A. BERKAH DI BALIK BENCANA
1. Apa itu menulis
Menulis adalah kegiatan menciptakan catatan atau
informasi pada suatu media dengan menggunakan aksara (Wikipedia). Dalam KBBI
menulis antara lain diartikan sebagai cara melahirkan pikiran atau perasaan
dengan tulisan, seperti mengarang cerita, atau membuat surat.
Menurut The Liang Gie menulis merupakan kegiatan menulis
yang memasukkan beberapa unsur penting dalam menulis. Jadi tidak sekedar
menuangkan gagasan saja, tetapi juga harus mengikuti unsur lain seperti
meninjau dari segi tuturan, wahana dan tatanan.
Merujuk pada pengertian di atas, maka menulis berarti kegiatan
menyampaikan pesan oleh penulis kepada pembaca melalui tulisan. Pesan tersebut
bisa berupa informasi, ide, gagasan, atau ungkapan perasaan. Menulis bisa
sangat sederhana, seperti menulis status atau informasi pendek di media sosial.
Tetapi juga bisa sangat kompleks, seperti menulis artikel, karya ilmiah, novel,
atau sejenisnya.
Semakin kompleks suatu tulisan, maka akan semakin banyak syarat yang
harus dipenuhi. Syarat yang dimaksud bisa berupa panjang pendek tulisan, alur
cerita, sistematika, dan lain-lain.
2.
Persyaratan Mental
Sebelum Menulis
Meski demikian menulis adalah aktivitas yang unik, ringan
dilakukan secara fisik, tetapi dalam jangka panjang akan cukup
melelahkan. Menulis dapat dilakukan sambil duduk santai, atau sedang menunggu di terminal. Bahkan menulis dapat dilakukan sambil rebahan. Namun menulis dalam waktu yang lama, dapat menimbulkan kelelahan dan bahkan mungkin kebosanan. Apalagi jika tidak didasari oleh kesiapan mental yang memadai.
Terbukti banyak orang di awal menulis begitu produktif, pada akhirnya berhenti menulis. Bahkan tidak jarang orang
yang sudah memiliki niat dan kemampuan menulis, tetapi niat dan kemampuannya belum menghasilkan karya apa pun selain keinginan dan harapan.
Agar niat, harapan atau kemampuan tersebut mendapat landasan
yang kuat untuk diwujudkan, maka seorang penulis setidaknya mengerti,
menyadari, dan memahami alasan mengapa dia harus menulis.
Bu Kanjeng, seorang motivator, penulis dan juga pegiatan literasi mengatakan bahwa ada dua alasan mengapa orang harus menulis, yaitu:
1. Hingga hari ini, profesi penulis
adalah salah satu pekerjaan yang sangat dihormati dan dihargai secara
sosial.
2. Kemampuan menulis dipandang sebagai
indikator intelektualitas dan kematangan berpikir.
Imam Syafi'i mengatakan "Kalau kamu bukan anak raja dan
bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis". Dari pernyataan tersebut,
Imam Syafi’i ingin menegaskan bahwa menulis adalah salah satu jalan menuju
kemuliaan. Kita tidak mungkin mewarisi kemuliaan seorang anak raja atau seorang
ulama, karena kita bukan anak raja atau ulama. Tetapi kemuliaan masih kita
dapatkan jika kita mau menulis. Sebuah Quote yang sangat relevan dengan
ungkapan di atas “Jika seseorang ingin melihat dunia, maka membacalah.
Tapi jika ingin dikenal maka menulislah". Jadi dengan menulis kita akan dikenal,
dihormati dan dihargai secara
sosial.
Dengan menulis seseorang berarti telah mengawetkan ide, gagasan dan
hasil pemikirannya. Ide, gagasan, atau buah pikiran yang disampaikan secara
lisan, meski pada forum paling terhormat sekalipun akan menguap dan hilang begitu
saja, dan akhirnya dilupakan. Hal tersebut tentu berbeda jika ide, gagasan dan
buah pikiran tersebut disampaikan kepada pembaca melalui tulisan. Maka ide,
gagasan, dan buah pikiran tersebut akan terus ada sampai pada generasi
berikutnya, terlepas dari mereka setuju atau tidak dengan gagasan kita.
Pramoedya Ananta Toer mengatakan
“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia
tidak menulis, ia akan
hilang di dalam masyarakat
dan dari sejarah. Menulis adalah
bekerja untuk keabadian.” Kita boleh memiliki gelar panjang sebagai tanda
kecerdasan kita, tetapi selama tidak menulis maka tanda kecerdasan itu akan
hilang sebatas usia kita. Kita dapat membayangkan bagaimana jadinya jika para
ulama terdahulu tidak menuliskan kitab ilmunya kepada kita, maka bisa jadi saat ini kita masih dalam jahiliaan.
Selain karena alasan-alasan filosofis, mengapa kita harus menulis, juga akan sangat berkaitan dengan berbagai alasan praktis dalam dunia kerja kita. Guru dan dosen sebagai tenaga akademik, perlu dan harus menulis karena menjadi tuntutan pekerjaannya atau menulis sebagai syarat kenaikan pangkat. Para pejabat harus menulis saat promosi jabatan, karena salah satu syarat calon pejabat adalah membuat makalah. Para ustaz, harus menulis agar ceramah mereka dapat disampaikan secara runtut dan efektif. Pendek kata menulis adalah aktivitas mulia yang penting dilakukan oleh kita semua atau sebagian dari kita, karena hanya dengan tulisan kita dapat mewariskan kebaikan-kebaikan kepada generasi berikutnya.
3.
Motivasi menulis
Penulis manapun senantiasa membutuhkan motivasi dalam menulis. Dengan motivasi yang kuat seorang penulis akan mampu menjaga mood menulis tetap menyala. Bagaimanapun Kondisi fisik dan psikis yang dinamis, seringkali memengaruhi konsistensi seseorang dalam menulis. Pada saat kondisi fisik sehat dan hati senang, maka menulis mungkin tidak ada masalah. Artinya seorang penulis dapat menjalani aktivitas menulis dengan baik-baik saja. Hal tersebut akan berbeda, ketika penulis sedang mengalami kelelahan fisik atau pikiran sedang banyak, maka mood menulis biasanya menurun drastis.
Namun mood yang sedang turun akan kembali menyala manakala penulis memiliki motivasi menulis yang kuat. Motivasi menulis yang kuat pada diri penulis, biasanya akan mengalahkan hambatan-hambatan yang dialami. Termasuk hambatan karena faktor kelelahan fisik atau karena banyak pikiran. Dengan motivasi menulis yang tinggi, penulis akan selalu berusaha menemukan cara bagaimana agar dia bisa menulis. Sehingga wajar saja, jika ada orang yang sedang sakit sekalipun ternyata masih produktif menulis. Salah satu contohnya adalah Ibu Ani Yudoyono. Beliau suka menulis meskipun sedang sakit.
Jadi motivasi menulis itu penting. Motivasi menulis bisa menjadi obat dikala sakit, dan bisa menjadi suplemen dikala sehat. Artinya dalam kondisi apapun, dengan motivasi menulis yang kuat seorang penulis akan konsisten dalam menulis. Perlu diingat bahwa salah satu hambatan menulis yang paling klasik adalah tidak konsisten menulis. Akibatnya banyak dari tulisan yang sudah dirintis sejak awal, akhirnya macet dan terhenti ditengah jalan, atau tidak selesai. Padahal tulisan yang baik itu adalah tulisan yang selesai. Sebaik apapun kualitas sebuah tulisan, jika tidak selesai, tidak dapat dikatakan baik. Oleh sebab itu, sangat penting menjaga konsistensi menulis hingga tuntas, dan hal tersebut dapat dilakukan dengan menjaga motivasi menulis.
Lalu apa itu motivasi menulis? Motivasi menulis umumnya berkaitan dengan harapan-harapan atau tujuan seseorang menulis. Jika dianalogikan dengan seorang anak muda yang sedang jatuh cinta, maka anak muda yang jatu cinta pada seorang pujaan hatinya akan rela menghadapi hujan badai yang menghadang hanya untuk bertemu sang kekasih. Motivasi yang tinggi untuk bertemu sang kekasih membuat sang pemuda rela menghadapi berbagai hambatan. Demikian pula dengan menulis. Tujuan menulis akan menjadi motivasi kuat seorang penulis menyelesaikan tulisannya.
Menurut Bu Kanjeng setidaknya ada 5 alasan yang mendorong seseorang menulis, yaitu :
- Orientasi Material
Menulis untuk memperoleh imbalan finansial adalah salah satu motivasi seorang penulis. Tujuan memperoleh materi dari kegiatan menulis adalah hal yang lumrah, apalagi untuk seorang penulis profesional. Dalam industri penerbitan, royalti kepada penulis merupakan salah satu dari keuntungan finansial yang dapat diperoleh oleh seorang penulis, disamping keuntungan dari hasil penjualan buku. Selain itu, dengan menjadi penulis yang terkenal seorang penulis bisa menjadi pembicara dengan imbalan materi yang lumayan. Demikian pula ketika penulis mengirimkan artikel kepada media massa atau koran, maka koran biasanya menawarkan imbalan sebagai jasa atas diterbitkannya tulisan kita.
Dengan motivasi memperoleh materi dari kegiatan menulis seseorang akan bersemangat menulis dan menyelesaikan tulisan dengan cepat.
- Orientasi Eksistensial
Orientasi eksistensial berkaitan dengan popularitas dan pengakuan dari masyarakat. Seorang penulis dapat memperoleh popularitas dan pengakuan dari masyarakat dengan tulisan-tulisannya. Seperti telah disinggung di atas bahwa “Jika seseorang ingin melihat dunia, maka membacalah. Tapi jika ingin dikenal maka menulislah". Hal ini bisa menjadi motivasi dalam menulis, sehingga penulis senantiasa enjoy dengan aktivitas menulis.
- Orientasi Personal
Tujuan personal adalah tujuan menulis yang lebih bersifat pribadi. Menulis dapat menjadi sarana mencurahkan perasaan, kisah pribadi atau pengalaman yang akan nikmati sendiri atau orang lain. Menulis dapat menjadi obat atau katarsis atas kegalauan yang dihadapi penulis. Sehingga dengan menulis seseorang menjadi legah karena telah berhasil menumpahkan unek-unek atau perasaan melalui tulisan.
- Orientasi Sosial
Tujuan menulis juga bisa bersifat sosial. Biasanya tujuan penulis dengan orientasi sosial bertujuan memengaruhi pola pikir orang lain atau masyarakat dan membangun peradaban. Dengan menulis seseorang dapat mendidik masyarakat dan membangun peradaban yang lebih baik.
- Orientasi Spiritual
Menulis dapat menjadi sarana dakwa untuk mengajak orang lain melakukan kebaikan dan mendapat pahala. Menulis dengan motivasi spritual, membuat penulis lebih giat menulis karena ada motiv nilai spritual yang menjadi tujuannya.
4.
Menjadi kan menulis sebagai passion
Menulis harus menyenangkan. Menulis dalam kondisi yang
nyaman akan berpengaruh terhadap kualitas tulisan. Oleh sebab itu menjadi
menulis sebagai passion penting. Menulis dengan beban dalam hati akan membuat
aktivitas menulis menjadi sangat memberatkan. Akibatnya banyak orang akhirnya
gagal menyelesaikan tulisan yang sudah dirintisnya. Menulis semestinya
menghilangkan beban, keresahan, atau rasa tidak nyaman, itulah fungsi katarsis
dalam menulis. Jadi bukan sebaliknya.
5.
Cara mulai menulis
Banyak orang akhirnya tidak perna menulis, karena tidak tau bagaimana harus mulai menulis. Padahal mulai menulis sebenarnya cukup sederhana. Mulailah menulis dari hal yang sederhana. Menulis apa yang kita rasakan, kita lihat atau kita dengar. Menulis itu keterampilan, oleh sebab itu perlu dilatih. Penulis profesional adalah penulis yang rajin menulis. Rumus menulis ada tiga yaitu menulis, menulis, dan menulis.
Jika belajar kepada Bu Kanjeng, maka menulis sebaiknya dimulai dengan kata Why, kemudian how. Kenapa why atau mengapa? karena dengan kata why akan memantik banyak jawaban yang dapat segera kita tulis. Seperti mengapa harus menulis? mengapa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar