Agrowisata menjadi sebuah program yang penting di SMK Negeri 1 Galang sekaligus impian. Program ini sudah ada jauh sebelum saya memimpin kembali SMK ini tahun 2022. Plt Kepala SMKN 1 Galang yang sempat mengisi kekosongan kepemimpinan sekolah ini juga sempat mencanangkan program ini sebagai salah satu prioritas. Terlepas dari konsep agrowisata menurut pandangan masing-masing pemimpin, yang jelas program ini telah menjadi cita-cita dan harapan bersama warga sekolah.
Diawal kepemimpinan ke dua di SMKN 1 Galang, saya kembali menegaskan betapa pentingnya program agrowisata ini diwujudkan. Dalam pandangan saya, mewujudkan agrowisata di SMKN 1 Galang sama dengan mewujudkan pendidikan kejuruan bermutu tinggi, integratif dan holistik sesuai dengan kondisi kekinian. Mengapa saya katakan demikian? setidaknya ada tiga alasan, yaitu agrowisata berarti memadukan kegiatan pertanian dengan kegiatan wisata. Artinya kegiatan pertaniannya harus memperhatikan unsur keindahan dan kenyaman bagi siapa saja, terutama warga sekolah dan sekitarnya. Wujudnya sederhana, misalnya dengan mengatur tanaman dan lingkungannya agar terlihat indah dan nyaman. Dalam hal ini saya selalu mengatakan libatkan unsur seni agar viewnya menarik. Termasuk dalam hal ini mengatur bedengan, jalan sekitar tanaman mungkin ditambahkan dengan bunga dan lain-lain. Salah satu contoh kira-kira seperti gambar ini
Coba anda perhatikan gambar di atas, indah kan? ini hanya salah satu contoh. Tentu masih banyak contoh yang lain. Saya hanya ingin membantu mendeskripsikan konsep agrowisata yang saya maksudkan.
Kedua, kegiatan agrowisata harus mengintegrasikan kegiatan pembelajaran (kurikulum) dengan aktivitas pertanian baik teori maupun praktiknya. Artinya program ini tidak boleh lepas dari kurikulum yang sedang berjalan. Konsep, teori, dan kontennya masih berbasis pada kurikulum pertanian. Holtikultra dan perkembunan. Pembelajaran mengenai tanaman holti dan perkebunan justru menjadi unsur penting dan utama dalam mewujudkan konsep agrowisata. Saya mengatakan, agrowisata adalah proyek besar pembelajaran pertanian, dimana setiap konsep dan teori pertanian harusnya dipraktikkan. Ini adalah model pembelajaran kontektual berkelanjutan. Dalam pandangan saya, pembelajaran pertanian di SMK mestinya dikelola secara komprehensif agar hasilnya utuh. Tidak parsial seperti sekarang, dimana antara satu kompetensi dengan kompetensi lain terpisah. Akibatnya, dalam kegiatan praktik tidak jarang satu praktik keterampilan pertanian terpisah dengan praktik keterampilan lainnya. Misalnya praktik menanam, hanya sampai menanam saja. Selesai menanam maka selesai tanggungjawabnya. Dia tidak akan sampai pada proses pemeliharaan, panen dan pasca panen dan seterusnya. Kenapa demikian? jawabannya ... kan kompetensiya hanya menanam. Kompetensi pemeliharaan lain lagi, guru lain juga, waktunya lain juga. Bagaimana, gawatkan?
Apa akibatnya model pembelajaran seperti ini? kegiatan pertanian di SMK pastinya tidak akan memberikan pengalaman belajar yang holistik. Pengetahuan dan keterampilan pertanian yang dimiliki siswa bagaikan serpihan puzzle yang sangat sulit dirangkai menjadi satu pemahaman dan pengalaman yang utuh. Dunia pertanian yang diharapkan menjadi salah satu sektor penting pendukung perekonomian melalui keterlibatan generasi mudah menjadi tidak akan menarik. Tidak menjanjikan. Tidak memberikan prospek masa depan. Jika sudah demikian, jangan harap SMK pertanian akan menarik bagi calon siswa.
Lalu bagaimana seharusnya dilakukan? Nah, itu tadi. Proyek agrowisata harus dijalankan secara terpadu dalam bingkai kurikulum. Perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi satu unit kegiatan agrowisata wisata harus melibatkan semua kompetensi kegiatan pertanian, mulai dari proses perencanaan kelayakan usaha pertanian (mapel kewirausahaan), pemetaan lahan (kejuruan), pengolahan lahan (kejuruan), pembibitan (kejuruan), pemeliharaan (kejuruan), penen hasil (kejuruan), pengolahan hasil pertanian, sampai pada proses pemasaran. Dalam perencanaan agrowisata, guru harus sudah menetapkan goal-nya, yaitu hasil panen dan turunannya. Jadi bukan lagi hanya sebatas unit-unit kompetensi. Bahkan lebih dari itu, keterlibatan mata pelajaran lain harusnya diperkuat, misalnya mapel biologi dalam pengamatan tanaman dan hama pengganggu. Materi dimulai dari studi lapangan kemudian di diskusikan dan dikonfirmasikan dengan konsep dan teori. Bukan sebaliknya dari teksbook ke lapangan. Demikian juga mapel lain, seni misalnya, harusnya terlibat dalam menilai keindahan.
Yang terpenting dalam hal ini, guru harus dapat mengelola pembelajaran secara kreatif, inovatif, dan produktif. Kolaborasi menjadi kunci, karena guru harus dapat menyesuaikan kompetensi-kompetensi yang telah terdistribusi ke setiap guru kejuruan, jadwal, dan semester. Mungkin guru harus bermusyawarah untuk mengatur dan menata ulang program pembelajarannya. Bagaimanapun fakta sudah membuktikan, kompetensi dan produktivitas siswa tidak mengalami peningkatan yang signifikan selama proses pembelajaran mengikuti alur konvensional selama ini.
Sudah saatnya pendekatan baru dilakukan. Melalui program agrowisata, meskipun satu rangkaian kegiatan melibatkan semua kompetensi. Namun unit-unit kompetensi yang harus dikuasai oleh setiap siswa masih dapat diamati dan diassesmen setiap saat. Sehingga guru tidak perlu ragu atau bingung dalam memberikan penilaian. Mungkin konsep yang saya maksudkan ini sejalan dengan pembelajaran STEAM (Science, Technology, Engineering, arts and Mathematics). STEAM merupakan pendekatan yang bertujuan mempercepat keterampilan dan pengetahuan siswa yang paling relevan di masyarakat saat ini. Tentu saja pertanian adalah keterampilan dan pengetahuan yang paling relevan dengan kebutuhan masyarakat. Dengan pendekatan STEAM siswa belajar memanfaatkan pengetahuan dan teknologi dalam kehidupan praktis sekaligus menumbuhkembangkan kemampuan mengolah dan menyajikan bentuk dan rupa lain yang menarik dan indah, serta cakap dalam berhitung dan pengetahuan sejenis.
Ketiga, agrowisata juga merupakan kegiatan yang senapas dengan kegiatan kewirausahaan. Khususnya wirausaha dibidang pertanian. Bidang pertanian harus memberikan peluang usaha yang relevan dengan kebutuhan siswa. Oleh sebab itu, agrowisata tidak hanya menjadi sarana pembelajaran teknis usaha pertanian, tetapi lebih dari itu menjadi satu paket pembelajaran kewirausahaan yang utuh dan berbasis pada produk. Saya pikir teaching factory adalah konsep yang paling linier pada kegiatan kewirausahaan, khususnya dibidang pertanian. Sebagaimana kita ketahui bahwa teaching factory (tefa) merupakan konsep pembelajaran berorientasi pada produksi dan bisnis untuk menjawab tantangan perkembangan dunia usaha dan industri saat ini. Kegiatan pertanian sudah semestinya berorientasi pada bisnis usaha pertanian. Sehingga usaha pertanian dan kegiatan wisata menjadi satu konsep yang paling mungkin untuk wujudkan.
Syukur, jalan menuju pada cita-cita mewujudkan agrowisata ini sudah bergerak. Tim kerja sudah terbentuk. Ada dua tim pendukung, yaitu tim manajemen dan tim teknis. Tim manajemen berfungsi sebagai tim koordinasi yang tugasnya mengatur tata kelola pemanfaatan lahan secara umum. Sifatnya administratif, koordinatif, dan suporting. Sementara tim teknis berfungsi menangani program secara teknis mulai dari perencanaan, pemetaan lahan, penataan lahan, penyiapan lahan, pembibitan, penanaman sampai pada kegiatan pasca panen. Tim teknis adalah guru kejuruan dibidang pertanian. Merekalah yang paling memahami hal-hal teknis yang berkaitan dengan kegiatan pengelolaan usaha pertanian. Sementara tim pendukung dapat memberikan saran atau advis berkaitan dengan aspek keindahan, menyamanan, dan keamanan.
Semoga saja segera terwujud.