapus, menulis hapus, menulis hapus. Nanti malah tulisannya tidak jadi-jadi. Lalu bagaimana agar tulisan kita menjadi bagus? Tulis, kemudian diamkan. Jika buntu ide kita. Tutup laptop, lalu simpan, rilek dulu. Lalu buka ke-esokan harinya untuk di revisi ulang.
Manusia dilihat dari bagian dalam hatinya (Begitupun dengan pensil, yang tajam untuk menulis adalah bagian dalamnya). Dalam menulis gunakan hati untuk menggerakkan tangan kita, sebab menulis dari hati itu akan menghasilkan karya yang luar biasa. Selain itu, menulis dari hati akan diterima oleh pembacanya dari hati pula.
Belajar dari pensil akan selalu meninggalkan goresan (selalu ada bekas tulisan pensil untuk itu tinggalkan dampak positif dalam hidup kita). Tinggalkan jejak dalam setiap tulisan kita dengan yang baik dan memberikan inspirasi kepada setiap pembacanya.
Ayah tidak ingin kehilangan momentum yang baik, dalam pemberian nama ini. Kata orang nama itu adalah doa. Kawan ayah dari pangkal pinang, menyarankan namanya harus unik. Jangan pasaran. Dua kriteria inilah yang membuat ayah cukup selektif memberikan nama buat nanda. Setelah melakukan browsing untuk menemukan makna setiap nama, akhirnya ayah mulai menemukan titik terang.
Bukan kalkulasi yang mudah untuk mengkombinasikan nama unik, indah, dan bermakna doa. Diperlukan pertimbangan yang benar-benar komprehensif. Nah, setelah melalui proses tersebut, ayah memberi nama "Agmatino Mazen Muqaffa".
Lalu apa maknanya? Ada tiga susunan nama yang dirangkai menjadi satu, yaitu Agmatino, Mazen, dan Muqaffa. Agmatino adalah akronim dari Agama matematika dan teknologi. Pemberian nama ini terkandung doa semoga nanda sebagai anak generasi Alfa, akan memiliki bekal Aqidah dan agama yang kuat, memiliki kemampuan matematika yang baik sebagai dasar logika mengenal alam seisinya, sementara teknologi adalah kebutuhan adaptif untuk hidup di zaman generasi Alfa. Nama Agmatino juga unik, tidak ada itu di internet.
Mazen artinya berani, cerdas, dan pekerja keras. Nama ini nama yang umum dan berasal dari bahasa arab. Ayah memilihnya selain karena maknanya yang baik, juga karena nama ini diberikan oleh anak tertua ayah. Selanjutnya Muqaffa, orang yang memiliki nama ini menurut salah satu situs dapat menjadi teman setia dan selalu memberikan nasehat yang baik.
Oleh sebab itu, pemberian nama "Agmatino Mazen Muqaffa" ayah ambil sebagai nama anak laki-laki ke 4, terkandung doa dan harapan dengan izin dan kehendak Allah SWT semoga kelak menjadi sosok yang banyak memberikan manfaat kepada masyarakat dan lingkungannya, agama dan bangsanya, terutama pada kedua orang tuanya dengan segala potensi dan kemampuan yang dimilikinya.
Resume ke-29, Rabu 15 September 2021
Penasaran rasanya jika kita tidak mengenal lebih dekat siapa sebenarnya Mayor Nani dengan aktivitas menulis yang begitu produktif. Berikut adalah profil lengkap beliau: Nama lengkap mayor Nani adalah Nani Kusmiyati, S.Pd., M.M., CTMP. Lahir di Kediri, 12 September 1966. Beliau lulusan S1 Bahasa Inggris di UIA (Universitas Islam Assyafiiyyah) Pondok Gede dan S2 MSDM di UPN Veteran Jakarta. Berpangkat Mayor TNI AL. Dinas pertama di Disminpersal (Dinas Personel TNI AL) selama 5 tahun, kemudian di Pusdiklat Bahasa selama 8 tahun, selanjutnya berdinas di Dinas Pendidikan TNI AL selama 20 tahun. Saat ini berdinas di Lemhannas, Jabatan Kasubbag Kerma Multilater Luar Negeri. Beliau juga perna menjadi pramugari haji pada tahun 1997 dengan Garuda Indonesia, home base di Makasar. Dalam kedinasan sebagai anggota TNI, beliau perna ditugaskan di Lebanon sebagai Pasukan Perdamaian PBB selama satu tahun dengan jabatan MILSTAF SO1-JLOC.
Mayor Nani juga pernah mengikuti kursus AELIC (Advanced English Language Instructor Course) selama 4 bulan di DLI (Defense Language Institute) San Antonio Texas, US; MELT (Methodology English Language Teaching) tahun 2002 dan ETDC (English Teaching Development Course) tahun 2007 di Australia. Dalam dunia kepenulisan beliau sudah menulis 32 antologi dan 2 buku solo, termasuk diantaranya sebagaimana telah dipaparkan di atas.
Menurut Bu Nani, saat ini blog bukanlah sesuatu yang baru karena hampir setiap orang mengenal tentang blog. Bahkan bertahun-tahun yang lalu para penulis juga kaum akademia menggunakan blog untuk mengekspresikan ide, pengalaman dan ilmu yang di dapatkannya. Dengan menulis di blog kejadian-kejadian menarik masala lalu dapat tersimpan dengan rapih yang kemas kembali menjadi cerita yang menarik. Sementara untuk kejadian saat ini, sangat baik segera ditulis diblog agar dapat tersimpan dan dapat dimanfaatkan dilain waktu. Menuliskan setiap momen kejadian, ide, atau isi pikiran di blog akan memberikan referensi yang baik jika suatu saat kita akan menuangkannya menjadi tulisan.
Menulis tidak dapat kita lakukan ketika kita sedang mengendarai mobil dan kita berada di belakang kemudi. Akan berbeda jika menjadi penumpang maka akan lebih mudah menuliskannya di HP selama perjalanan bekerja atau pulang. Draf tulisan pasti masih kasar, biarkan saja, yang terpenting poin-poin itu sudah ada deskripsinya. Ketika ada waktu barulah dibaca kembali untuk menyempurnakan tulisan tersebut.
Blog dapat menjadi sarana belajar, tenjadi paragraf per paragraf yang memiliki makna. Sebagai guru, blog dapat menjadi salah satu alternatif di dalam mengajar. Beberapa guru dapat menggunakan google form, whatsApp atau media lain namun jika media tersebut dapat saling melengkapi akan lebih bagus. Blog dapat menjadi suatu pilihan sebagai media pembelajaran. Bagi guru blog bisa sebagai media pembelajaran bagi dirinya sendiri dengan menuliskan inovasi di dalam mengajar baik berupa teknik mengajar maupun materi ajaran. Walau sebenarnya dapat di simpan di flash disk atau laptop. Kekurangannya jika laptop atau flasdisk terkena virus maka akan sangat riskan hilangnya materi ajaran.
Blog adalah salah satu media aman untuk menyimpan materi pelajaran kita karena tidak akan terkena virus. Yang terpenting tidak lupa nama blog dan password-nya. Jika lupa password masih bisa dipulihkan melalui email atau nomor HP kita. Karena blog bersifat umum atau dapat dibaca orang lain, sebaiknya kita pandai memilih materi mana yang boleh dibaca orang lain. Jika guru memiliki soal-soal dan dianggap masih bersifat konfidensial atau rahasia, sebaiknya jangan disimpan di blog.
Ketika mengajar, saya gunakan blog untuk mengirimkan tugas-tugas ke siswa dan saya meminta mereka menjawab di blog mereka dan mengirmkan linknya ke group. Saya juga memberi tugas ke siswa lain untuk berkunjung ke blog teman-temannya minimal dua blog. Saya tidak dapat memaksa mereka untuk visit ke semua blog karena mereka juga mendapatkan banyak pekerjaan rumah dari guru berbeda.
Jika di kelas sebenarnya dapat di praktekkan karena dapat menjadi mix method dalam mengajar. Dalam bahasa Inggris, writing termasuk salah satu skill yang tersulit karena budaya menulis masih di dominasi kaum akademia atau pegiat literasi. Untuk siswa dengan level bahasa Inggris elementary, Bu Nani biasanya memberikan topik umum dan memberikan contoh cara mendeskripsikan topik tersebut. Beliau juga menyarankan menggunakan google translate untuk membantu mengerti isi dari reading. Kemudian menceritakan kembali dengan bahasa mereka sendiri.
Bagi yang benar-benar level begginer Bu Nani meminta mereka membuat kalimat dalam bahasa Indonesia dengan berpedoman SPOK (Subyek, Predikat, Obyek dan Kata keterangan), baru mereka terjemahkan dengan google translate untuk mengetahui bahasa Inggrisnya. Mereka belajar menganalisa tulisan mereka sendiri juga memperhatikan kalimat bahasa Indonesia dan bahasa Inggrisnya.
Bagaimana dengan siswa SD atau SMP? Menurut Bu Nani mereka bisa memiliki blog namun dengan bantuan orang tua atau kakak-kakaknya yang mengerti blog dengan segala etika bersosial media. Jika perlu yang mengetahui passwordnya hanya orang tua atau kakak-kakaknya yang dapat diandalkan. Walau blog milik pribadi namun konten yang di tulis khusus untuk belajar atau menyampaikan pendapat yang tidak menyinggung siapapun.
Ibu Guru SD atau SMP yang pandai IT bisa membantu mereka dengan bertatap muka via daring atau bertemu langsung dengan para orang tua dan mengajarkannya cara membuat blog dengan etika bersosial media. Guru bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dapat menggunakan blog untuk mengajarkan reading dan writing. Jika speaking dapat melalui zoom atau whatsApp call. Penggunaan blog sebagai sarana pembelajaran adalah salah satu alat untuk mengajar atau belajar. Silakan menggunakan media yang dianggap mudah untuk meningkatkan ilmu dengan berbagi kebaikan dengan murid-murid, sahabat atau orang lain.
Jika setiap saat menulis materi mengajarnya di blog, selama 1 bulan akan memiliki kumpulan materi yang kemudian dapat dibukukan. Maka jadilah sebuah buku pelajaran karya pribadi dengan tidak lupa mencantumkan referensinya.
Saya pikir inilah satu best practice yang sangat kontekstual dan sangat mudah diimplementasikan. Mayor Nani yang seorang anggota TNI ternyata mampu menunjukkan dengan sangat baik bagaimana blog dapat meningkatkan efektifitas proses pembelajaran. Bahlan lebih dari itu, jika benar-benar dapat dimanfaatkan secara optimal, maka blog dapat memberikan dua keuntungan sekaligus, yaitu sebagai sarana belajar dan pembelajaran, juga sebagai sarana mengembangkan tulisan menjadi buku yang bermutu.
Tolitoli, 15 September 2021
Muliadi
Resume ke-28, Senin 13 September 2021
Resume ke-27 Jum'at 10 September 2021