Pages - Menu

Minggu, 03 Oktober 2021

Hebohnya Belajar Menulis di kelas Om Jay

 


Hari ini, saya mendapat WA pribadi dari Mas Brian yang mengucapkan selamat atas keberhasilan lulus dari kelas belajar menulis PGRI. Mas Brian sekaligus melampirkan sebuah sertifikat bukti kelulusan. Ini luar biasa, karena untuk lulus dari kelas menulis, peserta setidaknya harus membuat resume minimal 20 resume. Resume ditulis di blog masing-masing dan link postingannya dikirim ke WA grup. Sebagai bukti telah membuat resume, peserta juga wajib mengisi form pengumpulan resume yang telah disediakan oleh tim om Jay. Tapi 20 minimal resume saja belum cukup, untuk lulus dan memperoleh sertifikat, peserta harus mampu membuat buku solo. Sebagai bukti telah menerbitkan buku solo, peserta harus mengisi form setoran buku solo yang telah disediakan. Sertifikat bisa diperoleh, apabila dua syarat tersebut telah terpenuhi.


Sebenarnya hari ini, ada 3 peserta yang dinyatakan lulus di gelombang 19, yaitu saya sendiri, bapak Ries Muhammad efendy, dan Ibu Derliana. Sebelumnya sudah ada ibu Nuratikoh dan ibu Cahyati. Ibu Nuratikoh sepertinya sudah siap lebih awal. Bahkan sebelum kelas menulis dimulai, beliau sudah memiliki buku solo sebagai tabungan. Dari postingan yang ada di WA, saya ketahui buku solo ibu Nuratikoh malah sudah lebih dari satu. Boleh dikata, beliau ini seorang penulis yang sudah jadi, sebelum masuk kelas menulis PGRI. Berbeda dengan kami, apalagi saya masih perlu banyak belajar teknik menulis. Meski begitu, saya pun sudah memiliki beberapa buku, walaupun masih buku antologi.

Saya berani mengatakan kelas menulis PGRI bukan kelas menulis biasa. Kelas menulis ini menyajikan cara belajar menulis yang berbeda dari kelas menulis lain yang bertebaran di platform media sosial. Kalau dibilang sulit bisa jadi benar, karena mengikuti pertemuan sebanyak 30 kali bukan perkara mudah. Itu perjalanan belajar yang cukup panjang. Dibutuhkan semangat, komitmen dan konsistensi yang tinggi untuk menjalaninya. Terbukti dari 270 lebih peserta di setiap gelombang, yang benar-benar mengikuti kegiatan belajar menulis tidak lebih dari 30 orang. Sisanya mengambil posisi sebagai pengamat atau penonton saja. Dari 30 orang peserta yang aktif, tidak semuanya juga konsisten mengikuti sampai akhir. Pengalaman menunjukkan rata-rata yang memposting link tulisan diblog setiap akhir sesi, jarang sekali melampaui angka 20. 

Alhamdulillah saya termasuk diantara 15 atau 18 peserta yang aktif membuat resume dan mempostingnya ke WA grup sampai akhir sesi pertemuan, yaitu pertemuan ke-30. Total semua resume yang saya buat 30 buah, sesuai jumlah sesi pertemuan. Perjalanan panjang membuat resume sebanyak 30 dan mempostingnya ke WA grup saya jalani dengan penuh dinamika. Diawal kegiatan belajar menulis postingan saya selalu berada diurutan antara 5 s.d 10. Hal ini berlangsung antara pertemuan pertama sampai pertemuan ke enam. Kemudian seiring waktu, saya mencoba mengambil posisi puncak. 

Setidaknya ada 3 atau 4 kali saya mengambil posisi teratas. Qadarullah, hal itu ternyata berbuah manis. Saya menjadi salah satu pembuat resume yang berhasil mendapat hadiah buku dari penerbit Andi. Namun, pada waktu berikutnya, postingan saya mulai ketinggalan. Bahkan kalau biasanya saya membuat resume dan mempostingnya pada hari itu juga, maka pada beberapa pertemuan berikutnya saya membuat resume di hari kedua atau ketiga setelah sesi pertemuan. Sudah pasti postingan saya sudah sangat terlambat.

 

Untunglah ibu Rosminiyati selalu memotivasi saya dan mengingatkan hal-hal penting terkait kelas menulis. Maklum saya adalah ketua kelas gelombang 19 yang seharusnya lebih proaktif dan memberikan semangat kepada kawan-kawan sesama peserta kelas menulis. Tetapi panjangnya proses belajar menulis, membuat saya lengah dan abai. Saya akui, saya mulai terbawah suasana santai yang saya ciptakan sendiri. Kondisi yang saya alami, adalah contoh nyata, betapa belajar menulis di kelas menulis om Jay harus benar-benar dikuti dengan serius. Motivasi harus terus dijaga, sambil perlahan menumbuhkan passion menulis agar kita bisa konsisten sampai akhir. 

Sebenarnya setelah pertemuan yang kedua, telah terjadi semacam kompetisi diantara peserta kelas menulis. Hal ini dipicu oleh materi ibu Maesaroh yang menjelaskan tentang pentingnya membuat resume di blog dan mempostingnya dengan cepat di WA grup. Penjelasan tersebut membuat peserta menjadi balap-balapan memposting link resume. Saya sendiri sebagai ketua kelas sampai kebingungan mengatur urutan postingan. 

Harus diakui, menempatkan postingan diposisi teratas memberikan sensasi tersendiri. Karena sebelum memposting, penulis biasanya mengatur strategi agar tulisan cepat selesai. Berbagai jurus dikeluarkan agar saat kunci layar terbuka, maka link postingan bisa langsung ditempelkan.  Energi ketegangan begitu terasa, seperti sedang menghadapi pertarungan hebat. Sensasi ini hanya dapat dirasakan oleh masing-masing pelakunya. Suasana hati diselimuti perasaan campur aduk, harap-harap cemas menunggu kapan kunci grup WA segera dibuka. 

Suasana hati mempengaruhi fisik. Tangan menjadi dingin gemetaran, namun keringat justru mengucur deras,  menunggu saat yang tepat melepaskan anak panah postingan. Keadaan menjadi semakin tegang, saat tulisan belum juga selesai, sementara posisi jam sudah menunjukkan pukul 10.00. Jantung menjadi berdetak kencang, napas memburu naik turun tidak karuan. Satu saat menulis resume, saat yang lain mengintip grup WA jangan-jangan sudah terbuka. Kegiatan tersebut berlangsung bolak balik dilakukan. Menulis resume kemudian melihat grup atau melihat grup sejenak kemudian menulis resume lagi. Benar-benar seru situasi dibalik layar perangkat itu. Saya sampai tertawa sendiri, membayangkan apa yang sedang terjadi.

Itulah sebabnya, sesaat setelah WA grup terbuka, maka seketika grup WA dipenuhi link postingan resume yang saling mendahului. Ada kepuasan luar biasa, apalagi ketika postingan ternyata menempati posisi teratas. Semua kecemasan yang sempat menyelimuti hati dan pikiran hilang seketika. Hati dan pikiran pun menjadi legah, seperti baru saja melepaskan beban berat tiada tara. Disitulah sensasinya membuat resume yang tercepat, saat belajar menulis di kelas om Jay. Situasi seperti itu terus berlangsung di setiap pertemuan.

Namun  cerita serunya belum berakhir di sana, ketika link postingan sudah tercatat di layar grup WA. Malah semakin menggemaskan karena tenyata terjadi klaim-klaim yang tercepat saat memposting. Urutan postingan menjadi tidak beraturan. Saya sempat bingung bagaimana harus mengaturnya. Sebagai ketua kelas, saya diminta oleh Bu Aam untuk menengahi dan mengatur posisi postingan sesuai urutan yang tercepat. Hal ini ternyata tidak mudah, karena klaim berdasarkan jam tayang ternyata ada perbedaan pada masing-masing perangkat peserta. Saya ingat bagaimana ibu Rosminiyati diklaim oleh salah satu peserta. Kami sampai harus mendiskusikan melalui chat pribadi ...he...he...seru.

Saking bingungnya waktu itu, saya terpaksa meminta pendapat bu Aam. Bu Aam juga sempat tidak tau harus bagaimana mengaturnya, karena waktu postingan di perangkat berbeda. Akibatnya masing-masing mengklaim sesuai waktu postingan berdasarkan perangkatnya. Situasi jadi ramai. Peserta yang lain langsung memprotes melalui grup. Tetapi bagi yang kurang PD memilih memprotes melalui chat pribadi, atau setidaknya curhat ke peserta lain. Akhirnya sebagai ketua, saya mengambil sikap dan menentukan urutan kecepatan memposting dilihat dari perangkat ketua kelas saja. Sikap ini saya ambil biar adil dan tidak terjadi klaim sepihak. 

Nah, sebetulnya salah satu penyebab yang membuat saya mundur dari "pertarungan postingan" tersebut adalah karena posisi saya sebagai ketua yang harus meng-eksekusi postingan. Saya ingin bersikap netral, olehnya saya tidak ingin terlibat dalam pertarungan cepat-cepatan postingan lagi. Sebab kalau saya ikut bisa jadi saya menang terus, karena perangkat saya yang menjadi patokan. Tentu saja ini tidak adil. Ah, tapi ini hanya alasan saja, bilang saja kalau lelah ...he...he..  

Jadi, mengikuti kelas menulis om Jay itu "ngeri-ngeri sedap". Berat bagi peserta yang kurang tulus, karena harus mengikuti pertemuan sebanyak 30 kali pertemuan. Bandingkan dengan kelas menulis lain yang hanya dua atau tiga hari sudah dapat sertifikat. Belum lagi wajib membuat buku solo, ini juga tidak ada di kelas menulis lainnya. Di kelas menulis lain, paling banter membuat buku antologi. Di kelas menulis om Jay, karya buku antologi malahan hanya menjadi ajang pemanasan saja. Kita pun dapat mengikutinya setiap saat di bawah bimbingan para penulis berbakat dan berpengalaman.

Namun dibalik, suka dan dukanya mengikuti kelas menulis ini, tersimpan mutiara yang sangat berharga dan sangat mahal harganya. Tidak bisa dinilai dengan materi, karena ini soal rasa dan kepuasan batin yang diperoleh selama proses belajar dan setelah proses belajar berakhir. Salah satu kepuasaan yang luar biasa itu adalah berhasil memenuhi tantangan menulis, membuat resume dan membuat buku solo, kemudian memperoleh sertifikat 40 jam. Seperti kata om Jay "Menulislah setiap hari dan buktikan apa yang terjadi"

Tolitoli, 3 Oktober 2021
Muliadi


  

12 komentar:

  1. Super pak, saya cuma berhasil mengumpulkan 20 resume saja 😅 itulah yang saya jadikan bahan membuat buku, Alhamdulilah selesai, selamat ya Pak, saya berharap semua ini tidak berakhir sampai di sini saja gelombang 19 tetap semangat menulis InsyaAllah

    BalasHapus
  2. Terimakasih bu derliana yang luar biasa, saya juga mengucapkan selamat kepada ibu

    BalasHapus
  3. ayo terus menulis dan terbuatkan bukumu!

    BalasHapus
  4. Seru ya pak.. sy malah blm pernah di posisi awal di gel 20. skalinya mau ngirim pertama ehh tiba2 koneksi terputus.. haha.. paling tinggi cm d posisi 3 selebihnya 10 bsr, 15 bsr malah pernah ga lapor lg krn dah esok-esok harinya.. tp seneng2 aja lihat keseruan temen2.. jd ketawa2 sendiri kalau lihat grup..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Selamat ya pak utk buku solonya dan sdh lulus pelatihan.. smoga sy bs menyusul segera.. Aamiin

      Hapus
    2. Saya doakan ibu juga segera lulus

      Hapus
  5. Congratulations pak Muliadi. Saya menyusul paaak. Tertinggal ini

    BalasHapus
  6. Bapak ... tak ada lagi keseruan balap-balapan sekarang. Yang ada hanyalah bertarung menjaga konsistensi menulis. Selamat ya Pak atas terbitnya buku solo perdana. Semoga saya segera menyusul. Terima kasih telah menjadi partner terbaik dalam berbagi suka dan duka dalam kelas kita. Om Jay dan Tim memang joss.

    BalasHapus