Pages - Menu

Selasa, 25 April 2023

Bagaimana memperbaiki ini

Suatu fakta yang cukup memprihatinkan dari temuan riset sederhana. Riset ini menyasar pola kerja pembelajaran kejuruan di SMK. SMK penulis. Hasil riset sengaja penulis tampilkan dalam bentuk gambar agar lebih jelas dan obyektif. Berikut faktanya


Fakta 1: Tanaman mati tidak terpelihara

Fakta 2: Tanaman layu dan kurus tidak terurus

Fakta 3: Tanaman lemah penuh gulma

Apakah ini masalah? Pasti. Tanaman yang ditampilkan tadi merupakan hasil praktik pembelajaran kejuruan ATP-ATPH. Jurusan pertanian. Tentu problem yang sama ada juga dijurusan lainnya. 

Penulis menyoroti jurusan ini mengingat ruh utama SMK ini adalah pertanian dengan sumberdaya alamnya yang cukup luas dan potensial. Selain itu pertanian adalah sumber kehidupan pokok manusia. Dan kita sedang berada ditengah tatanan dunia yang sedang mengalami krisis pangan. 

Menurut menteri luar negeri Retno Marsudi angka krisis pangan cukup mengkhawatirkan. Diperkirakan 179 sampai 181 juta orang di 41 negara akan menghadapi krisis pangan. 

Jurusan pertanian merupakan jurusan di SMK yang diproyeksikan untuk menciptakan tenaga terampil di bidang pertanian. Di jurusan ini ada beberapa kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa, yaitu:
  1. Agribisnis tanaman sayuran
  2. Agribisnis tanaman buah
  3. Agribisnis tanaman hias
  4. Agribisnis tanaman pangan
  5. Agribisnis tanaman perkebunan
Melalui pembelajaran agribisnis tanaman baik teori maupun praktik, siswa diharapkan mampu melakukan budidaya tanaman dengan hasil yang maksimal, dan mampu mengelola bisnis pertanian dengan keuntungan yang optimal. Dengan pengalaman yang baik itu maka minat siswa akan lebih besar bekerja di industri pertanian atau mengembangkan usaha dibidang pertanian. 

Jika itu tujuannya, maka hasil pembelajaran kejuruan sebagaimana fakta di atas dapat dipastikan masih timpang dan harus segera mendapat penanganan melalui perbaikan tindakan. 

Mengapa demikian? 
Ketimpangan antara harapan dan tujuan ideal pembelajaran kejuruan masih sangat jauh dari hasil dan pengalaman pembelajaran yang dialami siswa. 

Fakta menunjukkan siswa selama tiga tahun belajar di SMK belum memperoleh pengalaman yang holistik mengenai cara mengembangkan budidaya tanaman yang berhasil dan menguntungkan. 

Pengalaman belajar yang diperoleh siswa justru menyasar sisi suram pengelolaan pertanian seperti tanaman yang gagal panen karena tidak terpelihara. Budidaya tanaman tanpa bisnis plan yang jelas. Budidaya tidak tuntas, menanam tetapi tidak memelihara. Menanam tanpa memperhatikan kondisi lingkungan. Berpraktik hanya memperagakan hal-hal yang tidak substansial. Tidak memanfatkan teknologi dengan paripurna. Hanya sekedar saja. 

Apakah ada cara memperbaikin keadaan tersebut? Ada
Penyelesaian masalah yang efektif adalah penyelesaian yang bersumber dari akar masalah. Olehnya itu, maka penting untuk menganalisis masalah dan menemukan akar masalahnya yang menjadi penyebab kondisi itu terjadi. 

Menurut hemat penulis ada beberapa penyebab timbulnya kondisi di atas, yaitu:
  1. Metode, teknik, atau cara guru melaksanakan pembelajaran kejuruan umumnya berorientasi jangka pendek dan lebih dominan pada pengetahuan
  2. Guru kejuruan kesulitan menterjemahkan kurikulum dalam tindakan yang sesuai secara holistik dan komprehensif dalam membentuk kompetensi siswa. 
  3. Guru kejuruan terisolasi dalam ruang lingkup kompetensi masing-masing sehingga kompetensi yang diberikan menjadi seperti penggalan pengalaman yang tidak saling terhubung
  4. Guru kejuruan belum melihat kompetensi utama seperti agribisnis tanaman sayuran, agribisnis tanaman buah, dst sebagai goal yang harus dicapai secara paripurna. 
  5. Guru belum berpikir soal produk bermutu dan berorientasi pasar sebagai tujuan akhir dari rangkaian pembelajaran kejuruan. Padahal diksi Agribisnis dan kewirausahaan yang menyatu dengan pembelajaran kejuruan jelas mengamanatkan proses pembelajaran harus berorientasi pada produk (hasil) bermutu dan market
Berdasarkan permasalahan tersebut, sesuai tanggungjawab dan kewenangan penulis, maka penulis mengusulkan tindakan perbaikan manajemen pembelajaran, yaitu:
  1. Mengubah pola pengusulan bahan dan alat praktik dari pola usulan tanpa tujuan menjadi pola pengusulan berbasis proyek, spesifik, dengan ukuran kuantitas dan kualitas yang jelas
  2. Mendorong perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan pendekatan pembelajaran berbasis proyek (PBJL) yang dilakukan kolaboratif antar guru mata pelajaran. 
  3. Terus mendorong terwujudnya pembelajaran Tefa bersama dengan pihak industri yang menekankan pada produk bermutu dan berorientasi pasar (bisnis).
  4. Memberikan dukungan anggaran yang memadai sesuai kebutuhan proyek dan atau produk yang akan dihasilkan. 
  5. Mendorong setiap kompetensi seperti agribisnis tanaman hias, agribisnis tanaman buah dan lainnya untuk menghasilkan produk berupa taman bunga, atau tanaman buah yang terpelihara dan menghasilkan buah sesuai tujuan menanam. 
  6. Memberikan dukungan dalam bentuk penjadwalan blok yang memungkinkan ter implementasinya pembelajaran berbasis proyek
  7. Memberikan pelatihan penyusunan jobsheet sebagai instrumen pendukung pelaksanaan pembelajaran Tefa yang taat prosedur dan memastikan Keterpenuhan seperangkat kompetensi dalam suatu tindakan pembelajaran praktik. 
  8. Menetapkan mekanisme pertanggungjawaban penggunaan anggran, bahan dan alat praktik yang digunakan dalam bentuk laporan penggunaan anggaran, pengadaan bahan dan alat praktik dan laporan hasil akhir dalam bentuk produk atau hasil final dari usaha (proyek) yang dijalankan.
  9. Mewajibkan penggunaan APD dan pelaksanaan K3 sebagai bagian dari proses pendidikan softskill yang penting

Melalui pola manajemen yang baik, sistematis, dan konsisten, maka kompetensi siswa baik hardskill maupun softskill akan terbentuk secara utuh dan simultan. 

Disamping itu, jika pendekatan dan inovasi ini berhasil dilakukan dengan konsisten berkelanjutan, maka secara perlahan namun pasti dampak positif akan tumbuh dan berkembang dengan baik, antara lain:
  1. Minat siswa terhadap SMK akan meningkat, terutama pertanian dan peternakan
  2. Siswa akan memperoleh pengalaman nyata mengelola bisnis pertanian yang menguntungkan, baik pengalaman berupa keterampilan melakukan budidaya maupun keterampilan bisnis yang menguntungkan secara finansial
  3. SMK bukan lagi hanya sekedar institusi pendidikan, tetapi bisa berevolusi menjadi entitas yang juga mampu menangani layanan masyarakat dengan berbagai produk yang dihasilkan
  4. Kreativitas siswa lebih produktif yang diwujudkan dalam berbagai bentuk hasil karya yang bernilai ekonomis
  5. Pembelajaran lebih bergairah dan bermakna karena setiap ilmu bisa langsung diterapkan. 
  6. Pembelajaran kewirausahaan lebih berfokus pada praktik bisnis yang menguntungkan sehingga bisa membantu siswa secara ekonomi. 
  7. Sekolah bisa membangun jaringan bisnis yang saling menguntungkan yang dapat memicu lahirnya wirausahawan mudah sebagaimana yang diharapkan oleh pemerintah. 
Dan yang tidak kalah penting, fakta tentang pemandangan tanaman sebagaimana yang kita saksikan di atas insyaallah tidak akan terlihat lagi. Tetapi yang nampak adalah tanaman-tanaman sehat dan berhasil seperti ini:



Atau seperti ini


Atau dengan hasil seperti ini


Maka InsyaAllah peran sebagai salah satu pemegang "Otoritas" penjaga keberlangsungan hidup manusia melalui pertanian dapat kita perankan dengan baik. Ditengah situasi pangan dunia yang semakin kritis, kita hadir di sana memberi solusi setidaknya pada lingkungan kita sendiri. 

Wassalam,
Semoga bermanfaat




Sabtu, 15 April 2023

Strategi Pengembangan Tefa Melalui Kebijakan Anggaran

Hasil belajar yang rendah masih menjadi masalah di SMK, terutama di SMK penulis. Keterampilan (hardskill) siswa masih sangat perlu ditingkatkan. Hampir semua jurusan. Jika ada yang sedikit lebih baik, itu juga tidak banyak. Perkiraan kasar tidak lebih dari 30%. 

Tidak jauh berbeda dengan hardskill, softskill yang dipandang sebagai unsur paling penting dari kualitas sumberdaya manusia juga belum dapat dikatakan baik. Direktur Kemahasiswaan UGM Drs Hariyanto MSi mengatakan, "80% keberhasilan hidup itu ditentukan oleh softskill atau kemampuan kepribadian. " (Artikel di https://ugm.ac.id/id). 

Konsep 80% softskill menentukan keberhasilan hidup ini bukan hanya pandangan personal. Namun konsep tersebut sejatinya telah menjadi keyakinan umum. Sehingga orang percaya apabila seseorang memiliki softskill yang buruk maka sangat mungkin dia akan gagal dalam hidupnya, atau setidaknya gagal dalam karir. 

Sayang, keyakinan softskill sebagai trek paling potensial menuju keberhasilan hidup tidak serta merta diikuti oleh sikap yang relevan baik oleh siswa maupun oleh guru sebagai orang yang paling bertanggungjawab dalam memberikan tuntunan. Buktinya, pembentukan sikap dalam bekerja (softskill) belum menjadi prioritas dalam proses pembelajaran. Berbagai tindakan yang merefleksikan softskills yang belum baik masih dapat dengan mudah kita saksikan. 

Pada kegiatan praktik misalnya, masih banyak siswa yang abai dengan penggunaan APD dan prosedur K3. Ironisnya guru bahkan tidak menganggap hal tersebut sebagai bentuk pelanggaran serius. Tidak penting. Sehingga tidak diberikan teguran atau sanksi tegas. Padahal tidak menggunakan APD atau mengabaikan K3 sudah menunjukkan rendahnya kesadaran menjaga keselamatan kerja. Ini juga menjadi indikasi perilaku tidak tertib. Tidak mengikuti aturan, dan bahkan merupakan bentuk pembangkangan (tidak patuh). Tidak disiplin dan sebagainya. 

Jika menggunakan APD dan prosedur K3 saja sudah diabaikan, bagaimana pula dengan sikap dan perilaku lainnya. Hampir bisa dipastikan perilaku baik yang diharapkan tumbuh akan sulit terbentuk, seperti sabar, telaten, dapat bekerja sama, menjaga kebersihan lingkungan kerja, tanggungjawab, jujur dan perbuatan baik lain. 

Dan celakanya, kita harus menghadapi kenyataan itu. Problem di hardskills dan problem di softskills.

Bagaimana memperbaiki hardskills dan softskills sekaligus?

Memperbaiki hardskill dan softskill harus dengan cara dan strategi yang tepat. Guru sudah semestinya belajar dari pengalaman dan menyadari kelemahan tindakan pembelajaran yang sudah dilakukan. Sehingga dengan demikian, guru bersedia menerapkan cara dan strategi baru untuk memperoleh hasil belajar yang lebih optimal. Memang diperlukan motivasi kuat untuk keluar dari pakem yang sudah nyaman dilakukan menuju pada cara dan strategi baru. Namun untuk hasil yang lebih baik mestinya itu tidak menjadi kendala. 

Sebetulnya sejumlah solusi dan strategi perubahan sudah ditawarkan, diantaranya dengan menerapkan pembelajaran berbasis proyek (PBJL) dan pendekatan Tefa. 

Kedua strategi tersebut sudah sering dibahas baik dalam tataran ide maupun praktek kerja. Bahkan implementasinya sedikit dipaksanakan, yang penting jalan dulu. Semacam triar and error. Tujuannya tidak lain sebagai bentuk pembelajaran sekaligus triger untuk memberi dorongan (suport) agar strategi tersebut segera dijalankan. Jangan sampai hanya menjadi wacana. Indah dalam konsep tetapi nihil tindakan alias NATO no action talk only.  Soal efektif atau tidak itu persoalan lain. Motivasinya terus belajar. Lakukan refleksi sehingga memungkinkan terjadinya perbaikan berkelanjutan.  

Sejalan dengan dua strategi tersebut, terbetik dalam benak penulis untuk menerapkan strategi lain sebagai bentuk pressure atau rel yang dapat memandu percepatan pencapaian tujuan peningkatan kompetensi siswa melalui implementasi strategi PBJL dan Tefa. Hal ini bermula dari pencermatan penulis terhadap rencana sekolah.

Ada yang menarik dari rencana kerja sekolah yang biasa dibuat selama ini, yakni cara membuat usulan pengadaan bahan dan alat praktek. Kita sudah tahu bahwa dalam sistem manajemen, rencana memiliki peran strategis.  Aa Gim pernah mengatakan "gagal merencanakan sama dengan merencanakan kegagalan". Selain itu, 75℅ dari keberhasilan itu ditentukan oleh rencana. Jadi, jika rencananya keliru, maka hampir dapat dipastikan suatu proyek atau kegiatan akan gagal. Sehingga sangat rasional jika inovasi usulan dalam rencana kerja sekolah menjadi salah satu strategi pendukung dari dua strategi yang terus diupayakan yaitu PBJL dan Tefa. 

Satu point penting yang perlu dipahami bahwa rencana tertulis merupakan refleksi pola pikir penyusunnya. Sedang pola pikir sendiri akan menentukan tindakannya. Sehingga sangat mungkin untuk melakukan perbaikan tindakan pembelajaran melalui inovasi rencana. 

Membaca dan memahami usulan yang dibuat, penulis sampai pada suatu kesimpulan bahwa usulan yang dibuat tidak berdasarkan kebutuhan proyek atau kegiatan spesifik. Misalnya proyek budidaya tanaman sayuran, atau proyek budidaya tanaman buah. Yang tertulis justru hanya sekedar usulan bahan dan alat praktik. Untuk praktik apa, tidak disebutkan secara spesifik. 

Sepintas mungkin usukan yang dibuat tidak memberikan pengaruh atau efek tertentu terhadap pelaksanaan praktik. Namun jika dicermati lebih jauh dan dibandingkan dengan data pelaksanaan praktik selama ini, maka akan diperoleh jawaban atau informasi atas pertanyaan "mengapa hardskill dan softskill siswa tidak dapat berkembang optimal?" dan "mengapa kegiatan praktik tidak pernah berhasil mencapai produk akhir?" 

Penulis meyakini bahwa penyebab utama kegagalan pembelajaran kejuruan itu bermula dari cara merumuskan usulan. Kok bagitu? logikanya sederhana. Usulan yang dibuat merefleksikan pola pikir pembuatnya. Oleh sebab itu, jika usulannya tidak fokus atau tidak spesifik pada tujuan produk tertentu, maka dapat dipastikan pola pikir penyusun atau pembuatnya tidak fokus, tidak spesifik, dan tidak berbasis pada produk sebagai tujuan akhir. Dengan pola pikir seperti itu sulit diharapkan kegiatan praktik akan berhasil baik proses lebih-lebih produk yang bermutu.  

Rasa-rasanya sulit dibayangkan produk apa yang dihasilkan dari usulan pengadaan bahan dan alat praktik berikut:

PENGADAAN BAHAN DAN PRAKTIK ATP-ATPH 

  1. Polybag 2kg Rp.110.000,-
  2. Pertalite 50 liter Rp.500.000,-
  3. Plastik bening dan sungkup 1 gulung Rp.200.000,-
  4. Pupuk NPK Phonska Plus 2 zak Rp.900.000,-
  5. Pupuk KCL 1 zak Rp.800.000,-
  6. Bibit Coklat 25 pohon Rp.250.000,-
  7. Bibit Kopi 2 kg Rp.200.000,-
  8. Bibit nilam 5 kg Rp 100.000,-
  9. dst

Bandingkan jika usulannya dibuat sebagai berikut:

PENGADAAN BAHAN DAN ALAT PRAKTIK BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG UNTUK LUAS LAHAN 1 HA

  1. 20 kg benih jagung Rp. 1.600.000,-
  2. Biaya pembersihan lahan 1 ha/ olah Rp. 1.500.000,-
  3. Upah tanam Rp. 300.000,- /ha
  4. Pupuk organik 40 kg @ Rp.40.000,-
  5. Biaya perawatan Rp. 1.000.000,-
Usulan ke dua jelas lebih fokus dan terukur. Pertanggungjawaban pun bukan hanya sebatas bahan dan alat yang dibeli. Tetapi sampai pada hasil berupa produk dari kegiatan yang dilakukan. 

Sehingga dengan demikian, maka salah satu strategi penguatan dalam melakukan perubahan pembelajaran adalah melakukan perubahan cara mengusulkan bahan dan alat praktik kejuruan, 

caranya bagaimana? 

Sederhana. Dalam mengusulkan alat dan bahan praktik, ketua jurusan tidak boleh hanya sekedar mengusulkan saja tanpa tujuan proyek yang jelas. Usulan yang dibuat sudah seharusnys berdasarkan proyek apa atau produk apa yang akan dihasilkan. Penulis menyebutnya usulan berbasis proyek. 

Usulan berbasis projek adalah usulan yang berorientasi pada produk dan bisnis. Ruh utamanya adalah produk apa yang akan dihasilkan dan kualitasnya bagaimana. Termasuk jumlah dan kuantitas lain. Pendek kata ada ukuran yang rinci tentang hal yang akan dilakukan. 

Dengan cara tersebut maka masing-masing pengusul merinci kebutuhan bahan dan alat praktek berdasarkan rencana proyek. Semua bahan dan alat praktik yang digunakan dihitung sebagai cost dalam penyelesaian suatu proyek. 

Pun tujuan akhir kegiatan praktek kejuruan bisa terbaca dengan jelas. Dari contoh diatas misalnya sudah dapat dibayangkan produk apa yang akan dihasilkan sebagai bentuk pertanggungjawaban, dalam hal ini kebun jagung yang subur atau hasil kebun berupa jagung pakan ternak. Ukurannya capaian juga jelas, misalnya 100 kg, dll. 

Bandingkan dengan cara usulan yang hanya merinci bahan dan alat praktek saja tanpa tujuan proyek. Bahan dan alat yang diusulkan hanya sekedar memenuhi kebutuhan praktek untuk peragaan keterampilan tertentu saja. Hasil akhir praktik tidak sampai pada produk. Akibatnya seringkali kebun hasil praktek tidak terawat, karena praktik yang dilakukan hanya terbatas di kompetensi menanam saja. Tidak sampai memelihara, apalagi sampai panen. 

Jadi jelas sekarang bahwa strategi pengembangan Tefa dapat dilakukan dengan kebijakan anggaran. Caranya dengan memperbarui cara mengusulkan alat dan bahan praktik oleh jurusan. 

Dengan model usulan seperti itu maka beberapa keuntungan dapat di peroleh, antara lain:
  1. Perencanaan lebih rasional
  2. Perencanaan kerja lebih komprehensif (dari pengolahan laha, pemeliharaan, panen, dan penjualan)
  3. Pembelajaran lebih fokus pada kompetensi teknis, karena siswa belajar dengan motif usaha yang memungkinkan mereka bertindak efektif, presisi
  4. Pembelajaran karakter berjalan efektif karena semua harus sesuai standar kerja, pakai K3, bekerja sesuai jadwal dan rencana
  5. Penggunaan bahan dan alat lebih efisien dan ekonomis
  6. Tidak akan terjadi kebun yang tidak terawat karena sudah diperhitungkan dan budgetnya sudah disediakan
    dan masih banyak keuntungan lainnya.
Semoga ide perubahan ini dapat segera diimplementasikan, sehingga proses pembelajaran kejuruan bisa lebih optimal sebagai wadah pembentuk hardskill dan softskill secara simultan.


Selasa, 11 April 2023

Alkhirnya ......


Kini puasa panjang itu akhirnya menunjukkan sinyal kepergiannya. Kendatipun baru sinyal, wajah gembira para penanti sulit disembunyikan. 

Memang belum wujud. Namun tanda yang diberikan memiliki garansi kepastian, bahwa puasa segera berlalu. Daftar penerima....  periode ke IV. Dan sekolah itu ada di sana. 

Apakah ada sekolah yang belum? mungkin saja, karena menurut rumor yang beredar, tahapannya bisa sampai yang ke enam. Artinya bisa jadi ada yang mengakhiri puasanya nanti pada tahap ke lima, atau ke enam. Patut saja berakhirnya menjadi suatu yang paling dinantikan. 

Namun, wajarkah kita bergembira disaat-saat puasa akan berakhir? Bukankah jika puasa sudah menunjukkan tanda-tanda kepergiannya, semestinya kita bersedih hati karena itu artinya musibah bagi umat? Perhatikan hadist berikut:

diriwayatkan oleh Jabir radhiyallahuanhu,: "Ketika datang akhir malam bulan Ramadhan, langit dan bumi, serta para malaikat menangis karena merupakan musibah bagi umat Nabi Muhammad SAW. Sahabat bertanya: Wahai Rasulullah, musibah apakah itu? Rasulullah menjawab: lenyaplah bulan Ramadhan karena sesungguhnya doa-doa di bulan Ramadhan dikabulkan, dan sedekah diterima, kebaikan dilipat gandakan, dan adzab ditolak." 

Orang-orang beriman yang khusuk dan istiqomah dengan ibadah mereka, pasti sangat bersedih hati. Bagaimana tidak, bulan yang penuh berkah, yang berkahnya tidak akan sama dengan sebelas bulan lainnya. Bulan yang di dalamnya terdapat satu malam yang nilai kebaikannya lebih baik dari seribu bulan. Bulan dimana semua kebaikan dilipatgandakan pahalanya oleh Allah swt kini akan segera pergi. 

Mengapa tidak bersedih, sementara tidak ada kepastian bagi setiap hamba untuk bertemu lagi dengan sang sayyidusy-syuhur, sang penghulu semua bulan, sebagaimana hadist berikut:

Artinya: "Telah datang kepadamu bulan ramadhan, penghulu segala bulan, maka selamat datanglah kepadanya. Telah datang bulan shaum membawa segala rupa keberkahan. Maka alangkah mulianya tamu yang datang itu. (HR Ath-Thabrani) dikutif dari: http://www.unpak.ac.id/

Tapi ini bukan puasa itu. Ini bukan tentang puasa ramadhan. Ini tentang puasa yang memang harus segera berakhir. Puasa yang sudah teramat panjang. Ini adalah puasa "income" para non ASN. Puasa penunjang hidup keluarga di tengah puasa ramadhan. 

Syukur hilal tanda akhir puasa itu mulai terlihat. Menyiratkan pesan bahwa sebentar lagi kesulitan yang menyesakkan segera berselang. 

Meski belum benar-benar ada, berita kedatangannya saja sudah bagai hembusan angin sejuk ditengah gersang. Waktu empat bulan puasa "income" mungkin bagi sebagian orang tidak seberapa, karena dari pemilik yang berada. Tapi itu menjadi berbeda, bagi mereka orang tak berpunya. 

Jadi, wajar kegembiraan itu sangat terasa saat tanda-tanda kehidupan mulai menyapa. Apalagi idul fitri benar-benar segera akan tiba. Tinggal sembilan hari lagi, maka seluruh umat islam akan merayakan idul fitri dengan bahagia. Menjadi momen spesial yang berharga. 

Idul fitri adalah hari kemenangan, hari dimana semua orang bergembira bersukaria. 

Perhatikan hadist berikut:

Imam Abu dawud menerangkan dari hadits sahabat Anas berkata:  pada suatu waktu Nabi datang di Madinah, di sana penduduk Madinah sedang bersuka ria selama dua hari. Lalu nabi bertanya “hari apakah ini (mengapa penduduk Madinah bersuka ria?)” mereka menjawab ”dulu semasa zaman jahiliyah pada dua hari ini kami selalu bersuka ria”. Kemudian Rasulullah saw bersabda “Sesungguhnya Allah swt telah mengganti dalam Islam dua hari yang lebih baik dan lebih mulia, yaitu hari raya kurban (idul adhha) dan hari raya fitri (idul fitri).Sumber: (https://islam.nu.or.id) 

Siapa yang tak bergembira, setelah berpuasa sebulan penuh menahan lapar dan dahaga, kini kembali suci dari segala dosa. Apalagi mereka yang berhasil memenangkan kesabaran dalam penantian yang lumayan panjang. 

Galang, 11 April 2023

Muliadi

Minggu, 09 April 2023

Puasa "Income" di bulan Ramadhan


Puasa ramadhan salah satu ibadah wajib yang memiliki banyak manfaat bagi orang-orang yang melaksanakannya. Oleh sebab itu, ramadhan bagi orang beriman menjadi bulan yang paling didambakan. Para sahabat, enam bulan sebelum dan setelah ramadhan selalu berdoa sebagaimana di riwayatkan oleh Ath-Thabrani:

Dari Anas bin Malik bahwa Mu'la bin al-Fadhl berkata, "Mereka (para sahabat) memohon kepada Allah selama enam bulan agar dipertemukan dengan ramadhan dan setelah itu mereka berdoa selama enam bulan agar amalan mereka selama ramadhan diterima oleh Allah." (Lathaiful Ma'arif:148) 

Namun, menjalani puasa "income" tidak seindah dan sebahagia menjalani puasa ramadhan. Apalagi jika puasa "Income" itu dijalani dalam waktu yang relatif panjang. Hampir empat bulan. Perjalanan panjang puasa "Income" saat ini telah memasuki fase akhir puasa ramadhan. Bukankah itu sebuah penantian yang cukup melelahkan untuk sebuah life support yang sangat dinantikan? 

Itulah puasa yang harus dijalani oleh kawan-kawan non ASN. Mereka tidak hanya menjalankan puasa ramadhan tetapi sekaligus puasa "Income". Untung saja keberkahan bulan ramadhan senantiasa memberikan spirit kepada mereka, sehingga meski kondisi finansial melilit mereka masih bisa berdamai dengan keadaan.

Bagaimanapun "Income" bagi kawan-kawan non ASN merupakan sumber pendapatan utama, atau bisa jadi menjadi sumber income satu-satunya yang diharapkan untuk menopang ekonomi keluarga mereka.

Meski "Income" mereka terbilang kecil, bagi mereka itu sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Namun, karena sumber air "income" masih jauh, yang entah kapan akan menetes mengisi pundi-pundi yang semakin mengiring, maka kawan-kawan non ASN mau tidak mau harus puasa "Income" lebih lama lagi. Harus lebih sabar lagi. Menahan diri lebih kuat lagi dari berbagai godaan di tengah ramainya euforia THR para ASN.  

Bersyukurlah kita, Allah swt memberikan satu bulan yang lebih baik dari seribu bulan. Bulan penuh berkah dimana segala kebaikan dilipatgandakan oleh Allah SWT. Salah satu cara untuk memperoleh keberkahan bulan ramadhan adalah menahan diri dari segala perbuatan buruk serta istiqomah terhadap kesabaran. Termasuk sabar untuk perbuatan halal yang waktunya ditentukan. Perhatikan hadist berikut:

"Wahai para pencari kebaikan, bersegeralah (menuju kebaikan), wahai para pencari keburukan, berhentilah (dari keburukan), Allah membebaskan (seorang hamba) dari api neraka pada setiap malam (di bulan Ramadhan). (Jaami' At-Tirmidzi no.682) 

Perintah menahan diri dari melakukan perbuatan buruk merupakan bentuk pendidikan di bulan suci ramadhan yang apabila dilakukan secara ikhlas, sabar dan istiqoma akan mampu membentuk kualitas kepribadian setiap orang yang menjalaninya. 

Kualitas pribadi tidak diukur dari nilai materi yang dimiliki seseorang, tetapi dia diukur berdasarkan besarnya manfaat dirinya bagi orang lain. Perhatikan potongan arti hadist ini:

"Sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat dari mereka untuk manusia".(Ath-Thabrani)

Memiliki banyak pendapatan bukan jaminan sebuah kebaikan, jika tidak digunakan dijalan yang dimuliakan. Sebaliknya, dengan sedikit pendapatan bukanlah halangan untuk meraih kemuliaan. Jika tidak dengan harta, maka cukup dengan sikap dan perbuatan baik yang menentramkan, seperti sabar dan menahan diri dari perbuatan buruk, maka itupun sudah menjadi garansi atas predikat sebaik-baik manusia.  

Kawan-kawan non ASN yang telah dengan sabar menerima puasa "Income" yang lumayan panjang itu, boleh jadi merupakan hasil dari tarbiyah ramadhan (pendidikan ramadhan) sehingga mereka tetap menjadi pribadi yang ikhlas, penuh semangat dan tetap bermanfaat, meski "Income" belum juga mendekat. Ini menjadi bukti, bahwa sahrul tarbiyah telah mampu membentuk kualitas pribadi mereka meski kesulitan hidup masih melilit.

Ramadhan memang penuh berkah. Berpuasa di bulan ramadhan pahalanya langsung dibalas oleh Allah SWT. Perhatikan Firman Allah SWT dalam hadits yang disampaikan oleh Nabi SAW: 

Puasa itu untuk-Ku dan Aku langsung membalasnya. Orang yang berpuasa mendapatkan dua kesenangan, yaitu kesenangan ketika berbuka puasa dan kesenangan ketika berjumpa dengan Tuhannya. Sungguh, bau mulut orang berpuasa lebih harum dari pada aroma kesturi.” (Hadits Muttafaq ‘Alaih).

Allah SWT menciptakan sahrul ramadhan sebagai sarana untuk meraih kebaikan dan keberkahan hidup yang sebesar-besarnya tanpa memandang status sosial. Tidak ada perbedaan antara non ASN dan ASN. Tidak ada perbedaan antara si jago flexing dengan mereka yang hidupnya prihatin. Asal mereka mau berpuasa, bertobat dan bersedia memperbaiki diri, maka Allah swt pasti akan memberikan kebaikan hidup baginya. Perhatikan hadist berikut: : 

"Telah datang kepada kalian Ramadhan bulan penuh berkah (syahrun mubarokun), Allah Azza wa Jalla telah mewajibkan atas kalian berpuasa padanya." (HR An-Nasai dan dishahihkan oleh Al-Albani di dalam Kitab Shahih Al-Jami'). 

Keberkahan ramadhan bisa diraih semua orang asal mereka mau melakukan berbagai amalan kebaikan dengan sepenuh hati, ikhlas karena Allah SWT, perhatikan hadist berikut: Dari Abu Hurairah, ia berkata,

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.”  (HR. Bukhari no. 38 dan Muslim no. 760).

Berkah menurut bahasa (Arab): barokah (بركة), artinya nikmat (Kamus Al-Munawwir, 1997:78). Berkah dalam bahasa Arab memiliki makna mubarak dan tabaruk. Sementara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:179), berkah adalah “karunia Tuhan yang mendatangkan kebaikan bagi kehidupan manusia”

Menurut Imam Al-Ghazali, berkah (barokah) adalah bertambahnya kebaikan (Ensiklopedia Tasawuf, hlm. 79). Para ulama juga menjelaskan makna berkah sebagai segala sesuatu yang banyak dan melimpah, mencakup berkah-berkah material dan spiritual, seperti keamanan, ketenangan, kesehatan, harta, anak, dan usia. (Sumber: © 2023 muslim.or.id) 

Kita berdoa semoga keberkahan ramadhan 1444 H yang tinggal beberapa hari ini senantiasa dilimpahkan kepada saudara dan kawan-kawan non ASN agar mereka segera dapat mengakhir puasa "income"nya. Dengan begitu, dihari kemenangan nanti, semua kita, ASN, non ASN, dan seluruh warga sekolah bisa merayakan hari yang Fitri 1 syawal 1444 H dengan penuh kegembiraan, amiin.  

Galang, 9 April 2023

Muliadi



Kamis, 06 April 2023

Bantuan alat ukur, untuk apa?



Melihat daftar alat pertanian yang dapat diusulkan dalam program bantuan peralatan praktek SMK tahun 2023, membuat penulis penasaran. Pasalnya, antara kebutuhan yang diharapkan dengan list daftar barang yang dibolehkan, jauh panggang dari api alias tidak ketemu. Sepertinya tujuan pemerintah dan harapan sekolah dalam pemberian bantuan ini kurang match, dan mungkin inilah tujuan asistensi itu. 

Tahun ini, beberapa SMK diundang oleh dinas pendidikan Provinsi Sulawesi Tengah untuk melakukan asistensi bantuan alat praktek. Kegiatan berlangsung 3 hari, tanggal 25-27 Maret 2023 yang lalu, di Hotel Santika Palu. 

Panitia mengundang kepala sekolah dan ketua jurusan. Jadi, jika yang diundang 3 orang, maka berarti sekolah itu mendapat bantuan peralatan untuk dua jurusan. Kebetulan sekolah penulis hanya dua orang. Jurusan yang mendapat bantuan memang hanya jurusan pertanian khususnya bidang keahlian ATPH meski pun sekolah kami memiliki 6 bidang keahlian dari 5 jurusan. 

 "jangan mengusulkan alat yang tidak ada dalam daftar, itu tidak bisa" Tegas tim verifikasi saat acara pembukaan. Kecewa? , ada, tapi sedikit. 

Harapan itu tiba-tiba muncul lagi saat ibu Kadis memberikan sambutan. "Kalaupun ada alat yang diperlukan tetapi tidak ada dalam daftar, silakan diusulkan terpisah, siapa tau bisa kita anggarkan di APBD provinsi" Urai ibu kadis sedikit menghibur.

Siapa tau, itu berarti tidak pasti atau bahkan tidak mungkin, mengingat terbatasnya APBD. Tetapi setidaknya harapan masih ada. 

Mencermati situasi itu akhirnya penulis bersama ketua jurusan ATPH. Ibu Wahida, SP. Sepakat, tidak mengusulkan alat yang tidak tercantum dalam daftar atau juknis. Sulit dikabulkan. "Pilih saja yang ada dalam daftar" Saran penulis. 

Mulailah kami memilih satu persatu alat yang akan diusulkan melalui daftar alat yang dibagikan oleh panitia kepada masing-masing perwakilan sekolah. 

Yang menarik perhatian penulis adalah list peralatan yang ada dalam daftar. Hampir sebagian besar alat ukur. Penulis memperkirakan sekitar 70 hingga 80 persennya. 

Muncul pertanyaan dalam benak penulis, mengapa dan untuk apa pemerintah memberikan alat ukur dengan berbagai jenis itu? Alat ukurnya lumayan canggih, serba digital pula, sudah tentu semuanya terkait dengan kegiatan pertanian. 

Padahal ditahun sebelumnya alat yang sama sebagian besar sudah ada. Mirisnya sebagian besar pula tidak digunakan. Harganya juga lumayan mahal. Bukankah ini pemborosan? Kerugian hampir pasti. 

Pertanyaan tersebut terus menggelitik nurani penulis. Namun, penulis yakin, bahwa pemerintah  pasti memiliki tujuan dan harapan mulia dengan bantuan ini. Utamanya jika dikaitkan dengan pembentukan kompetensi siswa di bidang pertanian. 

Karena itu, penulis mulai mencoba mencerna dan menelisik hikma dibalik bantuan ini sambil merefleksikan kembali apa yang terjadi dengan bantuan-bantuan sebelumnya. 

Bukankah tujuan utama jurusan ATPH dan ATP yang diberi bantuan itu adalah menyiapkan Peserta Didik memasuki lapangan kerja dengan mengembangkan sikap profesional di bidang agribisnis tanaman pangan dan holtikultura dan atau perkebunan? 

Untuk bisa dinilai profesional, pekerja harus menunjukkannya melalui kualitas kerja dan kepribadian. Dalam istilah lainnya, Hard skill dan softskills-nya harus bagus. Pada konteks ini yang dimaksud tentu skill yang terkait dengan kualitas kerja di bidang agribisnis tanaman pangan dan holtikultura atau tanaman perkebunan. 

Artinya siswa SMK jurusan ATPH dan ATP itu harus memiliki keahlian spesifik dalam mengelola pertanian. Bertani dengan penuh perhitungan. Berbasis data sesuai tantangan alam, kondisi tanah, iklim dan cuaca. Mengelola lahan dengan teknologi. Bekerja secara efektif, efisien, dan ekonomis. 

Jadi, tidak asal bertani. Tidak asal menanam. Jika berpraktik, tidak asal berpraktik. Atau hanya bertani sebagaimana petani konvensional bertani. Ya, harus profesional. Bertani dengan prosedur dan standar kerja yang tinggi. Pokoknya menjadi petani yang berbeda dari petani umumnya. 

Bayangan penulis, pemerintah ingin siswa SMK seperti itu. Maka di berikanlah bantuan alat ukur. 

Pesan pentingnya, sebelum memutuskan untuk membudidayakan suatu jenis tanaman, siswa harus menilai dulu situasi dan kondisi yang dihadapi. Agar pertumbuhan, perkembangan, dan hasil pertanian yang dikelola oleh siswa jauh lebih baik dari cara bapaknya atau masyarakat umumnya bertani. 

Misalnya tanaman apa yang akan dibudidayakan. Menilainya bagaimana? Lakukan survei pasar. Pilih jenis tanaman yang laku di pasar agar bisnisnya menguntungkan. 

Setelah terpilih jenis tanamannya, langkah berikutnya, persyaratan lingkungan yang bagaimana yang diperlukan tanaman tersebut. Apa yang dilakukan? Sudah pasti dengan melakukan pengukuran. 

Ukur luas lahan yang akan ditanami sesuai target produksi. Pakai apa? Alat ukur lahan. Teodolit. Ukur PH tanah, pakai alat ukur PH tanah. 

Ukur hara tanah, pakai alat ukur hara tanah. 

Ukur kelembaban udara, pakai alat ukur kelembaban udara. 

Ukur curah hujan, pakai alat ukur curah hujan. Dst. 

Setelah data-data hasil pengukuran diperoleh, lakukan analisis data. Analisis pula kebutuhan tanaman sesuai hasil analis data lingkungan. Jika ada yang kurang dari kondisi yang perlukan, maka lakukan penyesuaian-penyesuaian. Misalnya, jika PH kurang, maka tanah diberi kapur dulu, atau perlakuan lain yang dibutuhkan. Intinya, lakukan rekayasa lingkungan tumbuh kembang tanaman sesuai kebutuhannya. 

Dari penjelasan tersebut, jelas terlihat untuk apa pemerintah memberikan bantuan alat ukur. Jadi, jika ada alat ukur yang tidak digunakan selama ini, maka hal tersebut mengindikasikan lemahnya pembelajaran kejuruan, khususnya dibidang pertanian. 

Artinya pembelajaran kejuruan selama ini, mungkin memang belum optimal. Pembelajaran pertanian baru mempraktikkan hal- hal yang sederhana. Belum menyentuh aspek substansi agribisnis. Belum ada perbedaan signifikan antara cara bertani orang tua siswa yang petani dengan anaknya yang belajar di sekolah pertanian. Atau jangan-jangan malah cara bertani para petani konvensional lebih baik dari cara bertani alumni SMK yang dilatih oleh yang katanya profesional. 

Lalu bagaimana bisa, kita berharap memperoleh Peserta Didik yang memiliki sikap profesional di bidang agribisnis tanaman pangan dan holtikultura atau perkebunan jika pembelajaran yang dilakukan abai dengan berbagai persyaratan itu? Itu hampir mustahil. 

Solusinya bagaimana? Ya, harus bertransformasi dari cara pembelajaran yang biasa saja, menjadi cara pembelajaran yang berorientasi mutu. Penulis menyarankan lakukan pembelajaran dengan pola pikir bisnis melalui Tefa (Teaching Factory). Dengan pola pikir bisnis, maka pembelajaran akan lebih produktif, terukur, terkendali, efektif, efisien, ekonomis, dan menguntungkan baik finansial maupun dalam pembentukan sikap kerja. 

Pembelajaran kejuruan dengan pola pikir bisnis akan mendorong efisiensi penggunaan alat dan bahan, membiasakan siswa bekerja dengan target mutu, meng-habituasi sikap kerja yang baik, meningkatkan kemampuan dan keterampilan teknis siswa, menumbuhkan jiwa Interprenursif, dan membiasakan manajemen kerja yang baik. 

Tolitoli, 6 April 2023

Muliadi

Wassalam