Pagi itu suasana hati Agmatino benar-benar galau, pikirannya tegang. Beberapa properti yang harus dia siapkan untuk kegiatan belum juga beres, sementara waktu pelaksanaan semakin mendesak. Agmatino membuka laptop untuk membuat sertifikat yang harus diserahkan pagi itu. Proses loading laptop membuat raut mukanya seakan meledak. Seperti sedang menunggu ribuan tahun, detik demi detik terasa begitu lambat. "Astagfirullah, kenapa lambat sekali laptop ini loading" gumannya. Berkali-kali ditekannya tombol Esc dengan harapan ada percepatan. Tapi nampaknya sia-sia, proses loading tetap saja tidak berubah. Agmatino sendiri sebenarnya sadar bahwa proses loading laptop biasa saja. Tetapi logikanya seakan sudah tertutup oleh emosi dan ketegangan jiwanya.
Tetiba dari balik kamar, terdengar suara Rani istrinya menanyakan kunci motor yang biasa digunakannya. "Papa tidak lihat kunci?" sayup-sayup suara Rani memecah kebuntuan pagi itu, Agmatino tidak menjawab. Dia pikir pasti istrinya dapat menemukan sendiri. Sekonyong-konyong suara motor beat terdengar meluncur meninggalkan rumah. Itu pasti dia, pikir Agmatino. Lalu kenapa pula dia pergi tanpa pamit begitu? cepat-cepat disiapkannya semua properti yang akan di bawah. Agmatino menyambar kunci mobil yang tergeletak di atas meja. Dilihatnya jam di HP sudah menunjukkan pukul 08.30. Wajahnya semakin kalut. Istri belum juga pulang. Dia mencoba menyusul dengan mobil. Tapi Agmatino tidak menemukannya. Entah kemana dia pergi. "Tega sekali dia pergi tanpa pamit meninggalkanku" keluh Agmatino dalam hati. Apakah dia tidak mempertimbangkan anaknya yang masih membutuhkan asuhannya. Pikirannya semakin kacau membuat konsentrasinya buyar, hampir saja seorang ibu terserempet oleh mobil yang dikendarainya, Astagfirullah.
Tiga kali dikitarinya jalanan kota dan kembali ke rumah, tapi lagi-lagi dia tidak menemukan istrinya. "Kemana gerangan istriku" suara lirih keluar dari mulutnya. Sesaat kemudian tangisan anaknya yang masih bayi terdengar dalam rumah. Mungkin sibayi yang baru dua bulan itu menyadari situasi yang kurang baik itu, Hati Agmatino tidak sabar lagi menunggu di rumah. Tekadnya sudah bulat, akan meninggalkan istrinya. Terserah pikirnya saat itu. Agmatino menyalakan mobil. Diinjaknya pedal gas dengan emosi. Mobil meluncur mengeluarkan suara cicit bergesekan dengan aspal. Entah dari mana dia muncul, tiba-tiba istrinya sudah ada di depan mobil dengan motor beatnya. "Kenapa lama sekali" sergah Agmatino. "Saya cari susu untuk mazen, susunya habis" jawab Rani istrinya. "Saya tadi keliling cari susu MT, tapi tidak ada, kebetulan begitu saya balik lagi, apotik yang menjual susu MT sudah buka" bebernya panjang lebar. "Ya, sudah, cepat simpan motor, kita berangkat". Mereka berangkat menuju arena kegiatan pelaksanaan upacara HUT PGRI ke-76 dan HGN 2021. Ada dua teman guru yang ikut. Alhamdulillah, akhirnya mereka tiba dengan selamat, kegiatan juga belum dimulai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar