Pages - Menu

Rabu, 28 Juni 2023

Menyikap Perbedaan Idul Adha

Merayakan hari raya idul adha adalah suatu kegembiraan bagi setiap keluarga muslim. Idul Adha adalah hari raya terbesar kedua setelah idul fitri. Hari raya ini disebut juga hari raya idul qurban karena pada hari itu umat muslim melaksanakan ibadah qurban yaitu menyembeli hewan qurban sebagaimana yang telah di contohkan oleh Rasulullah Muhammad saw. 

Perhatikan perintah Allah swt berikut ini:

"Dan bagi tiap-tiap umat kami syariatkan penyembelihan (qurban) supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka, maka Tuhanmu ialah Tuhan yang Maha Esa, karena itu berserahdirilah kamu kepada-Nya, dan berilah kabar gembira pada orang-orang yang tunduk (patuh) pada Allah." (QS: Al-Hajj: 24)

Perintah berqurban sendiri bermula dari peristiwa yang di alami oleh nabi Ibrahim as dan putranya Ismail. Suatu peristiwa besar yang menggambarkan tingginya kualitas iman sebuah keluarga. Ayah dan putranya, yang mendapat perintah untuk menyembeli putra tercinta dan satu-satunya, yaitu Ismail as. Namun, keduanya lolos dari ujian berat itu, dan Allah menggantinya dengan se ekor hewan Qibas. Berdasarkan peristiwa itu, maka Rasulullah Muhammad saw memerintahkan umat muslim untuk berqurban pada hari raya idul Adha. 

Waktu pelaksanaan idul adha sesuai kalender hijriyah, tanggal 10 Zulhijjah. Untuk hal ini tidak ada khilaf atau perbedaan diantara para ulama. Namun potensi perbedaan menetapkan tanggal 10 Zulhijjah sendiri dapat terjadi karena perbedaan metodologi penentuan awal bulan berjalan pada kalender hijriya.  

Seperti tahun ini, perbedaan waktu pelaksanaan hari raya idul adha tidak terhindarkan. Hal ini terjadi karena Muhammadiyah sebagai salah satu ormas Islam terbesar di Indonesia telah menetapkan jauh-jauh hari waktu pelaksanaan idul adha 1444 H yang jatuh pada tanggal 28 Juni 2023. 

Pelaksanaan Idul Adha di Perguruan Muhammadiyah Tolitoli
28 Juli 2023

Ketetapan idul Adha 28 Juni 2023 berbeda dengan waktu yang ditetapkan oleh pemerintah melalui kementerian agama RI belakangan. Pemerintah menetapkan hari raya idul adha 1444 H jatuh pada tanggal 29 Juni 2023 setelah melalui sidang isbat. Sidang isbat sendiri dilaksanakan pada hari minggu, 18 Juni 2023 di Auditorium HM Rasjidi Gedung Kemenag Jakarta. Sepuluh hari menjelang Idul Adha.

Haruskah terjadi perbedaan idul Adha?

Dalam perspektif budaya, perbedaan adalah sebuah keniscayaan. Perbedaan adalah sunnatullah. Perbedaan menciptakan harmoni, keindahan, keberlanjutan dan kelestarian kehidupan. Oleh sebab itu, perbedaan 1 Syawal atau perbedaan idul fitri meski tidak diharapkan terjadi, tetapi dapat diterima sebagai sesuatu yang wajar karena alasan metodologi. Tidak ada indikator lain yang dapat menjadi penentu 1 syawal kecuali metode pengamatan bulan (Rukyat) dan metode perhitungan astronomi (Hisab). Kalaupun ada metode tradisional dengan mengamati air pasang, itupun terkait langsung dengan peredaran bulan di langit.

Sedikit berbeda dengan idul fitri, penentuan 10 Zulhijja selain dapat menggunakan dua metodologi penentuan awal bulan, masih ada indikator lain yang dapat menjadi petunjuk apakah hari itu sudah masuk idul Adha atau belum. Peristiwa itu adalah wukuf di arafah.  Pelaksanaan idul adha terjadi bersamaan dengan ibadah haji, dimana wukuf di arafah menjadi pilar utamanya. 

Hari pelaksanaan wukuf di kenal dengan hari arafah yang dimulai pada tanggal 9 Zulhijjah dan berakhir saat terbit fajar pada tanggal 10 Zulhijjah. Jadi, untuk kita di Indonesia tanpa menggunakan kedua metodologi di atas, penetapan 10 Zulhiijjah sebenarnya dapat ditentukan dari pelaksanaan wukuf. Jika kemarin wukuf di arafah, maka besoknya pastilah 10 Zulhijjah, atau hari raya idul adha. Sehingga jika merujuk pada indikator ini, semestinya tidak perlu terjadi perbedaan.

Namun, jika perbedaan tetap terjadi, apa yang harus kita lakukan?

Tidak dapat dipungkiri, penanggalan pada kalender hijriyah sampai saat ini belum ada kesepakatan dari para ulama maupun umat muslim di seluruh dunia. Oleh sebab itu, belum ada kalender Hijriya yang dapat berlaku umum. Alhasil, potensi perbedaan dalam penetapan tanggal-tanggal penting agama islam masih sangat terbuka. 

Foto Bersama Pengurus Muhammadiyah Tolitoli

Menyikapi hal ini, tidak ada cara lain bagi umat Islam selain bersikap bijak terhadap perbedaan yang terjadi. Menyikapi setiap perbedaan dengan bijaksana dan terbuka adalah kunci untuk mempromosikan pemahaman, penghargaan, dan kerukunan antar individu dan kelompok. 

Berikut adalah beberapa langkah yang dapat membantu dalam menyikapi setiap perbedaan:

Memiliki sikap terbuka: Jadilah terbuka terhadap perbedaan dan miliki sikap inklusif. Pertimbangkan bahwa perbedaan dalam keyakinan, budaya, latar belakang, dan pandangan dunia adalah hal yang alami dalam keberagaman manusia.

Mencari pemahaman: Jika kita tidak memahami perbedaan tersebut, usahakan untuk belajar dan mencari pemahaman yang lebih baik. Mendengarkan pengalaman dan pandangan orang lain, membaca, melakukan riset, dan berkomunikasi secara terbuka dapat membantu memperluas perspektif dan pengetahuan kita.

Hindari prasangka dan stereotip: Jangan membuat asumsi atau membangun stereotip negatif tentang kelompok atau individu berdasarkan perbedaan mereka. Menghargai keunikan dan keindahan dalam perbedaan adalah kunci untuk menghindari prasangka.

Saling menghormati: Hormati perbedaan tersebut dengan menghormati hak setiap individu atau kelompok untuk mempertahankan identitas mereka sendiri. Hargai perbedaan pendapat dan pandangan, meskipun kita tidak setuju dengannya.

Membangun dialog dan komunikasi yang baik: Jalin dialog terbuka dengan individu atau kelompok yang berbeda dari kita. Mendengarkan dengan empati, bertanya dengan sopan, dan menyampaikan pendapat dengan menghormati adalah kunci untuk membangun pemahaman dan koneksi yang lebih baik.

Mengutamakan kesamaan: Fokus pada kesamaan dan nilai-nilai universal yang dapat kita bagikan sebagai manusia. Menghargai persamaan kita lebih dari perbedaan dapat membantu menciptakan ikatan yang lebih kuat.

Membangun kerjasama: Temukan kesempatan untuk bekerja sama dengan individu atau kelompok yang berbeda. Melalui kerjasama, kita dapat melihat bahwa perbedaan dapat menjadi sumber kekayaan dan saling melengkapi dalam mencapai tujuan bersama.

Menghargai perbedaan sebagai sumber pembelajaran: Perbedaan dapat menjadi kesempatan untuk belajar dan tumbuh. Dengan membuka pikiran kita dan memperluas wawasan, kita dapat mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang dunia dan mengembangkan keterampilan dalam menghadapi perbedaan dengan bijaksana.

Selain itu, pemahaman terhadap faktor terjadi perbedaan waktu perlu juga diperluas. Pemahaman yang luas terhadap faktor-faktor timbulnya perbedaan akan membantu kita memahami sikap dan perbedaan pandangan yang terjadi. 

Terkait dengan perbedaan waktu dua hari raya umat Islam yang kerap terjadi, maka potensi perbedaan setidaknya dapat dilihat dari empat faktor, yaitu:

Metode pengamatan bulan: 

Kalender Hijriyah berbasis pengamatan bulan, di mana awal bulan baru ditentukan berdasarkan melihat hilal (sabit) bulan baru. Namun, pengamatan hilal ini bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kondisi cuaca, lokasi geografis, dan perbedaan metode pengamatan yang digunakan di berbagai wilayah. Oleh karena itu, hasil pengamatan hilal bisa berbeda di berbagai tempat.

Perhitungan astronomi: 

Selain pengamatan langsung, perhitungan astronomi juga digunakan untuk memprediksi pergerakan bulan. Namun, perbedaan dalam metode perhitungan astronomi yang digunakan oleh otoritas agama di berbagai negara atau lembaga dapat menyebabkan perbedaan dalam penentuan awal bulan baru.

Perbedaan tradisi lokal dan otoritas agama: 

Di beberapa negara atau wilayah, ada tradisi dan kebiasaan lokal yang mempengaruhi penentuan tanggal Idul Adha. Otoritas agama setempat atau lembaga keagamaan dapat memiliki metode dan kriteria penentuan yang berbeda-beda, yang juga dapat mempengaruhi perbedaan waktu pelaksanaan Idul Adha.

Faktor politik dan administratif: 

Terkadang, faktor politik atau administratif juga dapat mempengaruhi penentuan tanggal Idul Adha. Pemerintah dalam beberapa negara mungkin memiliki kebijakan khusus atau peraturan yang mengatur penanggalan Hari Raya Idul Adha berdasarkan pertimbangan politik atau administratif tertentu.

Dengan demikian, perbedaan waktu pelaksanaan Idul Adha merupakan hasil dari kombinasi faktor pengamatan bulan, perhitungan astronomi, tradisi lokal, otoritas agama, serta faktor politik atau administratif di berbagai wilayah. 

Dari semua itu, harus diingat bahwa menyikapi setiap perbedaan membutuhkan kesadaran, kesabaran, dan komitmen untuk membangun hubungan yang inklusif dan harmonis. Dengan menerapkan pendekatan ini, kita dapat memperkuat kerukunan antar individu dan kelompok dalam masyarakat yang beragam

Meskipun ada perbedaan waktu, esensi dan makna Idul Adha sebagai perayaan yang sakral tetap terjaga dan umat Muslim di seluruh dunia tetap berbagi semangat dan nilai-nilai keagamaan yang sama dalam menyambut perayaan ini.

Selamat Hari Raya Idul Adha 1444 H

Wassalam

Oleh: Muliadi

Kepala SMK

Sekretaris PGRI

Anggota Pimpinan 


Minggu, 25 Juni 2023

Panen Harapan

PUKUL 08.00 lewat sedikit saya berangkat ke sekolah. Di sana panitia PPDB sedang bekerja, meski sebagian besar guru berlibur. Hari itu, sabtu 24 Juni proses pendaftaran ulang siswa baru sedang berlangsung.

Jumlah pendaftar ulang belum mencapai target. Padahal beberapa upaya untuk mempromosikan sekolah sudah dilakukan. 

Namun demikian, jumlah tahun ini masih lebih baik. Ada trend kenaikan dari tahun sebelumnya. 

Sampai di sekolah saya mengecek aktivitas panitia. Hanya sebentar, Tiba-tiba saja saya teringat pohon pucuk yang saya bawah dua hari yang lalu. 

Saya memanggil  salah satu panitia. Ibu Marini. Guru PPPK angkatan pertama. 

"Bu Marini, boleh minta tolong? "

"Boleh Pak, apa itu?" Bu Marini menyanggupi sambil bertanya balik. 

"Di sana itu, di bawah pohon itu ada bibit pohon pucuk di polybag, tolong ibu ajak beberapa anak untuk menanam pohon pucuk itu" Saya menunjuk kearah pohon cemara yang tidak jauh dari posisi kami berdiri. 

Ibu Marini menyanggupi. 

Terserah ibu Marini, siswa mana yang dia ajak untuk menanam pohon pucuk itu. Yang penting di tanam hari itu. 

Dua hari yang lalu, saya dan dua orang staf sudah menanam beberapa pohon. Pun dua atau tiga bulan sebelumnya, saya juga sudah menanam pohon pucuk itu. Tetapi tidak berhasil. Hampir semuanya mati. Untung masih ada satu pohon yang bertahan.

Jadi ini sebenarnya percobaan ketiga. Bibitnya sekarang di polybag. Saya pikir itu lebih baik. Daya tumbuhnya pasti lebih kuat karena sudah hidup beberapa minggu di media tanam. 

Akhir-akhir ini saya memang sedikit antusias dengan kegiatan menanam. Menanam apa saja. Terutama pohon buah. Dua bulan lalu, saya bahkan sengaja membeli bibit tanaman buah dari  Parigi. Beberapa varian durian, seperti montong, musangking, dan Bawor. Bibit pohon buah lain juga ada seperti alpokat, mangga, dan rambutan. Pokoknya dari jenis unggulan. 

Saya memang penasaran, ingin sekali rasanya melihat sekolah ini penuh dengan tanaman produktif maupun tanaman hias yang tertata rapi nan asri. 

Bayangan saya orang-orang datang ke sekolah kami, belajar tentang tanaman dari tanaman yang tumbuh subur dan indah. Bukan dari tanaman gersang dan kurus tak terawat. 

Bahkan tidak hanya belajar, jika perlu mereka datang berwisata atau berbisnis. Di sana Kendaraan silih berganti mengangkut hasil bumi setelah bertransaksi. 

Sekolah seperti itu memang sekolah impian. Sebagian orang berpikir itu terlalu utopis. Sehingga mereka beranggapan, itu tidak mungkin diwujudkan.

Lalu apa itu benar? Belum tentu. 

Sulit bukan berarti tidak bisa. Tidak bisa bukan berarti sulit. Semua bergantung pada niat dan usahanya. Kuncinya selalu mau belajar dan bersedia mencoba hal-hal baru. 

Yang tidak kalah penting. Rencanakan dan kerjakan. Segera. Jangan tunda. Mungkin awalnya tidak sempurna. Seiring waktu, asal mau belajar dari kesalahan pasti akhirnya akan berhasil. 

Tidak ada yang instan. Semua butuh proses yang panjang. Rencanakan, kerjakan, refleksi, perbaiki. 

Itulah yang saya lakukan. Saya tanam pohon pucuk. Mati. Tanam lagi. Cari cara baru. Coba lagi. Tanam lagi. Suatu saat yakin berhasil. 

Saya juga tanam pohon durian. Sudah dilakukan. Saya meminta proses penanaman direncanakan. Organisasikan siswa dalam proses pembelajaran. Ibu Wahidah dan dua guru kejuruan mendampingi siswa dalam kerangka pembelajaran Tefa. 

Pembelajaran Tefa itu kuncinya proses terstruktur, sistematis dan hasil berkualitas. Makanya panduan kerja harus ada. Jobsheet harus dibuat. Tidak boleh asal kerja. Karena sikap kerja dan keterampilan yang alami membutuhkan perulangan yang konsisten dan presisi. 

Sehingga penanaman perdana durian montong di awali dengan simulasi pembelajaran Tefa. Ada Jobsheet. Tiga guru kejuruan memfasilitasi siswa membuat lubang tanam. 

Setiap tindakan atau proses kerja mengikuti jobsheet yang sudah dibuat. Alhamdulillah, sepuluh lubang tanam berhasil dibuat oleh siswa secara berkelompok. Itulah lubang tanam produk Tefa yang pertama. 

Bibit durian montongnya belum langsung ditanam hari itu. Lubang tanamnya perlu dianginkan selama seminggu. Sehingga jobsheet penanaman durian sebenarnya belum berakhir. Dia merupakan siklus panjang. Butuh waktu 2 atau 3 minggu sampai proses penanaman selesai. 

Proses praktik panjang inilah yang sering terabaikan selama ini. Pembelajaran praktik yang biasanya terjadi, instan. Praktik sehari, atau 2 sampai 4 jam, kemudian berakhir. 

Tidak ada kelanjutan. Praktik berikutnya sudah berbeda. Tidak ada kaitan dengan praktik sebelumnya. Tentu anda sudah akhirnya. 

Anda tidak akan melihat kebun tanaman buah yang terpelihara. Anda akan sangat tidak mungkin menemukan tanaman perkebunan yang tumbuh subur dan terawat. Itu tidak mungkin. Karena tidak ada proses itu. Itu proses panjang yang berada jauh di luar rencana pembelajaran. 

Maka, sebenarnya dibalikpenanaman pohon pucuk itu punya misi perubahan. Tranformasi pembelajaran. Dari sekedar menikmati, menjadi pencipta. Ibu Marini menyanggupi. Saya mengapresiasi. Nah, ini baru guru. Kata saya. He.. He...

Hari ini agenda menanam bunga tidak ada dalam rencana. Itu spontan saja. Saya mau ke kebun belakang. Kebun jagung dan rencana kebun buah-buahan. Pokoknya tanaman, termasuk tanaman perkebunan. Sudah ada beberapa pohon durian yang kami tanam. Kebun jagung terhampar dari timur ke barat. Cukup luas. Sebagian sudah siap panen. Sebagian lagi baru berumur 3 atau 4 minggu. Diantara tanaman jagung itu kami tanami pohon durian. Durian montong, musangking dan bawor.

Belum semua bibit durian ditanam. Masih ada beberapa pohon lagi yang tersisa. Nanti diantara jagung itu bukan hanya pohon durian. Kelak akan ada tanaman buah yang lain seperti alpokat, mangga, dan rambutan. Semuanya dari buah yang sedang populer saat ini. Agak sedikit latah memang, tetapi tujuannya substansial. Pembelajaran. Pelatihan keterampilan. Pembentukan karakter. Dan tidak kalah penting mengoptimalkan sumber daya. Hitung-hitung cari ongkos pemeliharaan lingkungan sekolah yang luas.

Oh ya, sesaat setelah meminta bantuan bu Marini saya bergegas keluar area kantor menuju halaman parkir. Namun, sekonyong-konyong pak Irfan. Wakasek kesiswaan, mencegat saya. Dia perlu membicarakan sesuatu. Sesuatu yang terkait dengan PPDB. Atribut sekolah. Seragam kejuruan, dan lain-lain. Akhirnya sudah keluar saya masuk lagi. Tetapi tidak lama. Saya mengamini saja permintaannya. Asal tidak merugikan siswa, begitu pesan saya.

Pembicaraan selesai, saya langsung mengambil motor beat menuju kebun belakang. Singgah sebentar di sawah yang siap ditanami. Terus menuju bangunan yang hendak di renovasi. Sudah dibongkar atapnya. Ini bangunan TK. Tepatnya pernah digunakan sebagai TK Tunas Harapan. TK milik yayasan Darma Wanita SMK Negeri 1 Galang. Kini TK saya pindahkan ke dalam lokasi sekolah. Lebih aman. Dan lebih baik.

Sekarang bekas TK itu akan di renovasi atau di restorasi. Itu istilah yang digunakan oleh tim pusat program pengembangan Tefa. Dana Tefa tahap 1 sudah cair sehingga tiga jenis kegiatan sudah bisa di eksekusi. Salah satunya program renovasi Itu. Bekas bangunan TK nantinya akan menjadi ruang pamer produk hasil pembelajaran Tefa.

Dua program lain adalah penguatan pembelajaran Tefa dan pengadaan peralatan. Tiga kegiatan saling menguatkan. Tujuannya agar pembelajaran Tefa berjalan sesuai konsepnya, berkelanjutan dan konsisten. Hanya dengan sikap yang konsisten program Tefa bisa berhasil.

Meski begitu, rasa-rasanya saya sulit menilai apakah program bantuan ini benar-benar di perlukan atau tidak. Bukan tidak butuh alat, renovasi, atau program pelatihan. Namun dalam implementasinya program ini dalam beberapa hal tidak sepenuhnya sesuai dengan rencana kami. Aturannya juga cukup rumit, terutama proses pengadaan barang atau alat. Harus Siplah. Disiplah harus pakai pembanding. Lebih sulit lagi, barangnya harus ber TKDN. Setidaknya PDN. Sebetulnya tidak masalah. Hanya saja kebanyakan barang yang diperlukan belum ber TKDN. Kalau begitu, toko penyedia nya harus membuat keterangan bahwa barangnya PDN.

Sebut saja kami beruntung menjadi salah satu penerima bantuan dari 30 SMK se-indonesia. Tahap I. Mungkin ada tahap II. Beruntung juga, karena sebelum kami tercatat sebagai salah satu penerima program bantuan, Tefa sudah berada di jalur gerakan prioritas kami. Langkah-langkah itu sudah dilakukan. Fadli, ketua program penguatan pembelajaran Tefa bahkan sudah dua kali mengikuti diklatnya. Di provinsi. 

Pun kerjasama penanaman jagung pakan dengan mitra industri CV. Bifaza Utama, bagian dari upaya implementasi Tefa. Bukan karena ada bantuan, atau berharap dapat bantuan. Tetapi pembelajaran Tefa saya cermati cukup memberi harapan perubahan. Perubahan diperlukan sekolah kami.  Sudah lama sekolah ini terkungkung dalam pola pembelajaran yang tidak produktif. Tidak efektif. Tidak menarik. Tidak keren. Sehingga siswa sudah tidak tertarik. Siswa semakin sedikit. Sementara harga pangan semakin melangit.

Jadi, kehadiran bantuan Tefa menjadi pass. Tepat waktunya. Gerakannya sedang jalan, bantuannya datang. Di periode awal, implementasi Tefa memang belum maksimal. Bahkan mungkin belum benar. Caranya, atau prosedurnya. Tetapi kami terus mencoba untuk belajar. Jobsheet masih barang baru. Istilahnya. Substansinya sudah pernah ada, yaitu langkah kerja dalam kegiatan praktik. Tetapi kemudian hilang. Pembelajaran praktik kemudian menjadi instan. Asal sudah praktik. Langkah kerja tidak penting lagi. Jadi, pembelajaran Tefa menjadi sebuah harapan dan pencerahan. 

Makanya, sedikit "memaksa" pembelajaran Tefa dilakukan dengan segala kelemahan. Produk target jagung pakan. Varietas zea magau. Benih unggul produk magau foundation. Pembelajaran di mulai dari proses pengolahan tanah. Kemudian dilanjutkan dengan penanaman jagung. Tidak ada jobsheet. Petunjuk kerja dilakukan secara lisan. Tidak ada proses penilaian. Semangatnya Tefa, tetapi cara kerjanya belum Tefa.

Alhamdulillah, hasilnya sudah ada. Hari ini panen perdana. Perdana produk Tefa yang belum matang itu. Setidaknya sudah ada harapan. Apalagi saat ini sudah ada suport dari pemerintah melalui bantuan penguatan Tefa. Semoga benar-benar semakin kuat. Jauh-jauh hari saya mengingatkan, jangan sampai program Tefa berakhir sependek usia program. Program Tefa harus berlanjut hingga hasil utamanya mekar dan berbuah.

Jumat, 23 Juni 2023

Bertransformasi dengan Tefa

Kamis, 22 Juni 2023 kemarin saya memimpin rapat tim pelaksana tefa. Ada 5 tim tefa yang telah terbentuk, dan di SK-kan oleh kepsek. Tim pelaksana pembelajaran tefa, tim pelaksana renovasi gedung tefa, tim pelaksana pengadaan peralatan, tim pemeriksa barang, dan tim perencana dan pengawasan renovasi. Tim yang terakhir ini, tunggal. Hanya seorang. 

Rapat perlu dilakukan seiring dengan masuknya anggaran tahap pertama sebesar 210 juta dari total bantuan 300 juta. Sisanya 90 jt akan dicairkan pada tahap ke dua. Tentu saja setelah laporan kegiatan tahap 1 dilaporkan. Bagi kami itu tidak masalah. InsyaAllah bisa ditunaikan. 

Hal penting yang dibicarakan pada rapat hari itu adalah tentang persiapan strategi pelaksanaan. Ada tiga kegiatan penting yang harus berjalan pada program bantuan tefa ini, yaitu kegiatan pelatihan atau workshop implementasi pembelajaran tefa, kedua: kegiatan renovasi gedung pameran hasil tefa, ketiga: pengadaan peralatan pendukung tefa. 

Dengan anggaran yang diberikan pada tahap 1 sebesar 210 jt, kami harus harus dapat menentukan skala prioritas yang mana yang harus berjalan lebih dahulu. 

Menurut hemat saya kegiatan pelatihan dan renovasi harus diprioritaskan terlebih dahulu, mengingat proses pelaksanaannya memerlukan waktu yang cukup panjang. Sementara pengadaan peralatan ditempatkan pada prioritas ke dua. Pandangan saya diamini oleh seluruh tim. 

Kami menyadari pelaksanaan pelatihan dan workshop adalah kegiatan yang cukup rumit. Hal ini karena kegiatan workshop akan melibatkan banyak orang. Bukan hanya personil sekolah, tetapi melibatkan pihak terkait dan pihak industri. Selain itu ada kegiatan magang dan proses sertifikasi yang melibatkan lembaga sertifikasi. BNSP. Ini tidak mudah, terutama terkait jadwal dan pembiayaan. Bisa jadi akan ada negosiasi yang alot. 

Oleh sebab itu, pada rapat itu saya mendorong agar ketua tim pelaksana dan anggotanya untuk segera menyiapkan langkah-langkah pelaksanaan. Fadli sebagai ketua tim menyanggupi untuk segera menyiapkan jadwal dan segala sesuatunya bersama tim. Sudah berpengalaman. 

Tidak kalah penting, pelaksanaan renovasi, juga harus segera berjalan. Meski relatif mudah dilaksanakan karena hanya perlu menyiapkan tukang yang baik dan bahan, namun perlu juga kehati-hatian dalam pelaksanaannya. Hal penting untuk menjadi perhatian antara lain aspek administrasi seperti jadwal pelaksanaan, kurva S, foto nol persen dengan camera beraplikasi khusus. Timestamp. Selain itu, pengawasan terhadap mutu bahan dan mutu kerja tukang harus ketat. Seringkali masalah over pembiayaan terjadi karena ulah tukang yang tidak profesional. Atau karena kurang pengawasan. 

Saya dan semua tim pelaksana sepakat untuk memperoleh hasil yang terbaik dari program bantuan tefa ini. Bukan hanya soal terlaksananya program bantuan sesuai jadwal, tetapi yang terpenting program tefa ini benar-benar bisa berjalan berkelanjutan dalam jangka panjang sehingga tujuan utamanya tercapai. Tentu pembaca sudah paham tujuan utama pembelajaran tefa. Jika lupa biar saya ingatkan lagi, bahwa tujuan utama pembelajaran tefa adalah mewujudkan kompetensi tinggi dan mumpuni bagi peserta didik berupa hard skill dan soft skil yang sesuai dengan kebutuhan IDUKA. 

Untuk mewujudkan hard skill dan soft skill yang baik, maka pembelajaran tefa harus berjalan konsisten dalam jangka panjang. Habituasi penting dan efektif. Tefa akan memastikan bahwa pembelajaran kejuruan terutama ketika berpraktik semua berjalan sesuai dengan standar mutu  dan standar prosedur operasiona (SOP) kerja yang baku. 

SOP dibuat bersama dengan industri yang fisiknya berupa jobsheet atau langkah kerja. Jobsheet harus ada disetiap proses kerja. Tidak boleh ada proses kerja yang tidak memiliki jobsheet. Jobsheetlah yang memastikan proses habituasi itu berjalan. Praktik tanpa jobsheet bukanlah praktik yang sah, bukan praktik dalam proses pembelajaran. Praktik tanpa jobsheet terbukti tidak mampu membentuk sikap kerja yang baik pada peserta didik. 

Itulah yang sangat saya tekankan kepada semua guru. Program tefa jangan sampai berakhir sependek jadwal kegiatan pelatihan. Setelah pelatihan, maka semuanya selesai. Itu yang biasa terjadi. Dan memang sering terjadi. Sudah banyak contohnya. 

Keberhasilan hanya dipandang dari sukses melaksanakan program bantuan yang biasanya hanya 6 bulan itu. Yang penting laporannya selesai, dan diterima. Setelah itu, programnya macet. Alatnya macet, dan itu dianggap bukan masalah. Bukankah kita sering melihat bangunan mangkrak setelah beberapa saat selesai dibangun?? Itu contohnya. 

Saya tidak sepakat dengan cara-cara seperti itu. Rasa-rasanya andapun sepaham dengan saya. Makanya, saya mendorong pelaksanaan pembelajaran tefa atau pembelajaran berbasis project, ada atau tanpa bantuan. Bagi saya pembelajaran berbasis produk dan berorientasi bisnis adalah pembelajaran yang paling relevan dengan karakteristik SMK sebagai sekolah kejuruan. Oleh sebab itu, pembelajaran ini menjadi salah satu strategi kami dalam melakukan transformasi pendidikan SMK Negeri 1 Galang. 

Cita-cita itu semoga berhasil. Pasti tidak mudah. Apalagi mengubah kebiasaan yang sudah berlangsung sangat lama. Namun juga bukan berarti tidak bisa. Buktinya sudah banyak praktik baik yang berhasil. Jika ada SMK lain bisa, maka mestinya kami pun bisa. Yah, SMK bisa, SMK kuat, menguatkan Indonesia. 

Galang, 23 Juni 2023

Muliadi