Pages - Menu
Selasa, 31 Agustus 2021
Poin Buku Pada Kenaikan Pangkat PNS
Senin, 30 Agustus 2021
SMK Sudah Merdeka?
Jarak Titik Ke Bidang
Sabtu, 28 Agustus 2021
Komitmen Menulis di Blog
Beratnya tantangan menulis dari hari ke hari semakin terasa. Menulis tidak hanya menyebabkan kelelahan mental dan pikiran. Tetapi menulis makin lama makin melelahkan fisik. Saya sebenarnya juga bertanya-tanya kenapa saya semakin ke depan semakin lemah? apakah karena terlalu banyak tantangan menulis yang saya ikuti, atau karena saya mulai mengidap penyakit perfeksionis sehingga selalu mengoreksi tulisan berkali-kali? Pokoknya macam-macam pikiran yang muncul.
Saya berpikir benar juga program om Jay ini. Mengapa tidak, disaat saya mulai mengalami penurunan mood menulis. eeh ..program motivasi menulis dimulai. Tepat benar menurut saya. Alhamdulillah malam ini, motivasi pertama adalah "bagaimana seorang pendidik mampu komitmen menulis di blog". Materi disampaikan oleh bapak Dedi Dwitagama. Beliau benar-benar praktisi blog. Kita dapat melihat blognya yang keren melalui tautan ini, https://dedidwitagama.wordpress.com
Malam ini, acara dipandu oleh moderator terkenal Indonesia yaitu ibu Aam Nurhasanah, Bu Aam menyapa peserta dan berharap peserta sudah memiliki naskah terbaik untuk disusun menjadi buku. Membaca tulisan bu Aam hati langsung berdegub kencang. Aduh saya kan belum punya naskah andalan.
Yang istimewa malam ini (tetapi saya tidak ikuti) satu orang penanya terbaik akan mendapat hadiah uang Rp 200.000, waw benar-benar luar biasa. Sayang saya kelelahan dan tidak bisa mengikuti ivent ini. Ini sedikit profil Bapak Dedy Dwitagama
Jumat, 27 Agustus 2021
Ironi Pengabdian
SMP Mekarsari lahir dari sebuah keprihatinan pak Romus atas banyaknya anak-anak usia SMP di desa Pagaitan yang terpaksa putus sekolah karena sulitnya akses ke SMP terdekat. Dengan bantuan beberapa orang, mereka bersepakat membuat sekolah darurat yang diberi nama SMP Mekarsari. Sekolah darurat ini menempati sebuah bangunan bekas koperasi Desa. Ruangan yang berukuran 4 m x 5 m menjadi tempat belajar. Meja dan kursi siswa berasal dari sumbangan perabotan SD yang sudah tidak terpakai.
Namun setelah 3 tahun berlalu, SMP Mekarsari harus mencari tempat baru. Bangunan yang mereka tempati akan digunakan pemerintah desa. Mau tidak mau, pak Romus dan guru harus mencari tempat lain. Oleh pak Kades waktu itu mereka disarankan memindahkan sekolah ke area pasar. Masalahnya, mereka tidak memiliki bahan bangunan yang siap digunakan. Berita baiknya pak Kades dan orang tua siswa mau membantu dengan memberikan bantuan material kayu dan atap seng seadanya.
Berbekal material kayu dan atap seng hasil sumbangan, dibangunlah sekolah baru. Kebetulan pasar desa hanya dibuka sepekan sekali yaitu hari minggu. Sehingga sekolah dapat memanfaatkan lokasi pasar dengan leluasa. Waktu sekolah tidak perlu terganggu dengan keramaian pasar. Demikianlah anak-anak dapat menikmati hari-hari sekolah mereka dengan semangat dan gembira. Anak-anak antusias belajar, meskipun dengan segala keterbatasan.
Lebih dari setahun, sekolah darurat di dekat pasar dapat digunakan. Anak-anak juga sudah merasa nyaman bersekolah di sana. Selain karena lokasinya cukup strategis, tidak jauh dari jalan besar yang menghubungkan desa Pagaitan dengan desa lain, juga tempatnya tidak becek meskipun musim hujan. Tetapi sayang, SMP Mekarsari tidak bisa berlama-lama menempati area pasar. Bangunan pasar akan di renovasi. Lagi-lagi sekolah harus pindah dan mencari tempat yang baru.
Tidak ada jalan lain, sekolah harus pindah karena schedule pembangunan pasar sudah ditentukan. Mencari lokasi baru untuk sekolah di desa Pagaitan bukan perkara mudah. Lokasi desa yang kebanyakan rawa tidak banyak menyisakan tempat yang layak untuk mendirikan sekolah. Selain itu, keterbatasan anggaran menjadi pertimbangan. Jangankan anggaran untuk menyiapkan lahan, sekedar menyediakan material saja sudah menjadi masalah. Untungnya pak Kades mau meminjamkan tempat di samping kantor Desa.
Kesempatan itu tidak disiasiakan oleh pak Romus. Hari itu juga beliau menyusun rencana pemindahan sekolah ke lokasi baru. Bangunan sekolah sederhana yang mereka dirikan akhirnya harus dibongkar. Bersama anak-anak, guru, dan sebagian orang tua siswa, sekolah dipindah ke tempat baru. Masing-masing mengambil bagian membawa material bangunan yang telah dibongkar. Tidak butuh waktu lama, semua material sekolah berhasil dipindahkan. Partisipasi orang tua dan warga yang cukup tinggi membuat pak Romus tidak perlu mengeluarkan biaya.
Tetapi ujian terhadap kesabaran pak Romus dan kawan-kawan guru sepertinya belum berakhir. Setelah kurang lebih 6 bulan belajar di sekolah yang baru, muncul lagi pemberitahuan dari pak kades agar segera mencari tempat lain, karena lokasi kantor Desa akan digunakan. Dapat dibayangkan betapa galaunya hati pak Romus saat itu. Belum lagi saat itu ulangan semester baru akan dimulai. Syukur pak Kades bersedia memberikan izin sampai semesteran selesai.
Tepat hari terakhir semester, sore harinya mulai dilakukan pembongkaran bagian-bagian yang mudah dilepaskan. Dinding papan yang terpasang satu persatu meninggalkan tempatnya. Beberapa orang melepaskan atap seng. Entah karena banyak yang membantu atau karena bangunannya yang memang tidak kokoh, sebentar saja bangunan darurat itu tinggal rangka. Matahari mulai menuju peraduan diiringi suara merdu jangkrik menyambut datangnya malam, mereka menghentikan kegiatan. Tumpukan kayu dan seng dibiarkan bermalam. Rencananya besok baru dilanjutkan.
Matahari merangkak naik malu-malu, embun pagi menempel malas di lembaran daun nan hijau pak Romus sudah berada di lokasi pembongkaran. Beberapa lembar papan yang terikat rapih siap di pindahkannya. Satu persatu siswa mulai berdatangan membantu proses pemindahan material yang ada. Syukur tidak terlalu jauh, hanya lebih seratus meter dari lokasi pembongkaran ke tempat baru di belakang SD. Sedikit demi sedikit tumpukan kayu dan seng mulai berkurang. Beberapa orang tua siswa yang membantu kemarin, mulai melepas tiang-tiang penyangga.
Tidak sampai siang hari, semua kerangka bangunan sudah berpindah ke lokasi yang baru. Semangat gotong royong yang dimiliki warga bersama guru dan siswa sangat membantu mempercepat proses pemindahan. Tidak ada yang dibayar, yang ada hanya keikhlasan. Kalau pun ada, itu hanya sekedar air minum, teh dan kue-kue ringan khas Desa. Tetapi semangat yang ditunjukkan sungguh luar biasa. Kerangka bangunan yang dibongkar kini siap dipasang kembali. Reng atap sekolah langsung dilekatkan ke bagian rangka atap SD. Cara itu sengaja dilakukan untuk mengurangi pemakaian bahan.
Setelah kurang dari seminggu, bangunan sekolah baru di belakang SD akhirnya sudah bisa digunakan. Ada tiga ruang kelas, masing-masing dibatasi dinding papan. Dinding pembatas kelas yang dibuat memang tidak menutupi semua bagian kelas, hanya sebagian, yang penting ada batas. Prioritas penggunaan papan lebih diarahkan pada dinding luar kelas. Tiga pintu kelas semuanya menghadap ke arah dinding SD. Lantai tanah hanya ditutupi pasir dan batu kerikil. Tujuannya agar tidak mudah becek, terutama di musim hujan. Tidak ada kantor untuk sekolah. Tidak ada meja atau kursi untuk guru. Kegiatan administrasi semuanya dilakukan di rumah guru masing-masing.
Demikian perjalanan SMP Mekarsari sampai kehadiran saya di sekolah tersebut. Guru-guru yang penuh kesabaran. Mereka bukan PNS. Kebanyakan dari mereka adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri untuk pendidikan. Ada yang berijazah SMA. Tetapi ada pula yang hanya berbekal jasa SMP, yang penting mereka dapat mendidik dan sedikit dapat membantu siswa memahami mata pelajaran. Siapa sangka, berkat dedikasi mereka yang luar biasa itu, sejumlah alumni SMP darurat itu kini telah menjadi orang-orang berhasil. Salah satu dari alumninya saat ini bertugas sebagai supervisor di Bank BNI Bandara Ngurah Rai Bali. Sedangkan lainnya ada yang telah menjadi guru, melalui jalur seleksi yang ketat dua tahun yang lalu, dan profesi lainnya.
Ironisnya, pak Romus yang menyandang status sebagai guru kontrak sampai akhir masa pengabdiannya tidak berhasil menjadi seorang PNS. Pengabdian dan perjuangan yang luar biasa dari seorang penduduk desa yang tak memiliki modal materi, akhirnya harus menerima kekalahan. Nilai perjuangan dan pengabdian tak berdaya ketika harus berhadapan dengan regulasi dan kepentingan penguasa. Saat ini pak Romus, sang guru matematika hebat, menjalani hari-hari tuanya dengan berkebun di gunung yang tidak jauh dari desa. Sekolah yang dulu menjadi tempat pengabdiannya, seakan tak kenal lagi dengan dirinya.
Kamis, 26 Agustus 2021
Cara Ampuh Memaksimalkan Potensi di Dunia Digital
Belajar Bicara, Kamis, 26 Agustus 2021
Dari Mana Ide Menulis Datang
Resume ke-20, Rabu 25 Agustus 2021
Rabu, 25 Agustus 2021
Perlukah Intervensi Pada Link And Match?
- Tidak banyak dunia usaha dan industri yang mau bekerja sama dengan SMK. Jangankan swasta, BUMN saja masih banyak yang enggan. SMK belum dianggap sebagai mitra sejajar dengan dudi, apalagi menguntungkan. Akibatnya SMK ketika mengajukan diri untuk bekerja sama, lebih dipandang sebagai "pengemis" dari pada sebagai mitra kerja strategis. Kondisi ini menyebabkan SMK sulit menjalin kerjasama dengan dudi, apalagi membuat MOU. Kalaupun ada MOU, itu umumnya bersifat formalitas dan belum menyentuh substansi, sehingga sering kali MOU tidak mengikat dudi sebagai para pihak. Karena tidak ada dudi yang benar-benar menjadi mitra, maka kurikulum pun tidak ada yang dapat diselaraskan.
- Keragaman jurusan SMK kebanyakan tidak sesuai dengan keberadaan dudi di suatu daerah. Akibatnya, kebanyakan SMK harus mencari dudi yang jauh dari tempatnya berada. Pada kondisi seperti itu, sulit bagi SMK membangun kemitraan secara "permanen" dengan dudi, karena dudi di daerah tersebut harus pula melayani SMK yang ada di daerahnya. Hal inipun cenderung menggagalkan program link and match.
- Idealnya jurusan SMK dibuka sesuai dengan kebutuhan pasar kerja yang tersedia di suatu daerah. Karena alumni SMK sengaja diproyeksikan untuk bekerja di dudi yang ada di daerah itu. Tetapi problemnya, banyak jurusan SMK dibuka tidak sesuai dengan kebutuhan pasar kerja di daerah. Akibatnya kebanyakan alumni SMK tidak bisa bekerja, atau kalau bekerja mereka bekerja tidak sesuai dengan jurusan. Artinya tidak match lagi.
- Jumlah siswa SMK jauh lebih banyak dari pada kebutuhan industri. Sehingga untuk melayani pada kegiatan prakerin saja ini sudah menjadi masalah tersendiri. Bagaimana mau membangun kemitraan yang selaras dengan dudi.
- Pembuatan kurikulum bersama, dan disinkronisasi setiap tahun
- Pihak industri wajib memberikan guru atau dosen tamu, minimal untuk 50 jam mata pelajaran
- Pemberian magang kepada siswa SMK vokasi dari industri yang dirancang bersama, minimal 6 bulan
- Sertifikasi kompetensi, untuk menunjukan level kompetensi lulusan vokasi
- Komitmen menyerap lulusan sekolah vokasi oleh industri
Selasa, 24 Agustus 2021
Public Speking For Teacher
Berbicara di Depan Publik
Berbicara di depan publik bagi sebagian orang bukanlah pekerjaan mudah. Tidak jarang sebagian orang justru tidak mampu berbicara dengan baik ketika harus berhadapan dengan orang banyak. Bagaimana cara berbicara di depan publik, dan kemampuan apa saja yang harus dimiliki oleh pembicara agar dapat berbicara dengan baik di depan publik. Berikut penjelasannya: