Pages - Menu

Jumat, 05 November 2021

Catatan Pembelajaran Mat XII TKJ 2

Kamis, 4 Nopember 2021

Hari ini saya mengajar di kelas XII TKJ 2, jumlah siswa hadir saat itu 14 orang. Pembelajaran di mulai pukul 07.20. Namun beberapa siswa masuk terlambat. Saya mempersilahkan saja mereka masuk. Tidak ada komentar atau nasehat agar jangan lagi terlambat. Saya pikir, kehadiran mereka lebih utama dari pada mereka terlambat.

Materi hari itu masih membahas tentang jarak. Jarak titik terhadap bidang. Saya mencoba sebuah strategi baru (menurut saya), yaitu memecahkan masalah "alah saya" sebut saja begitu. Ceritanya: saya memberikan soal di awal, kemudian memberi waktu kepada siswa untuk memikirkan, informasi apa yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah tersebut. 

Berikut masalah atau soal yang saya berikan:

Diketahui sebuah kubus ABCD.EFGH dengan luas permukaan 294 cm persegi, tentukan:

a. Jarak titik F ke bidang ADHE

b. Jarak titik B ke bidang ACH

Ada waktu kurang lebih 5 menit untuk memikirkan informasi atau ide yang dapat mereka gunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Dalam benak saya, setidaknya siswa dapat menuliskan sejumlah informasi, seperti:

  1. Kubus ABCD.EFGH  (dibuat gambarnya)
  2. Luas permukaan kubus 294 cm persegi
  3. Menggambar bidang ADHE (mengarsir atau mempertegas gambar) dan menentukan titik F
  4. Menggambar bidang ACH ((mengarsir atau mempertegas gambar) dan menentukan titik B
Dari informasi dasar tersebut, setidaknya jika siswa mengalami problem atau masalah, mereka tau harus mencari apa (informasi apa yang diperlukan). Misalnya, pada kubus tersebut tidak diketahui panjang sisinya. Berarti masalahnya sekarang adalah panjang sisi kubus. Panjang sisi kubus diperlukan, sebagai jembatan untuk menentukan jarak titik ke bidang yang dimaksud. 

Untuk menentukan panjang sisi kubus, ada informasi: luas permukaan kubus yang dapat menjadi jembatan untuk menentukan panjang sisi kubus. Secara ideal (normalnya) siswa semestinya mencari informasi tentang luas permukaan kubus, jika memang tidak memiliki referensi atau pengetahuan awal tentang luas permukaan kubus. Informasi tersebut dapat dicari melalui berbagai sumber belajar (termasuk internet). Tetapi saat itu siswa tidak memiliki sumber belajar, karena HP dilarang. 

Untuk membantu siswa, saya mengingatkan mereka tentang permukaan kubus. Saya katakan: bayangkan anda membuka sebuah dos supermi. Saya memberikan sketsa bukaan kubus seperti ini:

  
Idealnya siswa dapat segera menentukan luas permukaan dengan rumus sederhana (p x l atau s x s) dan menjumlahkannya dengan luas 294 cm persegi:

L1+L2+L3+L4+L5+L6 = 294

S2+S2+S2+S2+S2+S2 = 294

6S2 = 294

S2 = 294/6

S2 = 49

S=7

Tetapi waktu yang diberikan relatif terbatas. Maklum dimasa pandemi alokasi waktu perjam hanya 20 menit. Saya yang memiliki waktu 4 jam setiap pertemuan, berarti memiliki waktu 80 menit. Sebetulnya waktu 1 jam 20 menit sudah cukup lumayan, jika peserta didik memiliki sumber belajar yang memadai dan cukup menguasai materi prasyarat. 

Namun karena dua kendalan tersebut, maka proses pemecahan masalah relatif lambat. Jangankan tanpa sumber belajar yang cukup, dengan sumber belajar yang melimpah saja, siswa masih kesulitan. Kemampuan matematika siswa memang relatif rendah. Pengetahuan prasyarat juga masih sangat terbatas. Belum lagi kemampuan menurunkan rumus, masih belum lancar. Entahlah, mungkinkah ini dampak learning loss?

Memang ada empat obyek matematika yang harus dikuasai siswa, yaitu:Fakta, Konsep, Prinsip, dan Operasi.  Fakta adalah berbagai simbol dan kesepakatan (konvensi) dalam matematika, seperti "=", " <", 1, 2, dan lain-lain. Siswa perlu mengetahui ini agar dapat menggunakannya secara tepat dalam menyelesaikan masalah matematika. Setiap simbol memiliki makna. Oleh sebab itu, siswa perlu tahu maknanya dan tahu cara memanfaatkannya dalam sistem matematika. 

Selain fakta, obyek matematika yang penting adalah konsep. Konsep adalah ide abstrak yang dapat membedakan contoh dan bukan contoh dari konsep tersebut. Konsep adalah gambaran pikiran. Contoh ketika disebut segitiga, maka siswa yang telah memiliki konsep segitiga secara otomatis terbayang dalam pikiranya obyek berbentuk segitiga. Jika disuguhkan sebuah bangun persegi, maka secara spontan ia akan mengatakan bukan segitiga. Sebuah konsep kadang-kadang dapat dideskripsikan dengan baik oleh siswa, tetapi dapat juga tidak dapat di deskripsikan secara verbal. Uniknya, meskipun mereka tidak mendeskripsikannya, tetapi mereka dapat membedakannya. Dapat kita katakan mereka telah memahami sebuah konsep tersebut.

Berbeda dengan siswa yang belum memiliki konsep segitiga, maka mereka tidak memiliki gambaran dalam pikiran, dan biasanya akan kesulitan membedakan antara segitiga dan bukan segitiga. Istilah, nama, atau pengertian adalah sebuah konsep. 

Dalam pembelajaran matematika, memahami konsep sangat penting bagi siswa. Kelemahan pada aspek ini, akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan matematika siswa. Dalam proses pembelajaran, menanamkan konsep sangat dianjurkan dengan pendekatan konstruktif. Siswa sebaiknya dikondisikan dalam pembelajaran bermakna (Ausubel). Tidak dianjurkan bagi guru, menyampaikan secara langsung sebuah konsep. Tetapi siswa dibimbing menemukan konsep tersebut melalui interaksi dengan sumber belajar, eksperimen, pengamatan, atau pemecahan masalah. Melalui cara seperti itu diyakini konsep yang diketahui siswa akan lebih bertahan lama.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar