Pages - Menu

Jumat, 23 Juli 2021

Ditengah Kebijaksanaan Orang-orang Berilmu

Bermula dari koreksi seorang penulis yang juga narasumber grup belajar menulis gelombang 19 dan 20 terhadap sejumlah resume. Koreksi muncul setelah yang bersangkutan melakukan BW ke blog peserta. Koreksi tersebut ternyata mengundang komentar dari sejumlah peserta kelas menulis. 

Awalnya komentar yang muncul hanya sekedar membenarkan, menguatkan, atau berterimakasih atas koreksi yg diberikan. Tapi lama-lama komentar yang muncul makin menarik, karena bukan lagi hanya sekedar komentar pendek tetapi sudah menjadi penjelasan yang sangat argumentatif. Terlihat jelas gaya khas seorang penulis berpengalaman, analitik dan tajam. 

Selain kagum dengan kepiawaian penulis mengurai makna resume, dalam otak saya pun terjadi proses asimilasi makna yang sama. Artinya argumentasi penulis, seperti membenarkan keraguan saya. Kondisi ini jelas memengaruhi penilaian saya terhadap beberapa tugas resume yang sudah dibuat. Penilaian tersebut mendorong saya untuk memberikan komentar.

Tak disangka, komentar yang  saya sampaikan terus memantik komentar-komentar berikutnya. Termasuk komentar dari Om Jay. Awalnya saya berpikir Om Jay akan memperkuat argumen penulis sebelumnya tentang resume. Tapi apa yang disampaikan sungguh diluar dugaan. Alih-alih menyetujui apa yang sudah didiskusikan, Om Jay malah seperti "membenarkan" apa yang sudah dilakukan oleh para peserta menulis. 

Dari sini, kemudian saya mencoba menyelami apa yang sedang dipikirkan oleh Om Jay. Mengapa beliau tidak menguatkan atau membenarkan, tetapi justru seakan melakukan antitesis terhadap argumen yang disampaikan? Akhirnya saya sampai pada suatu kesimpulan bahwa beliau tidak bermaksud tidak setuju dengan makna resume yang dimaksud. Tetapi Om Jay tidak ingin motivasi peserta menulis yang umumnya masih pemula menjadi turun, yang kemudian berdampak pada kemandekan dalam menulis. Om jay sangat mengerti bahwa yang dibutuhkan oleh peserta saat ini adalah motivasi untuk terus menulis, dari pada sekedar berpikir untuk membuat tulisan yang sempurna. 

Membuat resume yang baik dan benar tentu diperlukan untuk menghasilkan tulisan yang menawan. Namun menulis dengan kualitas yang baik tentu membutuhkan proses dan waktu. Dalam konteks peserta menulis dengan motiv dan kemampuan beragam, tentu situasi ini menjadi tidak mudah. Jangankan membuat tulisan yang baik dan benar, sekedar ikut menulis saja ini sudah suatu hal yang luar biasa. Pada kondisi ini, penjelasan Om Jay menjadi relevan. 

Lalu apakah mendorong peserta untuk membuat resume yang baik itu tidak benar? Saya harus mengatakan tidak juga. Apapun alasannya, membuat tulisan yang baik termasuk membuat resume justru menjadi tujuan akhir yang harus dicapai oleh para peserta menulis. Sehingga pada konteks ini, argumentasi penulis tentang resume yang baik juga tetap relevan dengan proses belajar menulis.  

Melihat dua pandangan argumentatif yang paradoks tersebut membuat saya merasa seperti berada dalam ruang "ilmu" yang dipenuhi orang-orang yang penuh kebijaksanaan. Saya menyadari bahwa setiap argumen yang disampaikan adalah kebenaran, setidaknya pada konteks yang sesuai. Oleh sebab itu, kehadirannya diruang diskusi sangat dibutuhkan untuk memperkaya wawasan dan khasana ilmu bagi para pemula. 

Pandangan yang beragam dari para penulis mumpuni bagaikan sebuah puzzle yang dapat diwujudkan dalam beragam bentuk. Tentu saja bentuk dan kualitas puzzle akan sangat bergantung pada sensitifitas dan kreativitas penikmatnya. Oleh karena itu, teruslah menulis meskipun tulisan kita belum sempurna. Satu ungkapan indah dan penuh motivasi patut kita resapi "Menulislah dengan tulisan jelek, karena tulisan yang bagus hanya bonus dari kebiasaan". 

Jadikan pandangan, ide dan gagasan dari para pakar sebagai tetesan embun yang menyejukkan. Sehingga kegersangan khasana ilmu menulis yang kita miliki bisa tumbuh subur memperkaya wawasan kita. Bagaimana pun menulis itu ada ilmunya, sedangkan menulis dan terus menulis adalah jalan untuk membentuk gaya menulismu sendiri.


3 komentar:

  1. Sudut pandang yg menarik.. 😊👍

    BalasHapus
  2. Maa syaa Allah. Menyejukkan hati yang membacanya. Mengobarkan semangat untuk terus belajar. Inilah guru. Meluruskan tanpa mematahkan. Mendorong tanpa menjatuhkan. Terima kasih atas semuanya.

    BalasHapus