Pengikut

Rabu, 10 September 2025

Manusia, Fitrah, dan Konsep Diri: Pentingnya Lingkungan Positif dalam Pendidikan

Palu, 10 September 2025

Islam mengajarkan bahwa setiap manusia lahir dalam keadaan fitrah, yaitu keadaan suci, bersih, dan terbuka untuk menerima kebenaran. Rasulullah ﷺ bersabda:

"Setiap anak dilahirkan di atas fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi."
(HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits ini menegaskan bahwa manusia sejak lahir membawa potensi alami untuk kebaikan, namun arah perkembangan dirinya sangat dipengaruhi oleh lingkungan, terutama orang tua, keluarga, dan masyarakat di sekitarnya. Dengan kata lain, konsep diri seorang manusia tidak lahir begitu saja, melainkan dibentuk oleh referensi dan pengalaman yang diperolehnya setiap hari.

1. Perspektif Islam: Fitrah dan Lingkungan

Dalam Al-Qur’an, Allah menegaskan:

"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui."
(QS. Ar-Rum: 30)

Ayat ini menunjukkan bahwa potensi iman dan kebaikan sudah tertanam dalam diri setiap manusia, namun lingkungan—baik keluarga maupun masyarakat—berperan besar dalam mengarahkan fitrah itu menuju kebaikan atau sebaliknya.

2. Perspektif Psikologi dan Sosial

Pandangan ini sejalan dengan teori psikologi dan sosiologi modern:

  • Teori Belajar Sosial (Albert Bandura): manusia belajar melalui pengamatan (observational learning). Apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan dari orang-orang di sekitarnya menjadi model yang ditiru dan diinternalisasi.

  • Teori Interaksionisme Simbolik (Mead & Cooley): konsep diri terbentuk melalui interaksi sosial. Looking glass self menyatakan seseorang melihat dirinya sebagaimana ia membayangkan orang lain menilainya.

  • Teori Ekologi Perkembangan (Urie Bronfenbrenner): perkembangan anak dipengaruhi oleh berbagai lapisan lingkungan, mulai dari keluarga (mikrosistem) hingga budaya dan kebijakan (makrosistem).

Ketiga teori ini memperkuat bahwa lingkungan yang konsisten memberikan nilai, contoh, dan penguatan positif akan membentuk konsep diri positif pada individu.

3. Bagaimana Sekolah Membentuk Lingkungan Positif

Sekolah bukan hanya tempat transfer ilmu, melainkan lingkungan sosial kedua setelah keluarga yang sangat menentukan pembentukan kepribadian siswa. Agar sekolah mampu memberikan pengaruh nyata terhadap perilaku siswa, ada beberapa langkah strategis:

  1. Budaya Sekolah yang Religius dan Berkarakter

    • Membiasakan doa bersama, shalat berjamaah, salam, senyum, dan sapa.

    • Menanamkan nilai kejujuran, disiplin, tanggung jawab melalui kegiatan sehari-hari.

  2. Keteladanan Guru dan Tenaga Kependidikan

    • Guru bukan hanya pengajar, tetapi juga teladan. Sikap guru dalam berbicara, berpakaian, bekerja, dan menghadapi masalah menjadi cermin langsung bagi siswa.

  3. Lingkungan Fisik yang Tertata dan Ramah

    • Sekolah yang bersih, hijau, dan nyaman menciptakan suasana hati yang positif. Tata ruang yang rapi mengajarkan keteraturan.

  4. Sistem Pembelajaran yang Menguatkan Karakter

    • Pembelajaran berbasis proyek, kolaboratif, dan kontekstual menumbuhkan tanggung jawab, kreativitas, serta kepedulian sosial.

    • Penilaian tidak hanya kognitif, tetapi juga aspek sikap dan keterampilan.

  5. Penguatan Komunitas Sekolah

    • Menciptakan komunitas belajar yang sehat, saling menghargai, tanpa perundungan (bullying).

    • Melibatkan orang tua dan masyarakat agar nilai yang ditanamkan di sekolah berkesinambungan dengan rumah.

  6. Konsistensi dalam Aturan dan Penguatan Positif

    • Aturan ditegakkan secara adil dan konsisten.

    • Siswa diberi apresiasi atas perilaku baik, bukan hanya dihukum ketika salah.

Dengan demikian, lingkungan sekolah yang positif akan menjadi referensi sehari-hari bagi siswa dalam membentuk konsep dirinya. Apa yang mereka lihat, dengar, dan rasakan di sekolah secara konsisten akan menuntun mereka pada perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai Islam dan kemanusiaan.

Kesimpulan

Islam melalui konsep fitrah dan hadits Nabi ﷺ menekankan pentingnya lingkungan dalam membentuk kepribadian manusia. Hal ini senada dengan teori psikologi dan sosial yang menyatakan bahwa konsep diri terbentuk melalui interaksi dan pengalaman dari lingkungan. Oleh sebab itu, pendidikan tidak cukup hanya dengan memberikan pengetahuan, melainkan yang paling utama adalah menciptakan lingkungan sekolah yang positif, konsisten, dan bernilai, sehingga siswa tumbuh menjadi pribadi beriman, berakhlak mulia, dan memiliki perilaku yang baik dalam kehidupan sehari-hari.

0 comments:

Posting Komentar