Pages - Menu

Sabtu, 31 Juli 2021

Jangan Pernah Berhenti Menulis Jagala Passionmu

Tantangan karya antologi angkatan 19


Apa itu menulis?

Menulis adalah suatu kegiatan untuk menciptakan suatu catatan atau informasi pada suatu media dengan menggunakan aksara (wikipedia). 

Dalam KBBI menulis antara lain diartikan sebagai cara melahirkan pikiran atau perasaan dengan tulisan, seperti mengarang, mengarang cerita, atau membuat surat. 

Menurut The Liang Gie menulis merupakan kegiatan menulis yang memasukan beberapa unsur penting dalam menulis. Jadi tidak sekedar menuangkan gagasan saja, tetapi juga harus mengikuti unsur lain seperti meninjau dari segi tuturan, wahana dan tatanan. 

Merujuk pada pengertian di atas, maka menulis berarti kegiatan menyampaikan pesan oleh penulis kepada pembaca melalui tulisan. Pesan tersebut bisa berupa infromasi, ide, gagasan, atau ungkapan perasaan. Menulis bisa sangat sederhana, seperti menulis status atau informasi pendek di media sosial. Tetapi juga bisa sangat kompleks, seperti menulis artikel, karya ilmiah, novel, atau sejenisnya. Semakin kompleks suatu tulisan, maka akan semakin banyak syarat yang harus dipenuhi. Syarat yang dimaksud bisa berupa panjang pendek tulisan, alur cerita, sistematika, dan lain-lain.  

Siapa saja bisa menjadi penulis?

Menulis merupakan aktivitas yang unik. Karena sangat mudah dilakukan, tetapi kadang-kadang sulit dijalani secara konsisten. Menulis aktivitas yang relatif mudah, karena cukup dengan modal polpen dan selembar kertas, menulis sudah dapat dilakukan. Dengan memanfaatkan PC (laptop) menulis sudah semakin enteng. di zaman milenial ini, bahkan penulis semakin dimanjakan dengan kehadiran berbagai fitur menulis yang tersedia di gadget atau HP.  

Demikian mudahnya menulis, sehingga pada prinsipnya semua orang bisa menulis (Thamrin Dahlan). Karena ketika kita bisa berbicara, itu artinya kita bisa menulis. Jadi siapa yang bisa berbicara berarti sebenarnya bisa menulis. Siapa yang bisa membaca, berarti bisa menulis. Jika membaca menangkap makna, maka menulis mengikat makna.

Imam Syafi'i perna mengatakan "kalau kamu bukan anak raja dan bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis". Ini juga menunjukkan bahwa siapa saja bisa menulis. Bahkan menulis bisa menjadi pilihan bagi orang kebanyakan yang ingin menjadi mulia dan dikenal oleh banyak orang. Sebuah quote yang sangat relevan dengan ungkapan di atas “Jika seseorang ingin melihat dunia, maka membacalah. Tapi jika ingin dikenal maka menulislah".

Jadi menulis bisa dilakukan oleh siapa saja dan siapa saja bisa menulis. Menulis tidak bergantung pada status sosial atau profesi seseorang, meskipun kadang-kadang profesi tertentu mungkin memiliki kemampuan yang lebih baik dalam menulis. Pramoedya Ananta Toer mengatakan "Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian". 

Kita boleh pintar, boleh ahli pada satu bidang, jika tidak menulis tetap saja mudah dilupakan. Imam-imam dan ulama besar terdahulu, dikenal dan terkenal karena tulisannya, dan bukan semata-mata karena kecerdasannya. Imam Al-Ghazali misalnya sangat terkenal di dunia karena kitab ihyal Ulum al-Din yang ditulisnya, demikian pula imam-imam besar lainnya.

Jika semua orang bisa menulis, semestinya guru lebih bisa menulis. Guru sebagai profesi mulia, dengan modal pendidikan yang cukup tinggi, sangat mungkin dan potensial untuk menjadi penulis. Dengan tugas mengajar dan mendidik yang dilakukannya setiap hari, guru sudah pasti terbiasa menulis. Menulis rencana pembelajaran, menulis materi ajar, alat evaluasi, dan lain-lain adalah pekerjaan lazim bagi guru. Dan semua itu, secara sengaja atau tidak sudah membiasakan guru menulis. Tinggal sedikit diasah, maka keterampilan menulis guru akan meningkat pesat.

Apa saja tantangan dalam menulis?

Menulis itu adalah aktivitas yang unik dan penuh tantangan, karena banyak orang yang mau menulis tetapi sedikit sekali yang kemudian konsisten menulis dan menjadi penulis, apalagi penulis handal. Biasanya penulis, bersemangat diawal tetapi seiring waktu semangat itu meredup dan akhirnya berhenti. Menulis juga tidak memerlukan modal besar dan dapat dilakukan oleh siapa saja, tetapi kadang-kadang aktivitas dengan modal besar lebih mudah dijalani dari pada menulis, padahal cukup dengan modal sedikit.

Menurut Bu Kanjeng menulis memang aktivitas yang penuh tantangan. Tantangan dalam menulis dapat berasal dari luar diri penulis (eksternal) dan dapat juga berasal dari dalam diri penulisnya (internal). Namun tantangan yang berasal dari luar menurut Bu Kanjeng relatif lebih kecil dan biasanya mudah diatasi. Justru tantangan terbesar seorang penulis berasal dari diri penulis sendiri. 

Namun tantangan tentu berbeda dengan hambatan. Tantangan umumnya membuat adrenalin orang yang menghadapinya terpacu untuk melakukannya. Tetapi hambatan dapat membuat orang yang menghadapinya justru menyerah dan mengalah. 

Tantangan dalam menulis baik internal maupun eksternal dapat menjadi hambatan jika penulis tidak pandai mengelolanya. Namun jika penulis mampu menanganinya dengan tepat, maka hambatan menulis justru akan menjadi tantangan yang dapat memicu dan memacu aktivitas menulis semakin giat. Jadi tantangan atau hambatan sebenarnya hanya soal perspektif.

Sering kali seorang penulis, khususnya penulis pemula berhenti menulis karena merasa tidak berbakat menulis. Pada hal menulis bukan semata-mata bakat. Tidak berbakat menulis sekalipun jika dilakukan secara terus menerus, maka seseorang bisa menjadi penulis yang terampil. Hal ini bisa terjadi karena menulis lebih kepada keterampilan dari pada pengetahuan. Semakin sering di asah, maka akan semakin terampil menulis. Penulis berbakat pun jika tidak banyak berlatih, tidak akan lebih baik dari pada penulis yang tidak berbakat tetapi rajin berlatih.

Tidak ada ide dan tidak ada waktu menulis, juga selalu menjadi hambatan dalam menulis. Jika seseorang tidak memiliki kemampuan mengatasi hambatan ini, maka kemampuan menulisnya pun akan mandek. Penulis dengan mudah meninggalkan tulisan yang sudah setengah jadi, hanya karena merasa tidak punya ide lagi. Demikian pula soal waktu, hanya karena alasan sibuk seorang penulis bisa dengan mudah meninggalkan tulisan yang telah dirintis, dan akhirnya terhenti sama sekali. Padahal ide dan waktu akan bergantung pada penulis bagaimana mengelolanya. 

Selain karena hambatan ide dan waktu, tidak mau dikritik juga membuat penulis tidak akan berkembang dengan baik dan akhirnya berhenti menulis. Bagaimanapun menulis berarti melibatkan orang lain, terutama pembaca. Tentu saja pembaca berhak memberikan penilaian atas tulisan yang kita sampaikan. Meskipun kita mungkin saja memiliki perspektif berbeda dengan pembaca tentang suatu hal yang kita tulis, namun kritik dan saran dari pembaca layak diterima. Disinilah kematangan berpikir seorang penulis dibutuhkan, agar tidak mudah goyah dengan banyaknya kritik dari orang lain.

Hambatan lainnya bagi seorang penulis adalah tidak suka menulis. Tidak suka menulis sering dijadikan alasan untuk berhenti menulis. Padahal menulis adalah aktivitas yang sangat umum dilakukan. Apalagi dizaman yang serba digital saat ini, dimana informasi dan komunikasi sudah lebih banyak dilakukan dengan media tulis. Siapa yang tidak suka menulis pasti tidak akan banyak terhubung dengan dengan orang lain. 

lalu apakah tidak suka menulis dapat diatasi sebagai tantangan dalam menulis?  tentu saja bisa. Tidak ada masalah menulis yang tidak dapat di atasi, termasuk hambatan menulis karena merasa tidak suka menulis. Suka atau tidak suka adalah masalah mood menulis. Mood menulis pada prinsipnya dapat di atasi dengan cara tertentu. Hal ini sangat bergantung pada cara kita memotivasi diri.   

Bagaimana mana mengatasi hambatan menulis?

Menulis dengan membawa semua beban menulis, tentu akan terasa berat dan melelahkan. Oleh sebab itu, seorang penulis harus berusaha mengatasi semua hambatan menulis agar kegiatan menulis menjadi aktivitas yang ringan dan juga menyenangkan. Agar menulis menjadi aktivitas ringan dan menyenangkan, maka sala satu resep jitu yang dapat diterapkan adalah jadikan menulis sebagai passion kita.

Passion adalah bentuk ketertarikan atau rasa suka kepada pekerjaan atau kegiatan sehingga kita rela dan mau melakukan pekerjaan itu dengan senang hati. Jika kita suka dan senang dengan kegiatan menulis, maka dapat kita katakan bahwa menulis adalah passion kita. Melakukan kegiatan menulis dengan passion akan memberikan dampak yang berbeda jika dibandingkan dengan melakukannya tanpa passion. Bahkan seringkali, kita merasa tidak ada beban jika pekerjaan yang dikerjakan sesuai dengan passion kita, karena seakan kita sedang mengerjakan apa yang menjadi hobi kita. Jadi jika melakukan sesuatu hal dengan senang hati dan tanpa beban, karena hal itu amat kita sukai, maka itulah passion kita.

Menjadikan menulis sebagai passion, akan membuat kita menikmati aktivitas menulis dengan senang hati. Jika ini yang terjadi, maka dengan sendirinya tantangan menulis akan sangat mudah diatasi. Merasa tidak berbakat, kurang ide, atau tidak punya waktu tidak lagi menjadi hambatan, tetapi lebih sebagai tantangan sehingga membuat penulis semakin bergairah menjalaninya. Dengan passion, hambatan-hambatan internal maupun ekstrernal dalam menulis akan berada dibawah kendali penulis. Ibaratnya orang yang hobi offroad, semakin besar tantangan yang dihadapi semakin mengasikkan untuk dijalani. 

Oleh sebab itu, sangat penting bagi seorang penulis untuk menjaga passionnya. Menulis adalah perjalanan panjang menuju karya besar berupa buku. Sering kali aktivitas menulis yang awalnya ringan berangsur-angsur menjadi berat dan akhirnya mengganggu konsistensi menulis. Menulis yang awalnya rutin dan disiplin dilakukan lambat laun berkurang frekuensinya dan akhirnya terhenti. 

Disinilah perlunya passion menulis selalu dijaga. Menjaga passion menulis sama saja dengan membuat menulis menjadi pekerjaan yang menyehatkan, karena kita menjalaninya dengan senang hati dan bergairah. Pekerjaan yang dilakukan dengan senang hati dengan sendirinya membuat pikiran menjadi fress. Jika pikiran fress, maka jiwa menjadi sehat dan berdampak baik pada kesehatan fisik. Oleh karena itu, jagalah passion kita dalam menulis.

Bagaimana menjaga passion kita?

Menjaga passion dalam menulis sama dengan menjaga motivasi menulis. Motivasi menulis akan menjaga konsistensi menulis selalu berada pada jalurnya. Artinya dengan motivasi menulis yang baik, maka penulis akan rutin dan disiplin menulis dalam jangka waktu yang panjang. Richard Bach mengatakan "seorang penulis profesional adalah seorang amatir yang tidak berhenti menulis". Jadi menulis secara konsisten akan membuat penulis pemula menjadi penulis yang profesional.

Passion pada prinsipnya dorongan jiwa. Rasa suka dan tidak suka pada sesuatu adalah sesuatu yang bersifat mental. Oleh karena itu menjaga passion menulis, harus dilakukan dengan hal-hal yang bersifat mental yaitu motivasi menulis. Sering kali seseorang dalam menulis karena adanya dorongan tertentu. Seseorang akan tertarik menulis karena dua hal, yaitu tujuan atau motiv menulis dan manfaat dari menulis. 

Dengan menyadari manfaat dan tujuannya menulis, maka penulis akan termotivasi menulis.  Tujuan menulis setiap orang bisa beragam, demikian juga manfaatnya. Dan ini sangat bergantung latar belakang dan perspektif penulis. Ada tujuan yang bersifat ideologis, tujuan akademis, tujuan ekonomi, tujuan pedagogis, ada juga karena tujuan medis. Apapun tujuan dari orang menulis, sah-sah saja. Dan tujuan inilah yang menguatkan orang mencintai pekerjaan menulis (Passion). 

Demikian pula dengan memahami manfaat menulis, seseorang bisa secara sadar dan suka relah mau menulis. Manfaat dalam menulis dapat bercorak nilai (value) seperti membuat orang banyak membaca dan banyak belajar, melatih berpikir logis dan sistematis, menulis mengikat makna, menulis sebagai proses katarsis (Katarsis adalah pelepasan emosi atau keluh kesah yang tersimpan di dalam batin), menulis sebagai sarana dakwa, manfaat untuk pembelajaran, memberikan kepuasan mental, spritual, intelektual.

Menulis juga dapat memberikan manfaat yang bercorak praktis pramatis,  seperti untuk menyelesaikan studi, atau untuk memenuhi syarat tertentu, naik pangkat misalnya. Selain itu, menulis juga bisa memberikan manfaat secara ekonomi.

Memahami dan menyadari tujuan dan manfaat menulis, seseorang akan menulis dengan rasa bahagia, karena ada harapan dari tujuan dan manfaat menulis yang akan dicapainya. Semakin sering menulis maka semakin dekat pada tujuan dan manfaat menulis. Sebuah pesan bijak dari Om Jay menulislah setiap hari dan buktikan apa yang terjadi. Dengan menulis setiap hari, maka banyak manfaat akan kita rasakan. Bisa popularitas, bisa kepuasan mental, spritual dan intelektual, bisa secara ekonomi, dan bisa berupa kesehatan. Maka menulislah, jangan berhenti menulis jagalah passionmu. 



 

6 komentar:

  1. Mantap sekali tulisannya. Semoga kita bisa mengikuti jejak bu kanjeng. Aminnn

    BalasHapus
  2. Bagus banget paparannya.salam sukses pak ya .

    BalasHapus
  3. Wah... bahasannya mulai mengarah ke penulisan buku. Siap menjemput mahkota.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ibu Ros memang hebat, sayang ndak mau jadi sekretaris ..he..he

      Hapus