Pages - Menu
Senin, 20 Desember 2021
Kamis, 16 Desember 2021
Pentigraf (Negeri Aneh)
Oleh Muliadi
Konon disebuah negeri yang indah nan subur terdapat sebuah lembaga pelatihan yang disebut Asadi. Secara fisik Asadi tidak jauh berbeda dengan lembaga pelatihan pada umumnya. Namun, sarana pelatihan yang dimiliki oleh Asadi terbilang cukup mewah. Asadi digadang-gadang sebagai lembaga pelatihan terbaik dari segi fasilitas. Berbagai status disematkan untuk memberi kesan bahwa Asadi adalah lembaga pelatihan bermutu. Status mentereng, seperti Lembaga Latih Kerajaan (LLK) atau royal center of excellence membuat Asadi selalu istimewa dimata kerajaan.
Namun anehnya, pihak kerajaan tidak pernah tahu apa yang terjadi di lembaga ini. Asadi yang telah diberikan banyak bantuan, ternyata tidak memberikan hasil optimal sebagaimana diinginkan. Mutu pelatihan terpuruk. Budaya belajar merayap. Aksi tipu-tipu dan budaya korupsi tumbuh subur. Nilai peserta latih dapat dimanipulasi dengan mudah. Iklim dan budaya akademik gersang. Kepemimpinan akademik hanya impian. Pimpinan Asadi mampak sebagai pimpro ketimbang pimpinan lembaga pelatihan.
Meredupnya mutu pelatihan di lembaga Asadi, tidak menghilangkan kesempatannya memperoleh bantuan. Status elegan silih berganti disematkan, membuatnya senantiasa spesial dibanding lembaga latih lain. Jumlah peserta latih yang besar turut membuatnya bersinar, sehingga teropong kerajaan selalu tertuju padanya. Hasilnya, pembangunan fisik terus berdatangan. Begitu masifnya, sampai gedung yang dibangun pun bertumpuk bak benteng kerajaan. Mungkin memang kerajaan sengaja menyiapkannya untuk perang. Entah perang melawan siapa. Benar-benar lembaga pelatihan di negeri yang aneh.
Minggu, 12 Desember 2021
Serba Mudah
Belajar sekarang serba mudah. Belajar apa saja. Setidaknya itu menurut saya. Tentu pelajaran yang baik dan bermanfaat, baik untuk diri sendiri atau orang lain. Belajar tidak perlu menghapal. Bahkan boleh dikata, kita sedikit menghemat kerja otak. Betapa tidak, kalau kita lupa misalnya, tinggal ketik saja kata kuncinya, maka informasi yang kita butuhkan langsung terbuka.
Saya membayangkan otak kita itu seperti ada cadangannya. Misalnya ketika saya mau membuat format halaman di word. Ceritanya saya mau membuat halaman berbeda antara satu bagian dengan bagian lainnya. Bagian dokumen yang lain saya ingin beri nomor romawi. Sementara halaman lainnya, saya mau beri halaman dengan angka biasa (angka latin).
Awalnya saya tidak tahu caranya. Sempat bingung juga, tetapi tidak lama sebab saya tahu bahwa ada cara cepat untuk mengetahuinya. Saya tinggal mengetikkan kata kunci "membuat penomoran berbeda pada halaman berbeda" pada halaman pencarian google. Tidak butuh waktu lama, angsung dapat petunjuk. Tidak perlu saya membaca semuanya. Cukup beberapa bagian saja, yang penting informasinya dapat. Hasilnya, penomoran halaman langsung jadi.
Sabtu, 27 November 2021
Pentigraf (Kutinggalkan)
Pagi itu suasana hati Agmatino benar-benar galau, pikirannya tegang. Beberapa properti yang harus dia siapkan untuk kegiatan belum juga beres, sementara waktu pelaksanaan semakin mendesak. Agmatino membuka laptop untuk membuat sertifikat yang harus diserahkan pagi itu. Proses loading laptop membuat raut mukanya seakan meledak. Seperti sedang menunggu ribuan tahun, detik demi detik terasa begitu lambat. "Astagfirullah, kenapa lambat sekali laptop ini loading" gumannya. Berkali-kali ditekannya tombol Esc dengan harapan ada percepatan. Tapi nampaknya sia-sia, proses loading tetap saja tidak berubah. Agmatino sendiri sebenarnya sadar bahwa proses loading laptop biasa saja. Tetapi logikanya seakan sudah tertutup oleh emosi dan ketegangan jiwanya.
Tetiba dari balik kamar, terdengar suara Rani istrinya menanyakan kunci motor yang biasa digunakannya. "Papa tidak lihat kunci?" sayup-sayup suara Rani memecah kebuntuan pagi itu, Agmatino tidak menjawab. Dia pikir pasti istrinya dapat menemukan sendiri. Sekonyong-konyong suara motor beat terdengar meluncur meninggalkan rumah. Itu pasti dia, pikir Agmatino. Lalu kenapa pula dia pergi tanpa pamit begitu? cepat-cepat disiapkannya semua properti yang akan di bawah. Agmatino menyambar kunci mobil yang tergeletak di atas meja. Dilihatnya jam di HP sudah menunjukkan pukul 08.30. Wajahnya semakin kalut. Istri belum juga pulang. Dia mencoba menyusul dengan mobil. Tapi Agmatino tidak menemukannya. Entah kemana dia pergi. "Tega sekali dia pergi tanpa pamit meninggalkanku" keluh Agmatino dalam hati. Apakah dia tidak mempertimbangkan anaknya yang masih membutuhkan asuhannya. Pikirannya semakin kacau membuat konsentrasinya buyar, hampir saja seorang ibu terserempet oleh mobil yang dikendarainya, Astagfirullah.
Tiga kali dikitarinya jalanan kota dan kembali ke rumah, tapi lagi-lagi dia tidak menemukan istrinya. "Kemana gerangan istriku" suara lirih keluar dari mulutnya. Sesaat kemudian tangisan anaknya yang masih bayi terdengar dalam rumah. Mungkin sibayi yang baru dua bulan itu menyadari situasi yang kurang baik itu, Hati Agmatino tidak sabar lagi menunggu di rumah. Tekadnya sudah bulat, akan meninggalkan istrinya. Terserah pikirnya saat itu. Agmatino menyalakan mobil. Diinjaknya pedal gas dengan emosi. Mobil meluncur mengeluarkan suara cicit bergesekan dengan aspal. Entah dari mana dia muncul, tiba-tiba istrinya sudah ada di depan mobil dengan motor beatnya. "Kenapa lama sekali" sergah Agmatino. "Saya cari susu untuk mazen, susunya habis" jawab Rani istrinya. "Saya tadi keliling cari susu MT, tapi tidak ada, kebetulan begitu saya balik lagi, apotik yang menjual susu MT sudah buka" bebernya panjang lebar. "Ya, sudah, cepat simpan motor, kita berangkat". Mereka berangkat menuju arena kegiatan pelaksanaan upacara HUT PGRI ke-76 dan HGN 2021. Ada dua teman guru yang ikut. Alhamdulillah, akhirnya mereka tiba dengan selamat, kegiatan juga belum dimulai.
Rabu, 24 November 2021
Terpaksa
Untung tak dapat diraih, malang tak dapat di tolak, itulah keadaan yang saya alami. Kegiatan sudah direncanakan. Ada dua kegiatan, yaitu acara bincang santai kepenulisan dan acara puncak peringatan HUT ke-76 PGRI dan HGN 2021. Pada acara puncak yang saya risaukan bukan acara puncaknya, tetapi pada hari itu ada acara pentingnya buat saya dan kawan-kawan guru penulis, yaitu lauching buku. Kedengarannya keren kan? he..he.. sebenarnya saya sendiri agak malu-malu menyebut istilah itu. Tapi saya tidak menemukan istilah lain yang tepat.
Nah, dua acara ini, yaitu bincang santai dan launcing buku, keduanya "mentor-nya" saya. Artinya kalau saya tidak hadir, acaranya pasti tidak akan seru. Sebenarnya acaranya sih masih bisa jalan meskipun tanpa saya. Tetapi saya yakin teman-teman penulis lain pasti merasa tidak PD juga, mengingat acara ini, termasuk sensasional yang memiliki nilai promosi dan motivasi. Saya sebut begitu, karena saya dan kawan-kawan memang akan mempromosikan bahwa di Tolitoli ini ada guru-guru "hebat" yang sudah berkarya di duni literasi. Sedangkan sisi motivasinya adalah ingin mengajak seluruh guru di Kabupaten Tolitoli untuk terlibat aktif dalam kegiatan literasi dan memperbanyak karya melalui tulisan.
Lalu apa masalahnya? nah ini dia. Sejak kemarin, hari selasa asam urat saya belum juga redah. Sehari sebelumnya memang saya sudah merasakan serangan asam urat tinggi. Tetapi saya cuek saja, meski berjalan harus mengatur langkah agar tidak terlalu sakit, tetap saja dampaknya tetap terasa. Apalagi kemarin itu, saya pakai mobil sendiri, otomatis kaki kiri yang mendapat giliran kena asam urat tetap harus melaksanakan tugas menginjak pedal kopling. Belum lagi tanjakan terjal Pangi harus dilewati. Alhasil, dampak asam uratnya makin tidak terkedali.
Semalam saya meminta istri membelikan saya obat lagi. Harapannya setelah minum obat, siapa tahu rasa sakitnya bisa redah. Memang sejak semalam, rasa sakit ini bertambah-tambah. Bengkaknya pun sepertinya terus naik. Setelah makan malam dan minum obat, saya putuskan untuk istrahat. Tetapi belum lagi sempat merebahkan badan, eh teringat kalau bahan untuk presentasi besok belum juga selesai. Mau tidak mau saya harus berdamai dengan rasa sakit sambil membuat materi untuk besok. Alhamdulillah, meski sedikit agak dipaksakan jadi juga bahan presentasinya, berharap besok efek asam urat bisah lebih bersahabat.
Namun harapan untuk mendapatkan keadaan normal pagi harinya, ternyata tidak sepenuhnya berhasil. Efek obat dan istrahat yang diharapkan terjadi, nampaknya kurang berhasil. Sejak subuh saya sudah mencoba menggerakkan kaki kiri yang sakit. Ada sedikit perubahan, tetapi nampaknya rasa sakit masih cukup mengganggu. Belum bisa diinjakkan secara secara normal. Masih terlalu sakit kalau dipaksanakan berjalan. Apalagi kalau pakai sepatu, pasti sangat sangat sakit. Disini masalahnya, sementara kehadiran saya di acara bincang santai kepenulisan itu sangat penting. Saya pengagas acaranya, dan saya pula penanggungjawabnya.
Saya harus punya cara untuk bisa ke arena kegiatan, sebab kalau tidak, tentu akan kurang seru. Saya sebenarnya sudah punya ancar-ancar akan ikut bersama dengan ketua PGRI Tolitoli. Tetapi ternyata beliau sudah bermalam di lokasi. Jadi tidak mungkin saya ikut dengan beliau. Untungnya beliau memberikan solusi. Beliau berjanji akan mengontak Salmin. Salmin ini salah satu staf admin PGRI yang juga staf di SD Percontohan dimana pak Ketua bertugas. Alhamdulillah, permasalahan terpecahkan. Pagi-pagi Salmin sudah menelpon menyatakan siap menjemput saya ke lokasi acara.
Saya hanya berharap semoga Allah swt meridhoi niat saya ini, dan acara yang sudah direncanakan bisa berjalan dengan baik dan lancar. Sebenarnya kami sangat berharap acara ini menjadi pemicu semangat dan motivasi sahabat guru untuk terus mengembangkan diri melalui kegiatan menulis.
Tolitoli, 24 November 2021
Muliadi
Kamis, 18 November 2021
Inklusivitas di Dunia Digital
Apa itu inklusivitas?
Inklusivitas berasal dari kata inklusi. Kata ini diambil dari kata “inclusion” yang berarti mengajak masuk atau mengikutsertakan atau merangkul. Dalam KBBI dijelaskan bahwa inklusi salah satu kata sifat atau adjektiva yaitu kata yang menjelaskan nomina atau pronomina. Sehingga jika di lekatkan pada kata dunia digital dan menjadi inklusif di dunia digital artinya sifat inklusif di dunia digital. Dengan demikian, maka inklusifitas di dunia digital pada hakekatnya adalah penerapan sifat inklusif di dunia digital, yaitu suatu sikap yang penuh keterbukaan, menerima segala bentuk perbedaan, dan turut memfasilitasi perbedaan dan keragaman untuk memperoleh akses, dan manfaat dari dunia digital.
Sifat inklusif berlawanan dengan sifat eksklusif. Sifat eksklusif atau eksclusion, artinya menegasi atau mengeluarkan. Sifat ekslusif menggambarkan suatu sifat mengistimewakan. Sifat ini cenderung menganggap pihak lain yang beda, tidak layak atau tidak perlu berada dalam kelompoknya. Sifat ekslusif selalu memperkuat identitas kelompok dan melemahkan atau merendahkan kelompok lainnya. Perbedaan dan keragaman tidak dipandang sebagai kekayaan khasanah sosial, tetapi justru akan dianggap sebagai ancaman terhadap identitas kelompok. Tentu saja sifat ini, akan sangat berbahaya, apalagi jika terjadi di dunia digital.
Mengapa kita harus bersikap inklusif di dunia digital?
Digital sendiri berasal dari kata digitus bahasa yunani yang artinya jari jemari. Jemari kita ada 10. Nilai 10 terdiri dari 2 angka penting (radix) yaitu 0 dan 1. Angka ini disebut juga angka biner. Setiap sistem komputer menggunakan sistem bilangan biner sebagai basis data. Sistem biner (binary digit) disebut juga sistem digital.
Dalam pengertian ini, dunia digital lebih dimaknai sebagai segala hal yang berkaitan dengan kemajuan teknologi digital dengan infrastruktur utamanya adalah internet. Nah, terkait dengan topik kita ini, maka dunia digital yang dimaksud disini adalah dunia dimana terjadi interaksi dan komunikasi antara individu atau anggota masyarakat dengan memanfaatkan perangkat digital (HP, Android, Komputer, dan sejenisnya) berbasis internet.
Salah satu konsekuensi dari masifnya penggunaan teknologi digital adalah lahirnya kelompok masyarakat baru yang disebut masyarakat digital (digital society). Masyarakat digital merupakan masyarakat yang bertranformasi dari masyarakat "konvensional" melalui penggunaan perangkat digital berbasis jaringan. Sederhananya, permasalahan yang berasal dari dunia nyata yang relatif terbatas, kemudian dibawa ke dunia maya dan akhirnya menjadi konsumsi publik yang lebih luas. Oleh sebab itu, dunia nyata dan dunia digital pada hakekatnya terhubung.
Meskipun dunia nyata dan dunia digital terhubung, tetapi masing-masing memiliki karakteristik yang khas. Jika interaksi dan komunikasi di dunia nyata relatif terbatas, maka ketika masuk ke dunia digital maka interaksi dan komunikasi akan mengglobal. Apapun yang disampaikan atau dimasukkan (upload) ke dalam perangkat digital yang terhubung dengan internet, akan otomatis menjadi konsumsi publik yang nyaris tanpa batas.
Akibatnya, ragam pandangan, respon, atau tanggapan atas setiap postingan akan lebih tinggi. Potensi dampaknya pun akan lebih besar, baik potensi baik maupun potensi buruk. Potensi baiknya, seseorang bisa menjadi populer dan mendapat simpatik dari banyak orang. Sementara potensi buruknya, seseorang bisa juga menjadi "hancur" nama baiknya, turun martabatnya akibat fitnah, ancaman, perundungan, berita hoaks, dan lain-lain. Potensi konflik pun semakin terbuka akibat dari tajamnya perbedaan pandangan. Tidak sedikit konflik sosial terjadi akibat perbedaan pandangan yang dipertajam melalui media sosial.
Oleh sebab itu, salah satu alasan perlunya sikap inklusif di dunia digital adalah untuk menghadirkan sikap respek terhadap perbedaan yang kerap muncul di dunia digital. Melihat perbedaan dan keragaman sebagai sebuah keniscayaan, sehingga perbedaan harus dilihat sebagai "perekat" persatuan daripada sebagai alasan untuk "menghancurkan" atau crush. Perbedaan dan keragaman merupakan ornamen yang mempercantik kehidupan bermasyarakat, dan bukannya menjadi alasan pembenar untuk saling memusuhi.
Allah swt sendiri mengingatkan kepada manusia untuk selalu bersikap inklusif terhadap perbedaan. Dalam surah Al-hujurat ayat ke-13 Allah berfirman
"Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha teliti".
Perbedaan adalah sunnatullah yang tidak bisa dicegah oleh manusia. Allah sengaja menciptakannya agar diperoleh sebuah keindahan. Keindahan dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk, termasuk keindahan dalam bermasyarakat karena hadirnya akhlak dalam berinteraksi. Bagaimana mungkin bisa melihat keindahan dalam warna yang monoton?
Oleh sebab itu mendorong terwujudnya masyarakat digital yang inklusif menjadi sebuah keharusan, yaitu sebuah masyarakat yang mampu menerima berbagai bentuk keberagaman dan keberbedaan serta mengakomodasinya ke dalam berbagai tatanan maupun infrastruktur yang ada di masyarakat digital. Perbedaan dan keberagaman meliputi keberagaman budaya, pandangan, bahasa, gender, ras, suku bangsa, strata ekonomi, termasuk keberbedaan karena kemampuan fisik / mental (disabilitas).
Pada intinya kita berada dalam lingkungan yang inklusif dan harus mempunyai “sikap” yang inklusif, karena lingkungan inklusif adalah lingkungan sosial masyarakat yang terbuka, ramah, meniadakan hambatan dan menyenangkan karena setiap warga masyarakat tanpa terkecuali saling menghargai dan merangkul setiap perbedaan. Tidak ada satu orang pun di dunia ini termasuk dunia digital yang dapat menghindar dari perbedaan. Perbedaan itu ada karena kita hidup sebagai makhluk sosial dan bukan makhluk individual.
Karena setiap perbedaan dan keragaman perlu diperlakukan secara adil, maka sikap inklusif juga diperlukan untuk mengakomodir setiap perbedaan karena keterbatasan fisik dan mental. Dalam hal ini penyandang disabilitas atau kelompok inklusi, perlu mendapat fasilitas yang ramah terhadap kebutuhan khusus mereka di dunia digital. Dalam lingkungan masyarakat digital yang inklusif, penyandang disabilitas selain harus aman dari berbagai bentuk perundungan, pada saat yang sama harus mampu menyediakan fasilitas yang ramah disabilitas dalam mengakses perangkat digital.
Selain dari sisi keterbatasan fisik dan mental, hambatan lain yang menghambat inklusivitas di dunia digital adalah keterbatasan karena faktor wilayah. Kondisi geografis Indonesia yang beragam telah menimbulkan kesenjangan dalam memperoleh akses internet. Saat ini jaringan internet belum sepenuhnya mampu menjangkau seluruh wilayah Indonesia, terutama pada daerah terpencil. Tentu ini menjadi tantangan tersendiri dalam mendorong inklusivitas di dunia digital.
Namun pada konteks ini, pemerintah terus berupaya memenuhi keterjangkauan internet ke seluruh wilayah Indonesia dengan cara meningkatkan pembangunan infrastruktur jaringan. Meskipun diakui bahwa penetrasi pembangunan jaringan internet di Indonesia termasuk rendah. Tetapi, upaya untuk melakukan pemerataan jangkauan internet terus dilakukan.
Akhirnya dengan mengembangkan 3 aspek tersebut di atas, yaitu inklusif dalam melihat perbedaan, inklusif karena keterbatasan fisik, dan inklusif karena keterjangkauan internet, maka inklusivitas di dunia digital dalam diwujudkan secara efektif.
Minggu, 14 November 2021
Jadi Baik
Selasa, 09 November 2021
Catatan Pembelajaran Hari ini
Selasa, 9 Nopember 2021
Pukul 07.20 - 09.00
Jumat, 05 November 2021
Catatan Pembelajaran Mat XII TKJ 2
Kamis, 4 Nopember 2021
Hari ini saya mengajar di kelas XII TKJ 2, jumlah siswa hadir saat itu 14 orang. Pembelajaran di mulai pukul 07.20. Namun beberapa siswa masuk terlambat. Saya mempersilahkan saja mereka masuk. Tidak ada komentar atau nasehat agar jangan lagi terlambat. Saya pikir, kehadiran mereka lebih utama dari pada mereka terlambat.
Materi hari itu masih membahas tentang jarak. Jarak titik terhadap bidang. Saya mencoba sebuah strategi baru (menurut saya), yaitu memecahkan masalah "alah saya" sebut saja begitu. Ceritanya: saya memberikan soal di awal, kemudian memberi waktu kepada siswa untuk memikirkan, informasi apa yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Berikut masalah atau soal yang saya berikan:
Kamis, 04 November 2021
Refleksi 76 tahun PGRI
Boleh dikata, bulan ini adalah bulan eforia bagi guru dan anggota PGRI. Iya, acara tahunan ini memang telah menjadi agenda tetap, HUT PGRI dan HGN. Dua kegiatan yang terlihat seperti berbeda, tetapi pada hakekatnya satu. HGN ditetapkan jatuh pada tanggal 25 Nopember setiap tahunnya melalu Keppres nomor 76 tahun 1994. Sementara, 25 Nopember sendiri adalah hari kelahiran PGRI, yang tahun ini genap berusia 76 tahun.
Meskipun disinyalir ada sejumlah pihak yang ingin mengaburkan eksistensi PGRI sebagai organisasi yang menjadi penyebab lahirnya Hari Guru Nasional. Namun hal itu tentu tidak mudah dilakukan. Bagaimana pun juga perjalanan panjang PGRI sebagai organisasi guru telah turut mewarnai perjuangan kemerdekaan Indonesia. Sehingga wajar jika usia PGRI sama dengan usia kemerdekaan, yaitu 76 tahun.
Terlepas dari semua itu, yang terpenting adalah HUT PGRI dan HGN merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Artinya memperingati HGN tanpa mengingat HUT PGRI sama saja dengan memperingati kemerdekaan tanpa pembacaan teks proklamasi, tentu tidak akan lengkap dan pas.
Tetapi pertanyaan yang menggelitik adalah bagaimana memaknai HUT PGRI dan HGN setiap tahunnya? Apakah peringatan dan perayaan itu hanya selesai dalam balutan kegembiraan sesaat, sementara problem pendidikan dan guru seakan tak pernah beranjak. Lomba-lomba yang mendorong pada penguatan profesionalisme guru pun masih kurang diminati. Perhatian dan etos kerja kita lebih banyak pada kegiatan yang lebih mengandalkan fisik.
Lalu, apakah itu salah, tidak juga. Apalagi untuk alasan memeriahkan. Namanya juga meriah, ya harus ramai, heboh dan menggembirakan. Tetapi jika fokus kegiatan kita belum mencoba beralih dari posisi semula. Artinya dari tahun ke tahun itu-itu saja, maka artinya tidak ada kemajuan dari apa yang telah dilakukan bertahun-tahun ini.
Jika dicermati, saya berpandangan setiap wujud aktivitas organisasi merupakan gambaran kualitas organisasi. Kualitas organisasi adalah refleksi kinerja pengurus organisasi. Organisasi adalah benda mati, kualitas warnanya bergantung pada kreativitas dan kualitas pengurusnya. Jadi secara logik, memperbaiki organisasi dilakukan dengan memperbaiki kualitas pengurusnya. Kalau yang ini juga semua sudah tahu.
Masalahnya adalah sepengetahuan saya, belum perna sekalipun pengurus yang terpilih, begitu dilantik kemudian mendapat pelatihan khusus bagaimana mengelola organisasi. Padahal notabene orang-orang yang terpilih sebagai pengurus bukanlah orang-orang berpengalaman berorganisasi. Kalau pun perna berorganisasi, pengalaman mereka pun bukan pengalaman terbaik. Paling-paling sama dengan pengalaman saat ini, tidak ada kemajuan atau perubahan. Sehingga wajar jika kapasitas dan kapabilitas mereka belum bisa diandalkan mengelola organisasi secara produktif.
Kita memang relatif abai dalam hal ini, akibatnya progres organisasi tidak mengalami pergeseran secara positif. Kecuali pencapaian besar dalam melunasi iuran. Saya jadi tergelitik dengan kritik pak Syam pada saat presentasi virtual, beliau mengatakan wajar saja jika anggota PGRI di sekolah bertanya "apa yang telah dilakukan PGRI kepada kami, apakah hanya menagih iuran"? Saya memahami kritik pak Syam terkait dengan sikap pengurus yang masih enggan menyampaikan hasil-hasil perjuangan PGRI. Tetapi bagi saya, itu juga belum cukup. Masih tetap diperlukan kehadiran program-program strategis yang digagas oleh pengurus pada setiap tingkatan yang langsung menyentuh kepentingan anggota. Jadi pengurus di daerah bukan hanya corong, tetapi lebih dari itu berperan menggerakkan sesuai kewenangannya.
Saya sendiri baru mulai serius mendalami PGRI pada kepemimpinan pak ketua saat ini. Hal ini mungkin terkait iklim dan gaya kepemimpinan dan visi dari masing-masing pemimpin. Dalam pencermatan saya, setiap pemimpin telah menunjukkan monumen hasil kepemimpinannya. Ada yang berhasil membangun aset, ada pula yang berhasil menyelesaikan hutang. Jadi dalam setiap periode kepemimpinan pasti ada kelebihannya.
Namun ada pula yang belum berubah yaitu pola manajemen organisasi. Hal tersebut antara lain terlihat dari warna kegiatan yang belum mengalami perubahan. Kegiatan yang dilaksanakan umum-nya relatif stagnan. Masih berputar disekitar olahraga dan seni. Sementara dari aspek kegiatan yang berhubungan langsung dengan peningkatan kapasitas profesional belum mendapat proporsi yang seimbang.
Warna dan kreativitas menurut hemat saya mungkin hanya dampak, yang justru menentukan adalah manajemen organisasi. Kita pasti paham, setidaknya ada dua hal yang penting dalam berorganisasi, yaitu kepemimpinan dan manajemen. Saya tidak ingin mengurai terlalu jauh soal konsep keduanya. Yang jelas kepemimpinan berkenan dengan kemampuan menggerakkan dan mempengaruhi. Dalam filosofi Tutwuri Handayani, didepan mengarahkan, ditengah membimbing, dan dibelakang mendorong, itu peran pemimpin. Tapi kemimpinan saja tidak cukup. Yang tidak kalah pentingnya adalah manajemen. Manajemen itu berhubungan dengan kemampuan mengatur. Kalau memimpin sumberdayanya kharisma, maka manajemen sumber dayanya ilmu pengetahuan dan keterampilan. Contoh manajemen waktu, artinya mengatur waktu, alatnya: pengetahuan dan keterampilan mengatur waktu.
Sampai sejauh ini, kepemimpinan di PGRI menurut hemat saya tidak ada problem yang serius. Semua sudah berjalan cukup baik. Namun dari sisi manajemen, nampaknya kita masih banyak bermasalah. Mudah sekali melihat buktinya. Jika merujuk pada konsep manajemen, setidaknya ada 4 tahapan manajemen yang harus dilakukan, yaitu perencanaan, organisasi, kontrol, dan evaluasi. Pola ini secara implisit telah ada dalam sistem organisasi, tetapi problemnya belum tau cara menggunakannya. Kenapa? Karena perlu ilmu. Kalau ilmunya kurang, maka pasti tidak optimal. Buktinya, sekretaris PGRI Banggai sampai mempertanyakan tupoksi wakil ketua. Artinya ada kesenjangan di sana. Dan persoalan yang dialami oleh pengurus PGRI Banggai itu merupakan sinyal dan refleksi kualitas manajemen yang ada di daerah.
Siapapun boleh jadi pemimpin dengan kharisma yang dimilikinya. Tetapi tanpa kemampuan manajemen yang baik, pasti tidak akan berhasil mencapai tujuan. Kalaupun tercapai, pasti boros, tidak substantif, tidak efektif, dan tidak efesien. Bahkan pada kondisi tertentu yang dilakukan cenderung tidak kreatif, monoton, dan tidak up to date. Salah satu dampaknya itu tadi, kegiatan yang belum beranjak dari kegiatan sebelumnya.
Saya ingin mengatakan, jika kegiatan-kegiatan pada peringatan HUT PGRI dan HGN masih belum meningkat, dan hanya fokus pada kegiatan yang itu-itu juga, maka boleh jadi organisasi yang besar ini belum berhasil memberikan perubahan pada pola pikir segenap anggotanya. Jika kreativitas dan inovasi sebagai gagasan perbaikan mutu pendidikan yang semestinya menjadi konsen organisasi masih belum tumbuh dan berkembang, maka bisa jadi itu dampak dari kualitas manajemen yang belum baik. Jangankan organisasi, artis saja butuh manajer. Artinya apa, manajemen itu sangat penting, manajemen itu mesin produksi, manajemen itu penggerak.
Lalu, bagaimana agar bisa berubah kearah yang lebih baik? Jawabannya: buat pelatihan manajerial untuk para pengurus PGRI. Materi pelatihannya antara lain: merumuskan dokumen rencana kerja, menyusun RAPBO, menyusun jadwal kerja, cara melaksanakan kegiatan, cara melakukan kontrol atau pengawasan, dan cara melakukan evaluasi. Satu lagi yang tidak kalah penting, siapa melaksanakan apa, dst.
Dengan pola manajemen seperti itu, maka sumber daya yang terbatas sekalipun bisa dibuat efektif, terukur penggunaanya, dan terukur pencapaiannya. Dalam prinsip SMM, tulis yang anda kerjakan dan kerjakan yang engkau tulis. Jangan melakukan sesuatu secara mendadak, tiba saat tiba akal. Apalagi jika kegiatan itu memerlukan anggaran yang besar. Sudah semestinya menempatkan program hasil konferensi sebagai panduan dalam bekerja, dan bukan semata-mata improvisasi.
Rumusnya kepemimpinan kuat, manajemen hebat, maka PGRI maju dan berjaya. Bukan tidak mungkin PGRI sebagai organisasi besar akan menjadi 3 kekuatan utama yang akan mewarnai Indonesia, yaitu Muhammadiyah, NU, dan PGRI.
Muliadi,M.Pd
4 November 2021
# DirgahayuPGRI
# GuruMenolakMenyerahkarenaCorona
Sabtu, 30 Oktober 2021
Rapat Panitia HUT PGRI & HGN 2021
Saya sendiri tidak terlalu paham mengapa SDN Salugan yang dipilih sebagai tempat pelaksanaan rapat. Namun sepanjang pengamatan saya, lokasi sekolah memang cukup strategis, karena terletak tepat dipinggir jalan, dan berhadapan langsung dengan lapangan sepak bola. Dari penyampaian pak korwil Lampasio, saya ketahui kalau ketua PGRI cabang Lampasio masih keluarga dekat (paman dan kemenakan). Mungkin ini juga salah satu alasan, rapat dilaksanakan di Desa ini.
Saya bersama tim pengurus kabupaten berangkat ke lokasi rapat sekitar pukul 08.20 WITA. Ada dua mobil yang kami gunakan. Star dimulai dari sekretariat PGRI di jalan Sona Kelurahan Nalu. Ada kesepakatan bahwa pengurus yang akan ikut dengan rombongan agar berkumpul di sekretariat. Tetapi setelah menunggu beberapa saat, ternyata beberapa personil yang berencana ikut, ternyata batal berangkat. Ada pula yang memilih menggunakan kenderaan roda dua (motor). Ada rasa sedikit rasa kesal dihati pak Ketua karena personil yang batal atau menggunakan kenderaan sendiri tidak menyampaikan lebih awal sehingga waktu menunggu menjadi sia-sia.
Setelah dipastikan tidak ada lagi yang ikut dalam rombongan, pak ketua langsung memberi aba-aba berangkat. Mobil rush putih dan avanza putih milik pak Amin meluncur mulus menyusuri jalan aspal. Sampai di pompa bensin, kami singga sejenak mengisi bahan bakar. Kebetulan bahan bakar mobil saya sudah sekarat. Untunglah pom pengisian bahan bakar tidak terlalu jauh. Kebetulan antrian tidak ada sehingga saya bisa langsung mengisi bahan bakar.
Ketika turun dari mobil, salah satu petugas pom bensin dengan badan cukup kekar (lebih tepat mungkin disebut besar) langsung menyalami saya sambil mencium tangan. Dengan sopan sang petugas bertanya "Isi bensin pak?", "Iya" saya menjawab singkat. Sambil berbasa basi saya bertanya "Tidak ada premium?". "Tidak ada pak, sedangkan pertalite mungkin akan habis juga pak" sang petugas menjelaskan.
Sang petugas pom bensin yang sopan itu adalah mantan siswa saya. Saya sendiri sudah tidak terlalu kenal. Tetapi dia masih mengingat saya sebagai mantan kepseknya. Alhamdulillah, itulah hebatnya guru, meskipun bukan pejabat tinggi, jika bertemu dengan mantan siswa pasti akan mendapat perlakuan istimewah. Tetapi ada juga mantan siswa yang nakal atau pura-pura lupa ...he...he...
Setelah mengisi BBM, kami melanjutkan perjalanan. Perjalanan ke Desa Salugan dapat ditempuh dalam waktu lebih dari 30 menit. Jalan yang ditempuh menanjak tajam karena harus melewati gunung Pangi yang cukup tinggi. Harus hati-hati melewati puncak gunung Pangi ini, apalagi kalau musim hujan. Tidak sedikit kenderaan yang mengalami kecelakaan, terutama kenderaan berat.
Kami sampai di lokasi rapat pada pukul sembilan lewat. Disana sudah banyak anggota PGRI dari beberapa kecamatan. Tidak menunggu lama, rapat segera dimulai. Salah satu anggota tim menyiapkan proyektor untuk menayangkan bahan rapat. Tujuannya agar peserta rapat dapat menyimak dengan baik. Saya memang menyiapkan laptop untuk presentasi. Sambil menunggu kehadiran korwil Lampasio, saya mencoba menyiapkan susunan acara dan kepanitiaan yang akan dibentuk.
Percakapan dengan Pak Dedy
Pada hari jum'at, tanggal 29 Oktober 2021 saya ditelepon oleh Pak Dedy Dwitagama. Saya sama sekali tidak menyangka, dan bertanya-tanya ada apa gerangan. Kebetulan saat itu saya sedang mengajar, dan sedang menunggu hasil kerja siswa untuk dinilai. Maka jadilah saya sambil berbincang dengan pak Dedy juga memeriksa pekerjaan siswa.
Awalnya pak Dedy menanyakan kabar dan tempat mengajar saya.
"Pak Mul tempat tugasnya dimana?" tanya pak Dedy dari ujung telpon.
"Oh, iya pak Dedy, saya saat bertugas di SMKN 1 Tolitoli" jawabku.
"Wow, Tolitoli" pak Dedy seperti mencoba mengingat-ingat.
"Iya pak Dedy, Tolitoli Sulawesi Tengah" saya mencoba membantu mengingatkan.
Refeksi Pembelajaran Di Kelas XII TKJ 3
Jum'at, 29 Oktober 2021
Topik pada pertemuan ke 4 ini adalah menentukan jarak titik ke bidang. Untuk menguasai materi ini, setidaknya siswa harus memiliki pengetahuan prasyarat sebagai berikut:
- Sifat-sifat segitiga, meliputi garis berat, garis tinggi, dan luas
- Memahami konsep bidang
- Memahami konsep perpotongan dua bidang
- Kemampuan membuat gambar (bidang prontal, bidang ortogonal)
- Memahami konsep garis
- Memahami konsep jarak sebagai lintasan terpendek
- Menerapkan rumus pythagoras
- Menyederhanakan bentuk akar
- Menyelesaikan operasi aljabar
- Keterampilan mengumpulkan informasi terkait, seperti apa yang diketahui, apa yang ditanyakan, informasi dan pengetahuan sebagai instrumen yang dibutuhkan dalam menyelesaikan masalah.
- Keterampilan mengolah dan menggunakan informasi untuk memecahkan masalah
- Keterampilan membuat kesimpulan berdasarkan proses pengolahan informasi dalam pemecahan masalah
- Kedisiplinan
- Kerja keras (Pantang menyerah)
- Kemandirian
- Berpikir kritis
- Kreatif
- Dapat bekerja sama
- Ikhlas dan santun
- Kurang terampil dalam menyelesaikan operasi aljabar (Tidak dapat menurunkan rumus)
- Kurang terampil dalam mencari informasi dan memanfaatkannya dalam penyelesaian masalah (umumnya siswa berpikir mekanis)
- Kurang menguasai pengetahuan prasyarat, seperti menyederhanakan bentuk akar dan operasi aljabar
- Kurang disiplin dan bekerja keras, biasanya terlihat dari hasil kerja yang dibuat apa adanya (misalnya menggambar tidak menggunakan mistar)
- Lebih fokus pada penjelasan guru atau informasi yang disampaikan oleh guru dari pada menemukan sendiri melalui sumber-sumber belajar yang tersedia, termasuk memanfaatkan internet.
- Kemampuan membaca siswa relatif kurang (kurang literat). Terlihat dari kurang mampu menangkap makna dari bacaan atau buku yang diberikan.
- Tidak mampu bertanya atau kurang memiliki keberanian dalam bertanya.
- Menganggap proses pembelajaran tidak terlalu penting, lebih penting ulangan atau ujian
Model pembelajaran yang saya gunakan adalah discovery learning. Dalam hal ini, siswa terdahulu diberi stimulasi (ransangan) dengan cara sebagai berikut:
- Menyajikan informasi yang berisi langkah-langkah penyelesaian dan contoh implementasinya, sebagai berikut:
- Gambar bidang yang diminta pada bangun ruang (sesuai permintaan soal)
- Tentukan titik yang diminta (sesuai permintaan soal)
- Buat bidang yang tegak lurus pada bidang yang diminta
- Buat garis potong antara kedua bidang
- Buat (gambar) jarak titik ke bidang melalui titik yang diminta dan memotong tegak lurus garis potong kedua bidang
- Kumpulkan informasi terkait yang dibutuhkan
- Gunakan informasi untuk menyelesaikan masalah
- Buktikan hasilnya dengan memanfaatkan aolikasi geogebra (verificatio)
Pada tahapan berikutnya problem statement (pernyataan / identifikasi masalah) dalam hal ini siswa diberi masalah (ditulis disebelah kiri papan tulis)
Kamis, 28 Oktober 2021
Repleksi Pembelajaran Matematika di Kelas XII TKJ 2
Hari kamis, 28 Oktober 2021 adalah jadwal mengajar saya di kelas XII TKJ 2. Sesuai jadwal, saya sudah berada di kelas tepat pukul 07.20 Tapi anehnya siswa yang hadir saat itu, baru ada 4 siswa. Selang beberapa saat saya menyiapkan perangkat yang digunakan untuk menunjang pembelajaran Hibrid sederhana yang saya laksanakan. Dua orang siswa tiba-tiba memberi salam dan meminta izin masuk. Saya izinkan saja.
Sambil menunggu laptop loading, saya meminta siswa berdoa bersama, sembari mengingatkan doa merupakan bagian dari upaya kita manusia dalam memperoleh kebaikan dari usaha. Setelah doa bersama usai, beberapa siswa kembali meminta izin masuk. Sebetulnya ada keinginan untuk memberikan sedikit peringatan tapi urung saya lakukan. Saya pikir itu hanya akan memakan waktu yang memang cukup terbatas.
Saya memulai penjelasan dengan aturan main yang akan dijalani selama proses pembelajaran. Saya membagi papan tulis dua bagian. Bagian sebelah kanan, saya gunakan untuk menuliskan alternatif strategi penyelesaian beserta cara mengaplikasikannya. Sementara bagian kedua atau kiri, saya gunakan untuk menuliskan masalah (soal) yang harus dikerjakan oleh siswa. Jadi, strategi mengajar yang saya lakukan saat itu adalah semi discovery learning.
Saya sebut semi discovery learning karena menurut hemat saya metode discovery learning yang saya terapkan saat itu tidak sepenuhnya menerapkan sintaks pembelajaran discovery learning.
Seperti diketahui sintaks discovery learning sebagai berikut:
- Stimulastion (stimulasi/pemberian ransangan)
- Problem statement (pernyataan/identifikasi masalah)
- Data collection (Pengumpulan Data).
- Data Processing (Pengolahan Data)
- Verification (Pembuktian)
Aturan main yang disepakati saat itu sebagai berikut:
- Semua siswa wajib menulis alternatif strategi penyelesaian beserta cara mengaplikasikannya secara lengkap di buku masing-masing sesuai dengan yang tertulis dipapan tulis. Jika ini dilakukan dengan lengkap, maka siswa akan diberi reward berupa nilai 70
- Siswa wajib menyelesaikan masalah (soal) yang telah disediakan di sebelah kiri papan tulis. Jika ini dijawab dengan benar, maka siswa akan diberi reward berupa nilai 30
- Jadi total nilai siswa 100, jika aturan main dilakukan secara sempurna
- Saya berasumsi, hampir semua siswa sedang kehilangan TRUST kepada guru, terutama terkait pemberian nilai. Ini semacam dugaan (hipotesis), sehingga saya mencoba melakukan riset kecil-kecilan sekedar ingin membuktikan asumsi atau dugaan tersebut.
- Alasan lain, saya ingin memberikan hasil penilaian yang autentik dan komprehensip yang meliputi sikap dan hasil akademik. Menurut saya, jika siswa kurang berhasil secara akademik, maka setidaknya mereka terdidik secara etik, atetude, sikap dan karakter. Nah, sikap tersebut dapat terukur melalui kepatuhan dan sikap mereka saat mengikuti aturan yang telah di sepakati.
- Gambar bidang yang diminta pada bangun ruang (sesuai permintaan soal)
- Tentukan titik yang diminta (sesuai permintaan soal)
- Buat bidang yang tegak lurus pada bidang yang diminta
- Buat garis potong antara kedua bidang
- Buat (gambar) jarak titik ke bidang melalui titik yang diminta dan memotong tegak lurus garis potong kedua bidang
- Kumpulkan informasi terkait yang dibutuhkan
- Gunakan informasi untuk menyelesaikan masalah
- Buktikan hasilnya dengan memanfaatkan aplikasi geogebra (verification). Untuk langkah ini tidak dapat dilakukan di kelas TKJ 2, karena tidak tersedia perangkat komputer. Proyektor pun tidak tersedia sehingga sulit juga bagi saya untuk menayangkan di papan tulis.
- Gambar bidang yang diminta, yaitu bidang PQVW.
- Tentukan titik yang diminta, yaitu titik R
- Buat bidang yang tegak lurus pada bidang yang diminta, dalam hal ini bidang QRVU (berwarna kuning) tegak lurus bidang PQVW (berwarna Biru)
- Buat garis potong antara kedua bidang, yaitu garis QV
- Buat (gambar) jarak titik ke bidang melalui titik yang diminta dan memotong tegak lurus garis potong kedua bidang, dalam hal ini RX adalah jarak titik R ke bidang PQVW. Berikut gambarnya
- Kumpulkan informasi terkait yang dibutuhkan, yaitu: segitiga QRV sama sisi, sehingga berlaku garis tinggi = garis berat. Garis berat adalah garis yang membagi dua ruas garis dihadapannya. Sedangkan garis tinggi adalah garis yang tegak lurus garis dihadapannya. Contohnya, seperti ini:
- Akibatnya:
- Gunakan informasi untuk menyelesaikan masalah
- Buktikan hasilnya dengan memanfaatkan aplikasi geogebra (verification). Dalam hal ini, jarak RX dapat diverifikasi dengan aplikasi geogebra sebagai berikut:
- Bukti awal tentang dugaan saya, bahwa siswa yang kehilangan TRUST terhadap ucapan guru terkait nilai hasil belajar telah terlihat. Maksudnya, siswa tidak percaya ucapan guru bahwa mereka akan memperoleh nilai sesuai hasil pekerjaan mereka karena berdasarkan pengalaman mereka nilai tersebut akhirnya akan dieksekusi oleh guru atau pihak lain dengan nilai yang cukup baik. Jadi tidak berdasarkan penilaian obyektif sesuai kompetensi yang dimiliki siswa. Mereka lebih percaya, pada akhirnya nilai mereka akan baik-baik saja, tidak sesuai dengan peringatan dan ucapan guru.
- Siswa memiliki sikap dan prilaku belajar yang kurang baik. Hal ini terbukti dari hasil pekerjaan mereka yang sebenarnya relatif sangat mudah karena tinggal menuliskan dengan sempurna informasi dan petunjuk yang telah diberikan atau dituliskan di papan tulis. Tetapi hal tersebut tidak dilakukan padahal selalu disampaikan dan diingatkan sepanjang proses pembelajaran berlangsung.